Share

Bab 3 Perjanjian kontrak

"Selama pagi Pak, saya Zoya Elisabeth," ucap gadis bertubuh mungil yang tak lain adalah Zoya. Ia masih terus menunduk dan memainkan jari-jari tangan nya karena gugup.

Gadis itu tidak berani mendongak apalagi menatap pria yang sedang duduk di hadapannya saat ini.

"Wajahku ada di sini nona Zoya. Kenapa kau terus melihat ke arah lantai sejak tadi? Kau harus menatap lawan bicara mu saat sedang berhadapan dengannya!" ucapnya dengan nada tegas.

Zoya menghela nafas, lalu mendongak dan memasang senyumnya yang paling manis. "Maafkan saya Pak."

Leon terdiam untuk sesaat saat mata mereka saling bertemu. Ia merasa tidak asing dengan gadis yang berada di hadapannya ini. Lalu, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya.

Ekhem!

Leon berdehem dan kembali fokus pada berkas lamaran yang berada di tangannya. "Kau masih muda kenapa memutuskan untuk bekerja? Bukankah seharusnya kau fokus sekolah? Apa alasanmu melamar kerja disini Nona Zoya?"

Leon bertanya tanpa memberi jeda sama sekali, membuat Zoya kalang kabut dan bingung harus menjawab darimana. Untung saja sebelumnya dia sudah mencari tahu apa saja yang akan ditanyakan saat wawancara dan apa yang harus di jawab olehnya.

"Salah satu alasan saya ingin bekerja karena saya butuh uang Pak," jawabnya polos.

Sontak membuat Leon terkekeh mendengar jawaban Zoya yang menurutnya sangat jujur. "Nona Zoya semua pasti membutuhkan uang. Apa tidak ada alasan lain selain itu?" tanya Leon. Ia tidak menyangka gadis seperti Zoya berani bekerja di perusahaan milik keluarga Aladrick.

Apa dia tidak tahu seperti apa calon bosnya? Atau memang gadis itu tidak mencari tahu sebelumnya? Ah mana sempat.

"Ibu, saya ingin membahagiakan beliau. Saya juga butuh uang untuk membiayai operasinya karena dia yang sedang sakit keras dan--"

Belum selesai Zoya menyelesaikan kalimatnya, Leon sudah memberi kode pada gadis itu untuk diam. Sepertinya Leon tidak perlu mewawancarainya panjang lebar. Ditambah lagi semua kandidat calon sekertaris Orion mengundurkan diri setelah satu hari bekerja. Karena tidak kuat dengan sikap bosnya yang selalu seenaknya sendiri dan bahkan hampir melecehkannya.

"Apa kau sudah membaca poin terkahir Nona Zoya?" tanya Leon.

"Poin terakhir?" Zoya mengernyit bingung. Saat berada di lobby ia baru saja selesai membaca poin nomor tujuh. Saat ingin melanjutkannya, resepsionis menyuruhnya masuk untuk menemui Leon. Jadi mana sempat membaca poin terakhir.

Zoya menggeleng cepat. Lalu membuka kembali berkasnya, dengan niat membaca poin terakhir yang dikatakan oleh Leon. "Belum Pak, kalau boleh tahu apa ya poin terkahir," tanya Zoya seraya menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

Leon menghela nafas, ini adalah hal yang paling ia tidak sukai dari Orion. Apalagi dengan persyaratan penerimaan karyawan baru yang baginya menyesatkan. "Kau harus siap melayani bos kita dengan sepenuh hati, bahkan menyerahkan tubuhmu jika di perlukan," ucap Leon seraya menyerahkan selembar kertas pada Zoya.

"What? Anda yakin ini poin terakhir Pak?" Zoya sedikit mudur ke belakang, tiba-tiba saja tubuhnya lemas. Ini pertama kalinya ia bekerja dan harus mendengar persyaratan yang menurutnya tidak masuk di akal.

Apa pak CEO sedang mencari seorang wanita penghibur atau semacamnya?

Atau sebenarnya ini bukan perusahaan melainkan tempat dimana para wanita malam singgah?

Banyak pikiran buruk berkecamuk di dalam pikiran Zoya. Namun, gadis itu berusaha untuk berpikir positif sebelum melihat buktinya secara langsung.

"Tanda tangani berkas ini jika kau setuju dan keluarlah jika kau menolak," Leon memberikan waktu beberapa menit agar Zoya memikirkan keputusannya.

"Jika kau setuju kami akan membayar mu tiga kali lipat dari yang seharusnya dengan imbalan kau harus bekerja keras!" imbuh Leon penuh penekanan di setiap kalimatnya. Ia berharap kalau Zoya menolaknya, karena tidak mau gadis kecil yang berada di depannya ini menjadi sasaran empuk Orion selanjutnya.

'Ayolah Zoya kapan lagi kau akan mendapatkan uang sebanyak ini. Tiga kali lipat! Pasti akan cukup untuk biaya operasi Ibu dan juga untuk biaya hidupmu. Tapi bagaimana kalau Bos memintaku melayaninya dan memberikan tubuhku padanya?' batin Zoya.

Zoya masih bergelut dengan batinnya, memilih antara uang atau harga diri.

"Aku tau kau akan menolaknya Nona Zoya maka segeralah keluar karena aku tidak mau membuatmu tertahan di sini karena terpaksa!" ucap Leon. Ia beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah pintu keluar. "Kau bisa keluar sekarang dan--"

"Saya bersedia Pak. Saya siap bekerja di sini dan menerima semua resikonya!" jawabnya tegas dan penuh percaya diri.

Leon tersenyum tipis melihat Zoya yang begitu semangat. Sampai ia berpikir, mungkin saja gadis ini bisa melawan sikap Orion yang suka seenak jidat dan menaklukan pria arogan itu.

"Baiklah jika itu memang keputusan mu nona Zoya. Aku harap kau tidak akan menyesalinya!" ucap Leon.

'Menyesal? Justru aku sangat bahagia karena langsung diterima bekerja. Apalagi dengan umur yang masih muda' gumam Zoya namun hanya dalam hati.

"Kita temui Bos sekarang!" Leon berjalan terlebih dulu menuju ke ruangan Orion dengan Zoya yang mengekor di belakangnya.

Sepanjang perjalanan menuju ke ruangan Orion, Zoya terus berdecak kesal. Bagaimana tidak, kakinya terasa pegal karena harus jalan kaki. Bukankah seharusnya naik lift seperti tadi?

Sedangkan Leon, yang mendengar suara rintihan Zoya hanya menggeleng pelan. ''Orion tidak suka ada yang naik lift saat menuju ke ruangan pribadinya. Dia mau semua karyawannya menggunakan cara manual untuk sampai ke sana. Agar mereka tau kalau bekerja tidak semudah apa yang mereka pikirkan. Semua butuh perjuangan. Bahkan untuk sekedar meminta sebuah tanda tangan."

"Ck! Meminta tanda tangan saja repot sekali!" gerutu Zoya kesal.

Hingga setelah lima belas menit mereka berjalan, keduanya sudah sampai di depan sebuah pintu bertuliskan CEO room.

"Selamat pagi tuan Leon. Maaf, untuk saat ini tuan sedang ada tamu dan tidak ingin diganggu," ucap bodyguard yang sejak tadi berjaga di sana.

"Apa dia membawa wanita lagi ke dalam?" tanya Leon.

Bodyguard tersebut mengangguk. "Tuan sedang bersama dengan nona Tasya dan sudah hampir satu jam mereka berada di dalam."

"Hampir satu jam?!" pekik Leon. "Dia benar-benar tidak waras!" Leon mengepalkan tangannya erat. Karena tidak biasanya Orion membawa wanita dan bersenang-senang di jam kantor begini. Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada sahabatnya itu?

Ceklek!

Pintu ruangan Orion terbuka. Seorang wanita dengan pakaian acak-acakan keluar dari sana dan langsung pergi begitu saja.

"Tasya tunggu aku bisa jelaskan sayang," Orion berusaha mengejar wanitanya yang sudah pergi menjauh. "Shiit! Semua karena Livia! Aku baru akan memulainya. Tapi dia malah mengacaukan semuanya!" umpatnya kesal.

Hingga tatapan mata tajam milik Orion tertuju pada Leon dan juga seroang wanita yang berada di sampingnya. Orion tidak berkedip sama sekali, mengamati dari atas sampai ke bawah setiap inchi tubuh Zoya. "Tepos!" lirihnya.

Zoya masih menunduk, namun samar-samar gadis itu bisa mendengar apa yang Orion ucapkan.

"Aku membawa sekertaris baru untukmu, perkenalkan dia Zoya Elisabeth," ucap Leon.

Orion mengamati lebih dalam lagi wanita yang saat ini berada di samping Leon. Hingga kedua manik mata keduanya bertemu.

"Kau?!" pekik Zoya dan Orion bersamaan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status