Share

Bab 2 Orion Aldrick

Setelah berhasil kabur dari kejaran beberapa mantan kekasihnya, Orion segera masuk ke ruangan Ceo. Ia melepas topi dan juga masker yang sejak tadi menutupi wajahnya.

Keringat bercucuran keluar membasahi leher jenjangnya yang membuatnya semakin terlihat seksi. Jangan lupakan wajahnya yang tampan bak dewa yunani dan juga tubuh kekarnya yang menggoda.

"Ck! Benar-benar merepotkan! Bahkan sepuluh bodyguard tidak bisa menghalangi mereka," umpatnya kesal melepas kaos yang dipakainya dan melemparnya ke sembarang tempat.

Memang benar Orion memiliki banyak mantan kekasih dan sama sekali tidak ada yang membuat hatinya nyaman, berbeda saat ia bersama dengan Alana.

Setelah bertekad mengikhlaskan Alana menikah dengan pria lain, Orion memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan mengurus perusahaan Papanya.

Siapa sangka saat berada ditangannya dalam waktu kurang lebih tiga tahun, perusahaan berkembang pesat dan bahkan sudah membuka cabang hampir di seluruh dunia.

Di usia yang sudah matang, banyak gosip yang berdatangan apalagi mengenai wanita. Orion masih saja belum memutuskan untuk menikah meski sudah bertunangan dengan Livia.

Livia yang selalu mengekangnya dan mengaturnya seenak jidat membuatnya muak. Kalau bukan karena putri dari salah satu rekan bisnis Papanya mungkin saja Orion sudah mencampakkan nya.

Bahkan Livia berulangkali mengajaknya untuk bermain di atas ranjang. Namun Orion menolaknya. Karena jika itu terjadi dipastikan ia akan menikahi gadis menyebalkan itu.

Livia bahkan ia tahu kalau selama ini Orion sering bermain dengan wanita di luar sana, tapi dirinya sama sekali tidak mempermasalahkannya.

Sejak dulu ia sudah memendam perasaan pada Orion, saat ada peluang dan tiba-tiba diminta menikah dengan pujaan hatinya kenapa ia harus menolak?

"Bagaimana bisa menghalangi, mantan kekasihmu saja ada sepuluh bodoh! Belum lagi yang di Munich," gerutu seorang pria yang baru saja masuk berdiri di depan Orion. 

"Sebenarnya apa kekurangan Livia sampai kau harus memacari banyak wanita dalam satu malam. Dasar penjahat kela-min." umpat Leon kesal. Karena setiap hari ia harus menyelesaikan urusan percintaan bos nya yang sekaligus adalah sahabatnya itu.

Padahal bukan tugasnya sama sekali.

Orion tak menghiraukan ucapan Leon. Ia mengambil sebatang rokok dan mulai menghisapnya.

"Astaga! Apa kau lupa, kau sendiri yang membuat larangan agar jangan merokok di ruang kerja. Kenapa kau sendiri yang melanggarnya!" Leon berkacak pinggang mirip seorang Ibu yang sedang marah pada putranya.

"Kau ini berisik sekali Leon! Aku tidak meminta pendapatmu tentang rokok yang ku hisap ini," jawab Orion dengan entengnya memandang gedung-gedung yang menjulang tinggi di hadapannya.

"Tapi aku peduli dengan kesehatanmu! Matikan atau akau tidak akan membawa sekertaris seksi dan cantik itu masuk."

Orion menghampiri Leon dan membuang asap rokok itu tepat ke wajahnya. Sehingga membuat pria itu batuk-batuk karena ulahnya.

'Shitt! Kalau bukan temanku aku sudah melempar mu ke tengah laut dan membiarkanmu dimakan oleh ikan hiu' umpat Leon dalam hati.

"Sudah selesai mengumpat ku?"

"Cih, siapa juga yang mengumpat mu. Kurang kerjaan sekali."

Leon meletakkan sebuah berkas di hadapan Orion. "Dia calon sekertaris mu yang baru. Namanya Zoya."

"Kau saja yang mewawancarainya karena aku sibuk. Tasya ingin aku menemaninya berbelanja jadi urus sekertaris baru itu. Dan urus meeting hari ini," ucap Orion tegas. Ia meraih kemeja yang baru saja disiapkan oleh Leon dan memakainya.

"Hari ini ada meeting penting Rion, kau tidak bisa seenaknya pergi!" ucap Leon.

Lagi dan lagi, Orion mengabaikannya. Ia terlihat seperti kambing congek sekarang. 

"Sebenarnya siapa yang bos dan siapa yang asisten disini," gerutu Leon keluar dari sana menyusul Orion namun pria itu sudah menghilang dari pandangannya.

*

*

*

"Apa kau yang bernama Zoya Elisabeth?" tanya resepsionis yang menghampirinya. 

"Ya Nyoya nama saya Zoya." gadis itu menunduk dan terlihat malu-malu menjawab pertanyaan Martha.

Martha memperhatikan penampilan Zoya dari atas sampai bawah. Ia terlihat seperti gadis kecil yang baru lulus sekolah. Apa tuan Leon yakin merekrut seorang bocah untuk bekerja menjadi sekertaris pribadi tuan Orion?

Yang notabennya menyukai wanita seksi dan montok?

Martha tidak peduli tentang hal itu dan kembali fokus pada pekerjaannya.

"Silahkan masuk menuju ke lantai tiga, dan temui tuan Leon Dicaprio. Kau bisa naik lift untuk menuju ke sana." jelasnya pada Zoya lalu kembali ke duduk di kursinya.

Zoya mengangguk senang dan segera melakukan apa yang wanita itu suruh. 

"Terima kasih Nyonya."

"Martha, panggil saja seperti itu."

"Terima kasih Martha." ujar Zoya segera berlalu dari sana.

Tadinya ia berpikir kalau tidak memiliki kesempatan lagi karena datang terlambat, namum ternyata nasib baik masih berpihak padanya.

Zoya sudah berada di depan lift dan menekan tombol yang akan menujunya ke lantai tiga.

Lift pun terbuka, tapi saat hendak masuk ke dalam tanpa sengaja Zoya menabrak lengan seorang pria yang juga keluar dari sana.

Brugh!

"Aw...." pekiknya saat tubuh mungil itu terpental dan jatuh ke lantai.

"Lain kali gunakan matamu saat berjalan bocah!" nada dingin dan datar keluar dari mulut pria tersebut tanpa berniat membantu Zoya untuk berdiri.

Zoya mengepalkan tangannya dan hanya menunduk diam. Ia harus menjaga image sekarang agar tidak di cap buruk dihadapan karyawan lain yang baru saja melihatnya namun tidak berani mendekat.

Sedangkan pria yang merasa tidak melakukan kesalahan sama sekali pergi begitu saja tanpa mempedulikan Zoya yang terlihat kesakitan.

Bahkan lutut tangan nya sedikit memar.

"Dia yang menabrak ku kenapa dia yang marah," gerutunya kesal.

Salah satu karyawan di sana menghampiri Zoya dan membantunya berdiri.

"Anda tidak apa-apa Nona?"

Zoya mengangguk.

"Lain kali berhati-hatilah apalagi saat bertemu dengannya nanti," ucap pria tersebut.

Zoya mengernyit bingung.

"Maksudnya? Memang siapa pria itu tadi?" tanya Zoya penasaran saat melihat punggung pria yang menabraknya menjauh.

"Orion Aldrick, dia adalah Ceo sekaligus pemilik perusahaan ini." setelah mengatakan apa yang ia ketahui pada Zoya, pria itu pamit karena harus melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Sedangkan Zoya masuk ke dalam lift menuju ke lantai tiga tanpa menghiraukan ucapan pria tersebut.

Tak berapa lama, Zoya sudah sampai di depan pintu yang bertuliskan Leon Dicaprio, asisten manager.

Jantungnya berdetak sangat kencang, dan bahkan keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya. Ini pertama kalinya Zoya bekerja. Jadi wajar jika saat ini ia gugup dan bahkan sangat gugup.

"Tarik nafas dan hembuskan Zoya! Tetap tenang dan jangan nervous! Semua demi pengobatan Ibu," Zoya menyemangati dirinya sendiri, perlahan ia menempelkan jari tangannya mengetuk pelan pintu tersebut.

Hingga terdengar suara seseorang pria yang berada di salam sana.

"Silahkan masuk Nona Zoya."

Deg!

'Kenapa suaranya mirip sekali dengannya' batin Zoya dalam hati, ia mendorong pintu itu dan perlahan masuk kedalam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status