"Ha? Apa maksudnya, Om? Bang Guntur minta uang sama kamu?"
Guntur mendelik, tatapan matanya berubah gelisah. "Ma-mana ada Abang minta uang ke Suamimu?" elaknya. Matanya lantas bergulir menatap Arya, "Memangnya aku ada minta uang ke kamu?"
Arya menghela napas pelan sambil sedikit menunduk. Dia paling benci berada di dalam situasi menyebalkan seperti saat ini.
Perlahan kepalanya terangkat dan menoleh ke belakang dimana istrinya berada, "Tidak ada. Ini inisiatif saya sendiri. Kamu gak jadi berangkat kerja?"
Gisella sangat yakin ada yang sedang suaminya sembunyikan. Terlebih ketika melihat ekspresi wajah Guntur yang terlihat salah tingkah. Gadis itu yakin kalau Guntur memang meminta uang pada Arya.
Gisella ingin meminta penjelasan lebih, tapi dia masih merasa tidak enak pada Arya. Ingin melarang untuk memberikan uang pada kakak laki-lakinya, tapi dia juga merasa masih belum berhak untuk mengatur suaminya.
Akhirnya Gisella mengalah, d
Gisella sejak hari ini telah resign dari tempatnya bekerja. Dia juga sudah mulai mengepack barang-barang yang akan mereka bawa.Barang milik Gisella tidak banyak. Sebagian baju-bajunya masih berada di dalam koper. Sementara barang pecah belah dan elektronik yang dia bawa dari rumah orang tuanya akan di jual.Arya yang melarang Gisella membawa semua barang-barang tersebut. Bahkan tadinya pria itu hendak membuang semua barang itu, tapi tentu saja Gisella mencegahnya."Kita hanya perlu membawa sedikit baju saja, Sayang. Ngapain kamu bawa semua?"Gisella menoleh ke arah pintu kamar. Arya berdiri di sana sambil menyandarkan punggungnya ke kusen pintu. Gadis itu mendengus dan lebih memilih melengos kembali memasukkan baju-baju Arya ke dalam koper.Arya yang merasa di abaikan tak tinggal diam begitu saja. Pria matang itu berjalan menghampiri Gisella dan ikut duduk di sebelahnya. Dia juga meraih dua bahu Gisella dan mengarahkan tubuh ga
Ketika hari telah petang, Arya baru tiba di rumah. Satu alisnya naik ke atas saat melihat pintu rumahnya terbuka. Apa Gisella di rumah? — batin Arya."Assalamualaikum," ucap Arya ketika hendak masuk ke dalam rumah. Tak lama terdengar sahutan, "Waalaikumusallam."Bersamaan dengan itu, Gisella keluar dari dalam kamar. Saat melihat Arya, gadis itu langsung menutup mulutnya dan berlari menubruk tubuh Arya dan mendekapnya dengan erat."Kamu kenapa?" tanya Arya ketika merasakan pelukan Gisella yang terasa cukup erat. Arya berusaha melepas pelukan gadis itu karena ingin melihat ekspresi wajah nya, tapi ternyata pelukan Gisella terasa semakin mengetat."Saya kan sudah bilang, saya pasti baik-baik saja. Kamu tidak perlu cemas, Sayang."Arya usap-usap kepala Gisella. Menghantarkan rasa nyaman dan meyakinkan istrinya kalau semua akan baik-baik saja.Satu tangan Arya balas mendekap tubuh mungil Gisella, sementara kepalanya menunduk dan mengecup puncak kepala Gisella berulang kali.Gisella benar
"Sebenarnya apa yang di kerjakan para polisi itu sih? Kenapa manusia yang jelas-jelas salah malah di biarkan berkeliaran."Arya melirik ke arah Adi yang masih berusaha mencari perkara padanya. Dia tahu, bila menanggapi provokasi Adi, maka dia sendiri yang akan di rugikan.Akhirnya Arya hanya bersikap dingin pada Adi. Pria itu justru berlalu dari hadapan Adi dan masuk ke dalam mobil pribadinya sendiri bersama sang pengacara yang masih setia mengikuti.Ayahnya Adi mulai merasa ada yang menjanggal di sini. Pria paruh baya itu yakin, ada yang tidak beres di sini. Meski dia orang kaya di kampungnya, tapi bukan berarti dia bisa membeli hukum.Melihat Arya yang tidak di masukkan ke dalam penjara, hanya ada dua kemungkinan.Pertama, kasus ini memang tidak seberat itu sampai harus membuat Arya di masukkan ke jeruji besi. Yang kedua, Arya telah menggunakan orang dalam untuk melarikan diri dari hukum yang menjeratnya."Adi, kau jujur kan ka
"Sella, kamu lihat sendiri kan? Arya itu laki-laki kasar. Harusnya kamu sadar kalau hanya Aku yang bisa berlaku lembut padamu."Gisella spontan menoleh ke belakang. Tanpa perlu melihat pun sebenarnya Gisella tahu siapa pemilik suara tersebut. Hanya saja, dia ingin melihat sampai mana Adi akan menghina dirinya dan suaminya."Sebaiknya kamu ceraikan saja si Arya itu. Karena Aku sayang padamu, Aku tidak akan mengungkit masalah kamu yang sudah di tidurin oleh Arya. Aku terima kamu apa adanya," ujar Adi dengan sangat percaya dirinya.Adi dengan songongnya pun berdiri dengan gaya petentang-petenteng nya. Bahkan satu tangannya masuk ke dalam saku celana. Merasa sangat yakin kalau Gisella akan mengikuti kemauannya yang sangat gila itu."Kalau mau bersikap bodoh pun harus ada batasnya kan?" tanya Gisella dingin."A-apa katamu?""Abang pikir Aku masih mau balikan sama laki-laki yang sudah jelas pernah menyakiti dan merendahkan perempuan? Suamiku tidak
Sesuai dengan perkataan Arya, selang sepuluh menit kemudian pria itu terlihat mengendarai motornya dan sampai di rumah. Gisella yang sejak tadi menunggu kepulangan sang suami dalam keadaan hati yang kalut, tapi begitu melihat kedatangan Arya, membuat gadis itu menahan napas selama sekian detik. Gadis itu juga menuruti perkataan Arya untuk menunggu di teras klinik. Begitu Arya pulang, Gisella lantas berdiri dan berjalan cepat ke arah rumah. Tangan kanannya mencengkeram lengan Arya yang terbungkus jaket. "Hm?" gumam Arya sambil menoleh ke arah samping dimana istrinya sedang menatap dirinya dengan mata yang masih terlihat memerah. "Kamu beneran nangis tadi?" Arya usap kelopak mata Gisella dengan perlahan. "A-aku takut kamu masuk penjara," ucap Gisella pelan. Arya memperhatikan tangan Gisella yang masih menggenggam lengannya. Gisella tidak berbohong soal dia yang ketakutan. Terbukti dari tangan gadis itu yang tampak bergetar. Arya r
"A-apa maksudnya, Om? Memangnya kamu siapa bisa berucap seperti itu, hah?!""Tidak penting siapa saya. Sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja. Jika besok-besok dia datang lagi, langsung beritahu saya."Gisella langsung membuang muka. Dia cukup kecewa akan sikap Arya. Dia begitu mengkhawatirkan pria itu, tapi Arya malah menganggap enteng masalah ini.Di sudut hatinya, Gisella sungguh-sungguh merasa takut bila Adi memperkarakan suaminya ke jalur hukum. Gisella sangat tahu orang seperti apa Adi itu. Dua tahun berpacaran dengan Adi, membuat Gisella cukup memahami karakter pria itu."Adi itu memang anak orang kaya, lalu apa menurutmu dia bisa membeli hukum?" pada akhir katanya, Arya terkekeh meremehkan. "Kamu tenang saja, Gisel."Gisella kembali menatap Arya. Kedua matanya sudah memerah dengan riak embun yang siap jatuh. "Bisa tidak jangan menggampangkan segala sesuatu yang terlihat remeh di mata kamu? Kita tidak tahu bagaimana seseorang bil