Sesuai dengan perkataan Arya, selang sepuluh menit kemudian pria itu terlihat mengendarai motornya dan sampai di rumah.
Gisella yang sejak tadi menunggu kepulangan sang suami dalam keadaan hati yang kalut, tapi begitu melihat kedatangan Arya, membuat gadis itu menahan napas selama sekian detik. Gadis itu juga menuruti perkataan Arya untuk menunggu di teras klinik. Begitu Arya pulang, Gisella lantas berdiri dan berjalan cepat ke arah rumah. Tangan kanannya mencengkeram lengan Arya yang terbungkus jaket. "Hm?" gumam Arya sambil menoleh ke arah samping dimana istrinya sedang menatap dirinya dengan mata yang masih terlihat memerah. "Kamu beneran nangis tadi?" Arya usap kelopak mata Gisella dengan perlahan. "A-aku takut kamu masuk penjara," ucap Gisella pelan. Arya memperhatikan tangan Gisella yang masih menggenggam lengannya. Gisella tidak berbohong soal dia yang ketakutan. Terbukti dari tangan gadis itu yang tampak bergetar. Arya rKetika hari telah petang, Arya baru tiba di rumah. Satu alisnya naik ke atas saat melihat pintu rumahnya terbuka. Apa Gisella di rumah? — batin Arya."Assalamualaikum," ucap Arya ketika hendak masuk ke dalam rumah. Tak lama terdengar sahutan, "Waalaikumusallam."Bersamaan dengan itu, Gisella keluar dari dalam kamar. Saat melihat Arya, gadis itu langsung menutup mulutnya dan berlari menubruk tubuh Arya dan mendekapnya dengan erat."Kamu kenapa?" tanya Arya ketika merasakan pelukan Gisella yang terasa cukup erat. Arya berusaha melepas pelukan gadis itu karena ingin melihat ekspresi wajah nya, tapi ternyata pelukan Gisella terasa semakin mengetat."Saya kan sudah bilang, saya pasti baik-baik saja. Kamu tidak perlu cemas, Sayang."Arya usap-usap kepala Gisella. Menghantarkan rasa nyaman dan meyakinkan istrinya kalau semua akan baik-baik saja.Satu tangan Arya balas mendekap tubuh mungil Gisella, sementara kepalanya menunduk dan mengecup puncak kepala Gisella berulang kali.Gisella benar
"Sebenarnya apa yang di kerjakan para polisi itu sih? Kenapa manusia yang jelas-jelas salah malah di biarkan berkeliaran."Arya melirik ke arah Adi yang masih berusaha mencari perkara padanya. Dia tahu, bila menanggapi provokasi Adi, maka dia sendiri yang akan di rugikan.Akhirnya Arya hanya bersikap dingin pada Adi. Pria itu justru berlalu dari hadapan Adi dan masuk ke dalam mobil pribadinya sendiri bersama sang pengacara yang masih setia mengikuti.Ayahnya Adi mulai merasa ada yang menjanggal di sini. Pria paruh baya itu yakin, ada yang tidak beres di sini. Meski dia orang kaya di kampungnya, tapi bukan berarti dia bisa membeli hukum.Melihat Arya yang tidak di masukkan ke dalam penjara, hanya ada dua kemungkinan.Pertama, kasus ini memang tidak seberat itu sampai harus membuat Arya di masukkan ke jeruji besi. Yang kedua, Arya telah menggunakan orang dalam untuk melarikan diri dari hukum yang menjeratnya."Adi, kau jujur kan ka
"Sella, kamu lihat sendiri kan? Arya itu laki-laki kasar. Harusnya kamu sadar kalau hanya Aku yang bisa berlaku lembut padamu."Gisella spontan menoleh ke belakang. Tanpa perlu melihat pun sebenarnya Gisella tahu siapa pemilik suara tersebut. Hanya saja, dia ingin melihat sampai mana Adi akan menghina dirinya dan suaminya."Sebaiknya kamu ceraikan saja si Arya itu. Karena Aku sayang padamu, Aku tidak akan mengungkit masalah kamu yang sudah di tidurin oleh Arya. Aku terima kamu apa adanya," ujar Adi dengan sangat percaya dirinya.Adi dengan songongnya pun berdiri dengan gaya petentang-petenteng nya. Bahkan satu tangannya masuk ke dalam saku celana. Merasa sangat yakin kalau Gisella akan mengikuti kemauannya yang sangat gila itu."Kalau mau bersikap bodoh pun harus ada batasnya kan?" tanya Gisella dingin."A-apa katamu?""Abang pikir Aku masih mau balikan sama laki-laki yang sudah jelas pernah menyakiti dan merendahkan perempuan? Suamiku tidak
Sesuai dengan perkataan Arya, selang sepuluh menit kemudian pria itu terlihat mengendarai motornya dan sampai di rumah. Gisella yang sejak tadi menunggu kepulangan sang suami dalam keadaan hati yang kalut, tapi begitu melihat kedatangan Arya, membuat gadis itu menahan napas selama sekian detik. Gadis itu juga menuruti perkataan Arya untuk menunggu di teras klinik. Begitu Arya pulang, Gisella lantas berdiri dan berjalan cepat ke arah rumah. Tangan kanannya mencengkeram lengan Arya yang terbungkus jaket. "Hm?" gumam Arya sambil menoleh ke arah samping dimana istrinya sedang menatap dirinya dengan mata yang masih terlihat memerah. "Kamu beneran nangis tadi?" Arya usap kelopak mata Gisella dengan perlahan. "A-aku takut kamu masuk penjara," ucap Gisella pelan. Arya memperhatikan tangan Gisella yang masih menggenggam lengannya. Gisella tidak berbohong soal dia yang ketakutan. Terbukti dari tangan gadis itu yang tampak bergetar. Arya r
"A-apa maksudnya, Om? Memangnya kamu siapa bisa berucap seperti itu, hah?!""Tidak penting siapa saya. Sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja. Jika besok-besok dia datang lagi, langsung beritahu saya."Gisella langsung membuang muka. Dia cukup kecewa akan sikap Arya. Dia begitu mengkhawatirkan pria itu, tapi Arya malah menganggap enteng masalah ini.Di sudut hatinya, Gisella sungguh-sungguh merasa takut bila Adi memperkarakan suaminya ke jalur hukum. Gisella sangat tahu orang seperti apa Adi itu. Dua tahun berpacaran dengan Adi, membuat Gisella cukup memahami karakter pria itu."Adi itu memang anak orang kaya, lalu apa menurutmu dia bisa membeli hukum?" pada akhir katanya, Arya terkekeh meremehkan. "Kamu tenang saja, Gisel."Gisella kembali menatap Arya. Kedua matanya sudah memerah dengan riak embun yang siap jatuh. "Bisa tidak jangan menggampangkan segala sesuatu yang terlihat remeh di mata kamu? Kita tidak tahu bagaimana seseorang bil
Arya menghajar Adi habis-habisan. Dia tidak terima ketika Gisella di hina dengan kata-kata yang kurang pantas seperti itu.Mereka berguling-guling di teras klinik. Di saksikan juga oleh beberapa orang di sana. Sayangnya yang ada di sana semuanya wanita. Tidak ada yang berani melerai perkelahian tersebut."Kurang ajar! Jangan hina Istri saya! Dia gadis baik-baik!""Buktinya dia semudah itu menikah dengan laki-laki lain!" balas Adi sembari menarik kerah jaket Arya dan mendorongnya ke samping dan menduduki perut Arya dan balas menghajar nya.Adi pun tidak tinggal diam. Pemuda itu berusaha membalas. Sampai Arya mendapatkan beberapa pukulan di pelipis dan sudut bibirnya. Hanya saja, jelas Adi yang lebih parah. Arya memukul pemuda itu dengan sungguh-sungguh.Arya baru berhenti memukul ketika Gisella berteriak. "Berhenti!"Arya mendongak, melihat ke arah istri kecilnya yang berdiri tidak jauh dari posisinya. Gadis itu sudah me