Setelah memastikan semua barang pemberian ibunya telah sampai ke tangan para penerima, Arya izin undur diri. Pria itu mengikuti langkah kaki Gibran, yang membawa mereka menuju ke taman belakang rumah.
Arya baru kali ini ke sana. Terdapat sebuah kolam ikan lele dan ikan nila. Di sudut taman ada sebuah gazebo mini yang biasanya di gunakan Bintang untuk bersantai kala siang hari.Tempatnya sedikit remang-remang. Karena hanya mendapat penerangan melalui gazebo."Mas Arya ada kasih uang ke Guntur ya?"Baru saja mendudukkan bokongnya ke lesehan gazebo, Gibran sudah menodongnya dengan pertanyaan.Arya menoleh ke arah Gibran, meski remang, tapi dia masih bisa melihat mata coklat Gibran. Arya lantas menghela napas pelan.
"Iya, sepertinya dia di manfaatkan oleh Adi untuk merusak rumah tangga saya dengan Gisella."
Kini gantian Gibran yang menghela napas. Pemuda itu juga mendecakkan lidah. "Guntur itu manipulatif, Mas. Jangan mud
Pada keesokan harinya.Gisella sudah bangun sejak pagi buta. Gadis itu sengaja bangun lebih pagi karena hendak menyiapkan sarapan untuk keluarga.Arya yang bangun karena mendengar suara alarm di ponsel Gisella sempat terlihat kebingungan saat tak mendapati istri kecilnya tertidur di sebelahnya. Sempat mengira gadis itu berada di kamar mandi, tapi ketika Arya melihat ke arah kamar mandi, ternyata kosong.Tak ada Gisella di sana. Pintu kamar mandi yang tertutup dan lampu di dalam yang mati membuat Arya berasumsi bahwa Gisella kemungkinan sudah berada di dapur."Masih jam setengah lima, tumben banget udah ke dapur?" gumamnya pelan seraya menurunkan tungkai kaki dari atas ranjang.Matanya masih tampak sembab, maka dari itu Arya pergi ke kamar mandi guna membersihkan diri karena sebentar lagi Adzan subuh akan berkumandang.Di lain sisi, Gisella sedang memasak ayam ungkep, setelah mengecilkan kompor dan menitipkannya pada Bibi ART, Gis
"Sudah ngobrolnya?"Arya dan Gibran menoleh ke arah ruang keluarga. Hanya ada Gisella di sana sedang menonton televisi, sendirian sambil memakan camilan kentang goreng.Arya mengangguk dan berbelok menghampiri istri kecilnya. Sementara Gibran melengos pergi ke lantai atas dimana kamarnya berada.Arya duduk di sebelah Gisella, dia tatap kentang goreng dan wajah Gisella secara berulang. Gisella yang menyadari arah tatapan Arya juga turut menatap ke arah kentang gorengnya dengan tatapan bingung."Kenapa sih?"Satu tangan Arya terangkat dan mencubit gemas pipi Gisella. "Kamu menggemaskan banget sih?"Seketika itu juga wajah Gisella berubah memerah. Bibirnya berkedut menahan perasaan membuncah ingin tersenyum. Arya yang menyadari malah terkekeh."Mama sama Papa udah tidur?" tanya Arya sambil melirik ke arah kamar yang ada di dekat tangga.Gisella mengangguk, tatapannya sudah fokus kembali pada layar televisi. "Udah ngantuk kat
Setelah memastikan semua barang pemberian ibunya telah sampai ke tangan para penerima, Arya izin undur diri. Pria itu mengikuti langkah kaki Gibran, yang membawa mereka menuju ke taman belakang rumah.Arya baru kali ini ke sana. Terdapat sebuah kolam ikan lele dan ikan nila. Di sudut taman ada sebuah gazebo mini yang biasanya di gunakan Bintang untuk bersantai kala siang hari.Tempatnya sedikit remang-remang. Karena hanya mendapat penerangan melalui gazebo. "Mas Arya ada kasih uang ke Guntur ya?"Baru saja mendudukkan bokongnya ke lesehan gazebo, Gibran sudah menodongnya dengan pertanyaan.Arya menoleh ke arah Gibran, meski remang, tapi dia masih bisa melihat mata coklat Gibran. Arya lantas menghela napas pelan."Iya, sepertinya dia di manfaatkan oleh Adi untuk merusak rumah tangga saya dengan Gisella."Kini gantian Gibran yang menghela napas. Pemuda itu juga mendecakkan lidah. "Guntur itu manipulatif, Mas. Jangan mud
Malam harinya, setelah adzan isya, Gisella dan Arya akan menginap di rumah kedua orang tua Gisella. Anggap saja sebagai malam terakhir Gisella di kampung tersebut. Gadis itu hanya ingin menghabiskan waktunya bersama keluarga."Suamimu mana?"Baru saja masuk, sudah ada Gibran yang mencegat Gisella. Kakak laki-laki kedua Gisella itu terlihat melirik ke belakang Gisella, tapi dia tidak mendapati Arya di sana.Gisella menunjuk ke belakang, "Masih di luar, katanya ada barang yang mau dia turunkan.""Kalian bawa mobil?" heran Gibran.Gisella mengangguk. "Kenapa? Abang ada perlu sama Suamiku?"Gibran bergeming. Pria berwajah dingin itu hanya melengos menuju keluar rumah. Gisella balik badan, menatap punggung Gibran yang menjauh."Ada apa ya?" gumamnya.Gibran bukanlah orang yang mau repot-repot mengurusi masalah orang lain. Pemuda itu hanya akan bersikap aktif apabila ada yang mengusik keluarganya."Kenapa, Dek?"Gisella
Menjelang sore, Chloe pulang ke rumahnya. Dia tidak mungkin untuk menginap di rumah putranya. Rumah kontrakan Arya hanya terdapat satu ranjang, tidak ada kamar tamu.Tadinya Gisella sudah menawarkan untuk menginap di rumah orang tuanya saja. Agar mereka bisa pergi bersama-sama besok menuju ke kota.Sayangnya Arya terlihat sangat keberatan. Dia tidak mau merepotkan mertuanya. Alhasil, mau tidak mau Chloe harus kembali sore itu juga."Om, harusnya tadi Mommy nginap saja di rumah Papa dan Mamaku. Malam ini kan kita mau menginap di sana, Mommy pasti senang karena bisa ngobrol-ngobrol lagi sama Mamaku."Arya yang sedang menggulung tikar di ruanh tamu lantas menoleh ke belakang. Satu alisnya naik ke atas. Arya lepaskan tikar yang sedang di pegang, menegakkan tubuhnya dan berjalan mendekat ke arah Gisella."Kenapa kok pakai panggilan itu lagi? Yang tadi udah bagus loh. Jangan kebiasaan manggil Om, saya bukan Om kamu," omelnya. Gisella
Siang telah berganti senja. Matahari telah berlari menuju persembunyian. Hewan-hewan malam mulai menunjukkan eksistensi nya, berterbangan di cakrawala berwarna jingga. Sementara itu gazebo mini yang ada di sebuah rumah besar, duduk seorang pemuda berkulit tan. Matanya menatap kosong pada kolam mini berisi beberapa ikan mas. Salah satu tangannya memegang sebatang rokok yang tak dia hisap, menimbulkan abu rokok yang telah memanjang. "Kau kenapa, Adi?" Pemuda berkulit Tan itu terkejut, lantas menoleh ke asal suara. "Enggak apa-apa. Kau ngapain ke sini?" tanyanya sembari mengangkat tangan kanannya dan menyesap rokoknya lagi. Pria yang baru saja datang adalah sepupunya Adi. Pria berkulit kuning langsat karena jarang terkena sengatan sinar matahari. "Aku habis ngebalikin perkakas yang kemarin di pinjam Bapakku. Kau kelihatan galau, ken