Gisella mendengus. Dia tidak akan semudah itu percaya pada pembelaan seorang peselingkuh. Baginya, selingkuh itu suatu tabiat yang pasti akan berulang di kemudian hari.
Wiryo yang melihat Gisella seakan enggan memaafkan putranya lantas berujar, "Nak Sella, selama ini bukannya kamu sangat mencintai Adi? Kenapa bisa semudah ini kamu berpindah hati? Apa jangan-jangan kamu pun berselingkuh dengan laki-laki itu?" Di akhir ucapan itu, Wiryo melirik ke arah Arya. "Aneh saja, kamu semudah itu membatalkan pernikahan, dan semudah itu pula mendapatkan laki-laki pengganti. Ini bukan cuma akal-akalan kamu saja yang ingin mencari-cari kesalahan Adi kan?" Semua orang yang ada di sana sampai di buat speechless dengan tuduhan Wiryo. Terutama keluarga Gisella dan Arya. Gisella dan Arya bahkan selama kenal hanya ada perdebatan. Arya yang tengil dan usil serta Gisella yang gampang tersulut emosi, tapi lihatlah sekarang, mereka malah sedang duduk bersama membahas pernikahan. "Pak Wiryo! Jangan sembarangan kalau bicara! Aku tidak punya hubungan apapun sebelumnya dengan Om Arya! Bapak jangan memutar balik fakta dong!" sentak Gisella. Mata coklatnya menatap Wiryo dengan tajam. "Ya lalu kenapa kamu bisa semudah itu berpaling dari Anakku?" tanya Wiryo menyudutkan Gisella. Sialnya, beberapa tetangga yang di undang dan masih berada di sana mulai terpengaruh. Merasa kalau tuduhan Wiryo tadi memang ada benarnya. Fakta yang Gisella sampaikan hanya akan terdengar seperti alasan untuk mereka yang terlanjur mempercayai tuduhan Wiryo. Menyadari situasi yang semakin memanas, Arya mengambil alih situasi, "Begini ya Pak Wiryo, anda datang ke sini sebenarnya buat apa? Buat mempermalukan diri sendiri? Kalau Bapak tidak terima, biar saya yang membayar ganti rugi batalnya Adi dan Gisel menikah. Sekarang sebut, berapa total biaya yang sudah Bapak keluarkan?" Ferdinand dan Emily menghela napas pelan. Pasangan paruh baya itu sangat mengenal karakteristik putranya, yang apabila sudah sangat jengah, maka jalan keluar yang akan pria itu ambil adalah mengandalkan the power of Money yang pria itu miliki. Gisella mendelik ke arah Arya, "Om, jangan. Ini bukan urusan kamu, biar ini keluargaku yang urus, Om." Arya tersenyum, sangat manis malah, "Kamu calon Istri saya. Kita juga mau menikah beberapa hari lagi, saya tidak mau ada masalah yang datang ke dalam rumah tangga yang akan kita bina nantinya." Gisella mengulum bibirnya, menahan senyum yang hampir lolos. Buat Gisella, ucapan Arya tadi terdengar sangat manis. "Tidak! Kalian tidak boleh menikah! Gisella cuma boleh menikah denganku!" Gisella menoleh ke arah Adi, di tatapnya pria yang pernah dia cintai itu — entah mengapa kini Gisella tidak merasakan apa-apa ketika menatap Adi, kini hanya tertinggal perasaan benci. "Lalu bagaimana jika Mbak Vera datang dan mengaku tengah hamil Anakmu? Terus bagaimana denganku, Bang? Tega kamu buat aku sakit lebih dalam lagi?" Adi terdiam, begitu pula Wiryo. Pria itu terpaku menatap lantai, dia tidak kepikiran sampai sana. Apalagi sejak dia mulai berhubungan dengan Vera, Adi tidak pernah menggunakan pengaman. "Kenapa diam? Kamu pun tidak bisa menampik soal itu kan?" Adi perlahan mengangkat kepalanya, "Tapi Abang cintanya cuma sama kamu, Sella." "Cinta? Kamu sebut itu cinta?" Gisella sampai bingung bagaimana harus berbicara. Gisella merasa selama ini dia telah salah meletakkan cinta. Adi yang dulu begitu perhatian dan selalu bersikap lembut pada Gisella, tapi karena satu kesalahan, semua itu seolah tak tampak di mata Gisella. Gisella sangat membenci perselingkuhan. Apalagi Adi sudah berada pada tahap yang sangat jauh. "Adi, pertunangan kamu dan Sella sudah batal. Kamu tidak punya hak mengatur keinginan Sella. Ada baiknya kamu bertanggung jawab pada Vera, khawatir bila dia malah hamil Anakmu," Bintang mencoba menengahi. Pria itu pun tidak sudi jika harus menjadikan Adi menantu, dia tidak mau anak gadis satu-satunya mengalami nasib pernikahan yang tidak baik. Wiryo akhirnya berdiri dari sofa, matanya menatap keluarga Gisella satu demi satu, hingga tatapannya berhenti pada Ayahnya Gisella, "Bintang, aku kecewa sama kamu! Lihat saja, kamu pasti akan menyesal karena batal besanan sama ku." Wiryo lantas membawa anak dan istrinya pergi. Adi yang enggan bahkan sampai di seret oleh pria paruh baya itu. "Bapak dan Ibu sekalian, maaf karena kalian jadi harus menyaksikan kejadian memalukan ini. Tapi saya mohon, jangan menyebarkan gosip yang tidak-tidak tentang Gisella," pinta Bintang. Orang tua manapun pasti ingin anaknya di pandang baik oleh orang di sekitarnya. Termasuk Bintang yang begitu menyayangi putri tunggalnya yang telah dia nantikan kelahirannya. Arya juga menambahkan, "Tolong ceritakan yang baik-baiknya saja tentang calon Istri saya. Dia memang gadis yang baik sejauh saya mengenal Gisel. Saya menerima lamaran Gisel pun karena yakin dia gadis yang pantas untuk di bahagiakan, dan saya siap membahagiakan Gisel." Kedua pipi Gisella bersemu. Dia tidak tahu kalau Arya bisa berucap semanis itu. Dia akui, wajah Arya memang sangat tampan, di usianya yang ke tiga puluh tiga tahun, pria itu malah terlihat semakin mempesona. Apakah ini yang di namakan Om-om lebih menggoda dari berondong? Batin Gisella mesam-mesem.Gisella mendengus. Dia tidak akan semudah itu percaya pada pembelaan seorang peselingkuh. Baginya, selingkuh itu suatu tabiat yang pasti akan berulang di kemudian hari. Wiryo yang melihat Gisella seakan enggan memaafkan putranya lantas berujar, "Nak Sella, selama ini bukannya kamu sangat mencintai Adi? Kenapa bisa semudah ini kamu berpindah hati? Apa jangan-jangan kamu pun berselingkuh dengan laki-laki itu?" Di akhir ucapan itu, Wiryo melirik ke arah Arya. "Aneh saja, kamu semudah itu membatalkan pernikahan, dan semudah itu pula mendapatkan laki-laki pengganti. Ini bukan cuma akal-akalan kamu saja yang ingin mencari-cari kesalahan Adi kan?" Semua orang yang ada di sana sampai di buat speechless dengan tuduhan Wiryo. Terutama keluarga Gisella dan Arya. Gisella dan Arya bahkan selama kenal hanya ada perdebatan. Arya yang tengil dan usil serta Gisella yang gampang tersulut emosi, tapi lihatlah sekarang, mereka malah sedang duduk bersama membahas pernikahan. "Pak Wiryo! Jangan s
Sarah mempersilahkan keluarga Arya masuk dengan sangat ramah. Ternyata seperti kebanyakan ibu-ibu, Sarah dan Emily bisa langsung akrab. Bahkan Emily yang tadinya terlihat kurang setuju, tapi begitu melihat cantiknya wajah Gisella, wanita paruh baya itu langsung mengusap-usap punggung Arya — gestur kalau wanita paruh baya itu suka dengan pilihan putranya. Keluarga Arya di bawa ke ruang keluarga. Ketika semua sudah duduk di tempatnya masing-masing, barulah kini terasa suasana yang sedikit suram. "Sebelumnya maaf, saya ingin bertanya pada Arya boleh?" tanya Bintang seraya menatap Arya. Arya mengangguk sopan, "Boleh, silahkan Pak." "Kenapa kamu menerima lamaran Putri saya?" kali ini Bintang menoleh ke arah Gisella. "Putri saya seharusnya menikah minggu depan dengan tunangannya, tapi ternyata calon suaminya malah berselingkuh. Mungkin karena terlalu emosi, dia malah mengambil keputusan impulsif dengan melamar Arya untuk menikah dengannya minggu depan. Arya, kamu sudah tau soal i
H-6 menjelang hari pernikahan.Hari Sabtu, Gisella sudah bangun sejak pagi. Dia izin cuti pada Bos nya, yang untungnya langsung di setujui.Gisella belum bilang pada kedua orang tuanya perihal kelakuan Adi yang telah berselingkuh.Pagi-pagi sekali Gisella bangun, dia sudah merapihkan seluruh penjuru rumah. Begitu anggota keluarga yang lain bangun, semuanya sudah bersih dan sarapan pun sudah tersaji di atas meja makan.Sarah — ibunya Gisella tentu merasa ada yang tidak beres pada putrinya. Sebagai seorang ibu yang membesarkan anak-anaknya dengan kedua tangannya sendiri, tentu lah Sarah tahu ada yang sedang Gisella ingin sampaikan atau ada sesuatu yang di inginkan. Makanya gadis itu bersusah payah mengambil hati orang tuanya."Dek, kamu udah ngasih makan ikan-ikan Papa? Tumben?" tanya Bintang — Ayah Gisella itu baru saja datang dari halaman belakang, dimana ada kolam ikan lele dan ikan nila di sana.Guntur — Kakak laki-laki Gisella sedikit memicingkan mata, merasa ada yang mencurigakan
"Om, mau gak nikah sama aku?" tanya Gisella tanpa tedeng aling-aling."Ha?!" sentak Arya sambil mengorek kuping — berharap dia telah salah mendengar. "Kamu ngajakin saya ngapain?" tanyanya sekali lagi. Dia tidak mau di anggap ke Ge-Er an oleh bocah macam Gisella."Nikah, Om. Aku ngajakin Om Arya nikah. Om mau kan?""Bukannya kamu Minggu depan—""Aku batal nikah sama Adi, Om. Dia selingkuh. Orang tuaku udah mempersiapkan semua biaya pesta pernikahan ini, kalau sampai batal, mau taruh dimana muka orang tuaku, Om?"Arya memijat tengkuk lehernya yang tiba-tiba terasa kaku. "Ya kalau batal terus kamu pilih nikah sama Saya. Yang ada orang tua kamu semakin malu, Gisel. Kamu mikir sampai sana gak?"Gisella dengan tanpa berdosanya menggelengkan kepala. Dia memang tidak kepikiran sampai sana. Situasi tidak memungkinkan dia untuk berpikir panjang."Tapi aku udah sesumbar ke Adi kalau Minggu depan aku bakal tetap menikah walau bukan dia mempelai prianya, Om."Gisella sengaja memasang wajah memela
Gisella Anastasia Bintang — gadis itu mengepalkan kedua tangan di sisi tubuh. Menatap marah pada seorang pemuda berkulit Tan yang sedang berdiri di hadapannya."Tega kamu ginikan aku, Bang?" tanya Gisella dengan suara bergetar menahan tangis. "Kamu gak lupa kan kalau minggu depan kita mau menikah? Terus di sini sekarang kamu malah selingkuh sama Mbak Vera?!" suaranya naik satu oktaf saat menyebut nama selingkuhan sang tunangan.Adi berusaha meraih tangan Gisella, "Sella, Abang bisa jelaskan. Ini—"Gisella tepis tangan Adi, dia tidak sudi bersentuhan dengan lelaki itu. "Penjelasan apa lagi? Sudah jelas kalau kamu sama Mbak Vera habis tidur bersama kan?! Mataku enggak buta, Bang. Aku lihat dengan kedua mata kepalaku sendiri!"Pecah, akhirnya tangisan gadis itu luruh juga. Rasa sakit yang dia rasakan seakan menusuk relung hati. Lelaki yang dia percaya, yang sudah dia pacari sejak dua tahun belakangan, nyatanya hanya lelaki brengsek yang tidak bisa menahan hawa nafsu belaka. Persis sepert