Share

BAB 5 Labirin

***

Kenapa kau selalu, menghindar saat ku tanya soal Kakek ku?"

"Aku tidak menghidar, hanya saja aku belum bisa meberikan informasi apapun."

Mereka saling menatap satu sama lain, Christian merasa di tekan dengan pertanyaan Isabella, Isabella juga tidak salah dia berhak tau keadaan Kakeknya, dan alasan kenapa dia harus berada di pulau itu.

"Apa untungnya, mengurungku di sini?" tanya Isabella dengan nada suara yang tinggi.

"Tidak ada, sebetulnya aku rugi waktu, rugi tenaga, aku sangat rugi," kata Christian agak berteriak.

"Kalau begitu lepaskan aku!"

"Kalau saja aku bisa," katanya dengan nada suara lebih tinggi. "Sebetulnya aku malas berurusan dengan mu dan seleruh keluarga mu," katanya lagi seraya meninggalkan Isabella.

"Christian!"

***

Sudah hampir dua minggu Isabella terjebak di pulau itu, sampai saat ini dia belum mendengar kabar dari kakeknya, dia sangat marah kepada Christian karena tak memberikan penjelasan apa-apa.

Beberapa hari ini, Isabella tak mau berbicara dan menerima undangan makan dari Christian.

Akhirnya Isabella memutuskan berjalan-jalan sendiri dia tidak mau di temani Grace, Grace tampak kuatir melihat Isabella, apalagi akhir-akhir ini dia tak berselera makan, dia terus mengurung diri di kamar dan tak banyak bicara.

"Nona, mau ku temani?"

"Tidak usah Garce, aku ingin sendirian," katanya seraya pergi meninggal kan Grace.

Isabella menangis, sambil berlari-lari kecil sosoknya tak sengaja melintas di hadapan Christian yang sedang latihan menembak.

Dorr! Dorr! Dorr!

Burung-burung berterbangan ketakutan, mendengar suara tembakan dari senapan itu. Seketika perhatian Christian tertuju ke arah Isabella yang melintas di hadapannya, mata Christian terus memperhatikan Isabella yang tampak menjauh.

Sejenak dia melirik Grace, Grace menyadarinya kalau tuannya membutuhkan informasi darinya, kemudian Grace segera menghampiri Christian.

"Ada apa dengannya?" Grace menunduk sejenak. "Nona sepertinya kangen rumah," ungkap Grace. "Maaf Tuan, beberapa hari ini, Nona tak mau makan, saya kuatir dia akan jatuh sakit," kata Grace lagi.

Christian tampak sangat kuatir mendengar hal itu, entah mengapa dia selalu perduli dengan gadis itu.

"Aku akan bicara padanya." kata Chritian "Benar-benar nerepotkan," kata Christian lagi sambil memberikan senapan kepada pengawalnya Billy.

Grace hanya mesem melirik Billy, kemudian dia mengikuti tuannya dari belakang.

Langit tampak mendung, beberapa kali terlihat kilatan caya, Christian segera menyusul Isabella. Billy dan Grace masih mengikutinya dari belakang, namun Christian meghalangi mereka.

"Tidak, biar aku saja," ucap Christian.

"Baik tuan," ungkap Billy seraya menghentikan langkahnya, Garce juga melakukan hal yang sama.

JGEEER!

Christian tampak tak menghirau kan suara petir itu, dia terus bergegas berjalan menuju taman labirin itu, dia sempat melihat dari ke jauhan kalau Isabella masuk ke taman Labirin.

***

Isabella tidak memperdulikan kilatan cahaya dan suara petir yang mengelegar itu, dengan percaya diri dia berputar putar di taman labirin itu, dia melampiaskan amarahnya sesekali.

"Kakek aku ingin pulang," katanya sambil menangis.

Dadanya mulai terasa sesak, dia ingin menjalani kehidupanya seperti dulu lagi. Isabella gadis 19 tahun yang harusnya merasakan kehidupan kampus, apa lagi dia sudah terlambat 2 tahun untuk masuk universitas, hal itu membuatnya frustasi.

"Kakek, harusnya tahun ini aku masuk universitas," ungkapnya lagi dengan nada kesal. Sambil menyeka air matanya, dia bebicara seolah-olah kakeknya ada di situ bersamannya.

"Kakek, aku hampir gila." Isabella tak sanggup lagi membendung air matanya, kali ini dia lepaskan selepas-lepasnya, air matanya mengalir deras.

Butiran hujan turun dari langit Isabella menatap ke langit seolah langitpun bersedih melihat keadaannya.

Sedang Christian masih mencari Isabella, dari berbagai arah, dia hapal betul denah labirin itu. Karena dari kecil dia sering bermain di sana bersama adiknya dan beberapa sepupunya.

Isabella berputar-putar dalam taman labirin itu, dia sedikit kebingungan mencari jalan keluar, hujan semakin deras tubuhnya mulai gemetaran terguyur hujan, waktu terus berlalu dia memeluk tubuhnya yang gemetaran sambil terus berlari-lari kecil.

"Kenapa aku terus berputar putar di sini," ungkapnya sambil mencoba berjalan ke arah yang lain.

Hujan semakin deras pandangan Isabella menjadi kabur, dia mulai ketakutan langit menerornya dengan suara petir di iringi dengan kilat cahaya.

Sedangkan Christian, masih berusaha mencari keberadaan Isabella, dan tak butuh waktu lama Christian melihat sosok Isabella tak jauh di hadapannya, Christian menghela nafas lega bisa menemukannya, dia segera mendekat ke arah gadis itu.

JGEEER!

"Aaaa!" Isabella berjongkok dia gemetar memeluk tubuhnya.

Tak lama Isabella bangkit lagi, dia berjalan dengan pandangan yang kabur, Namun tiba-tiba saja dia menabrak seseorang di hadapannya.

Dejavu hal ini pernah dia alami beberapa hari yang lalu, mata itu mengingatkannya pada malam penculikan itu.

Benturan keras menghatam tubuh mereka, Isabella hampir terjatuh, Christian segera menangkapnya dengan cepat tangannya melingkar di pingang Isabella.

Huf ...

Sekarang tubuh isabella tersandar di dada Christian, Isabella mendongak ke atas menatap wajah Christian, seketika Christian menunduk membalas tatapan Isabella.

DEG!

Jatung Isabella seperti berhenti sejenak kemudian memompanya lebih cepat, begitupun dengan Christian dia sedikit bingung dengan perasaannya saat ini, debaran yang tak pernah dia rasakan dengan wanita manapun.

Jantung Christian berdetak di luar kewajaran, Andrenalinnya naik, wajah cantik Isabella yang terkena air hujan, tampak sangat sexy membuat Christian hilang akal.

Lepaskan aku!" Isabella berteriak sambil meronta, Christian masih mendekap Isabella dengan kedua tangannya.

"Kenapa kau menculik ku, kenapa?" Isabella berteriak sambil memukul dada Christian dengan kedua tangannya.

"Bella, Berhenti" kata Christian

"Tidak mau!"

Christian semakin bergairah dia memeluknya penuh birahi.

"Aw, aku sesak" kata Isabella berusaha melepaskan dekapan Christian.

Christian tetap tak melapaskan pelukannya, Isabella semakin meronta, melihat Isabella meronta membuat insting Christian sebagai laki-laki semakin liar.

"Sikopat" teriak Isabella lagi, Christian mendekapnya semakin kuat Isabella mulai ketakutan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status