Beranda / Romansa / Terjebak Cinta Sang Dokter / Bab 22: Bayangan di Balik Jeruji

Share

Bab 22: Bayangan di Balik Jeruji

Penulis: Tediber
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-09 16:28:57

Hujan turun deras malam itu, mengetuk-ngetuk jeruji besi penjara di mana Zolanda ditahan. Cahaya lampu redup tak berdaya menembus kegelapan wajahnya yang bersandar pada dinding lembab. Tapi, matanya masih tajam. Lengkap rencana.

Tiba-tiba, ponsel kecil tersembunyi di balik dinding toilet rusak bergetar perlahan.

"Zolanda."

Suara di seberang terdengar tenang. Tapi jelas. mengandung bahaya.

"Tiga orangku gagal. Mereka ditangkap Pangeran dan Reno."

Zolanda tak menjawab. Dia hanya menarik napas dalam-dalam. Lalu, senyumnya muncul pelan-pelan.

"Jadi… akhirnya mereka menemukan bagian atas dari gunung es."

Misteri suaranya kembali berkata. Sekarang lebih lambat, lebih bisu.

"Tapi mereka belum tahu siapa aku. Aku masih di dalam sistem. Tak ada yang curiga."

Zolanda tersenyum lembut. "Kau adalah kartu truf-ku… Si Bayangan."

Dia melihat ke selembar kertas di tangannya, peta struktur rumah sakit dan jadwal keamanan terbaru.

"Kita perubahan permainan. Jika mereka memulai menyerang, kita membuat m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 1 Pertemuan yang Mengguncang

    Hujan mengguyur deras sejak pagi, menggantungkan langit dengan awan kelabu yang menyesakkan. Cantika menatap kosong ke luar jendela taksi, matanya menerobos kabut tipis yang mengembun di kaca. Suara klakson bersahut-sahutan, dan jalanan ibu kota macet seperti biasa. Tapi bukan itu yang membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia sedang menuju rumah sakit tempat ia akan diperiksa oleh dokter baru—dr. Pangeran. Namanya saja sudah membuat dada Cantika berdebar sejak seminggu lalu saat nama itu disebut perawat. "Dokter spesialis baru, sangat berbakat dan cukup terkenal di kalangan sosialita," kata mereka. Tapi Cantika tidak tertarik dengan popularitas. Ia hanya ingin sembuh. Tubuhnya yang kian lemah membuatnya sering sesak dan pingsan tanpa sebab. Begitu taksi berhenti di depan rumah sakit mewah itu, Cantika menarik napas panjang. Hatinya diliputi keraguan. Ia bukan siapa-siapa, hanya wanita biasa dengan latar belakang sederhana. Tapi rumah sakit ini—tempat orang-orang k

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 2 Dalam Diam, Aku Memilihmu

    Pagi itu, langit cerah setelah semalaman diguyur hujan. Rumah sakit tampak lebih hidup dari biasanya. Pasien dan keluarga berlalu-lalang, perawat mondar-mandir membawa catatan medis, dan di antara hiruk-pikuk itu, Cantika datang dengan langkah pelan dan senyum samar di wajahnya.Hari ini jadwalnya hanya konsultasi ringan, tapi entah kenapa, jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya. Bukan karena takut. Tapi karena ia tahu akan bertemu lagi dengan dr. Pangeran.Pangeran sedang berdiri membelakangi pintu ketika Cantika mengetuk dan masuk. Ia mengenakan jas dokter yang membuat sosoknya terlihat semakin berwibawa. Suaranya tenang saat berkata, “Masuk.”Begitu melihat Cantika, ia sedikit terdiam. Hari ini gadis itu terlihat berbeda. Lebih cerah. Wajahnya bersih tanpa banyak riasan, tapi justru itu yang membuatnya sulit dialihkan.“Bagaimana kondisi kamu hari ini?” tanyanya, memecah keheningan.“Jauh lebih baik dari kemarin, Dok,” jawab Cantika dengan senyum kecil. “Mungkin karena mim

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 3 Bukan Aku yang Dia Pilih

    Hujan telah reda. Tapi badai yang sesungguhnya baru saja dimulai.Zolanda melangkah cepat di lorong rumah sakit. Heels-nya mengetuk lantai dengan suara yang memantul tajam, membuat beberapa perawat dan mahasiswa magang menunduk takut-takut saat ia lewat. Wajah cantiknya dibalut riasan sempurna, tapi matanya menyimpan bara yang siap meledak.Dia tidak butuh penjelasan. Melihat Pangeran dan Cantika berdua saja sudah cukup membuatnya merasa dikhianati. Dan Zolanda bukan tipe wanita yang rela dicampakkan tanpa perlawanan.---Sementara itu, Pangeran sedang duduk sendirian di ruang kerjanya. Jari-jarinya mengetuk meja, memikirkan percakapannya dengan Cantika tadi di rooftop. Gadis itu benar-benar membuat hatinya hidup kembali.Sebelumnya, dunia Pangeran hanya diisi oleh jadwal operasi, pasien, dan tekanan keluarga. Tapi sejak Cantika hadir, ia mulai belajar tersenyum tanpa alasan, mulai menanti pagi dengan semangat, dan mulai percaya bahwa… cinta bisa datang tanpa diduga.Tok. Tok.Pintu d

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 4 Luka yang Tak Terlihat

    Langit mendung sore itu menyambut langkah lemah Cantika yang turun dari angkutan umum. Tas kecil tergantung di pundaknya, sementara wajahnya tertunduk menahan tangis yang belum juga habis sejak pagi.Ia melangkah menuju rumah petaknya, tempat tinggal bersama Nenek Wati—satu-satunya keluarga yang ia punya. Nenek Wati menyambut dengan senyum hangat, namun raut wajahnya berubah begitu melihat wajah cucunya yang pucat dan mata sembab.“Cantika, kenapa, Nak? Kok kamu pulang cepat?”Cantika berusaha tersenyum. “Aku… cuma rindu rumah, Nek.”Nenek Wati menggenggam tangan Cantika dan menariknya duduk di kursi rotan tua di beranda. “Kamu bisa bohong sama orang lain, tapi bukan sama Nenek. Ada apa?”Tangis Cantika pecah. Ia memeluk neneknya erat-erat.“Mereka usir aku, Nek. Mereka bilang aku nggak pantas. Mereka pikir aku ganggu Pangeran...”“Pangeran? Dokter itu?” tanya Nenek Wati lembut.Cantika mengangguk. “Aku nggak pernah berniat ganggu siapa-siapa. Tapi aku jatuh cinta, Nek. Dan aku rasa…

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 5 Luka, Nafsu, dan Balas Dendam

    Zolanda membanting pintu kamar apartemennya hingga bergetar. Napasnya memburu, rambutnya acak-acakan, dan riasannya mulai luntur karena amarah yang membara.“Aku kalah darinya? Dari gadis kampung rendahan itu?” gumamnya penuh kebencian. Ia berjalan mondar-mandir, lalu menghentak kaki ke lantai.Ia membuka lemari minuman, menuangkan wine ke dalam gelas kristal, lalu menenggaknya sekaligus. Dingin, tapi tak cukup untuk menurunkan panas di tubuh dan hatinya.Pikirannya melayang pada wajah Pangeran yang begitu lembut saat menatap Cantika. Tatapan yang dulu hanya ia terima saat mereka berdua masih dekat. Tatapan yang kini lenyap, tergantikan oleh rasa cinta pada perempuan lain.“Aku nggak akan kalah semudah ini,” katanya sambil meremas gelasnya sendiri.Tiba-tiba, ia mengambil ponselnya dan menekan salah satu kontak bernama “Reno”.Tak lama kemudian, suara pria di seberang terdengar. “Zol? Tumben nelpon malam-malam…”“Aku butuh kamu sekarang. Datang ke apartemen. Sekarang,” suaranya datar,

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 6 Pernikahan yang Dipaksakan

    Pangeran baru saja memarkir mobilnya di halaman rumah besar bergaya kolonial milik keluarganya. Malam itu angin berhembus lembut, tapi pikirannya justru berkabut. Sejak pertemuannya dengan Cantika, hidupnya seakan dipenuhi tanda tanya.Belum sempat membuka pintu, suara keras ayahnya terdengar dari ruang tamu.> “Kamu pulang juga akhirnya! Duduk, kita harus bicara.”Pangeran menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah masuk. Di ruang tamu, sang Ayah—duduk di kursi berlapis kulit mahal—menatapnya tajam.> “Aku ingin pernikahanmu dengan Zolanda dipercepat. Minggu depan, semua keluarga besar sudah kami undang.”Pangeran mendadak berdiri. “Apa?! Minggu depan? Ayah, aku belum menyetujui pernikahan itu!”> “Kamu tidak perlu menyetujui apa pun. Kamu hanya tinggal hadir dan menikahinya. Ayah sudah merencanakan semuanya.”> “Ayah pikir aku ini robot? Menikah tanpa cinta, tanpa suara, hanya karena Zolanda cocok menurut kalian?”> “Zolanda dari keluarga baik-baik, dia asisten kepercayaanmu di rumah

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 7 Dua Minggu yang Penuh Cinta

    Dua minggu berlalu sejak hari itu—hari di mana Pangeran dan Cantika memilih jalannya sendiri, menikah dalam kesederhanaan namun sarat dengan cinta dan harapan.Mereka kini tinggal di rumah kecil milik Nenek Rukiyah. Tak ada pelayan, tak ada kemewahan, tak ada sopir pribadi seperti dulu yang biasa mengantar Pangeran ke rumah sakit. Tapi Pangeran tak mengeluh sedikit pun. Justru, ia merasa lebih hidup.> “Pagi, Sayang,” sapa Cantika sambil menyuguhkan sarapan yang ia masak sendiri.Pangeran mencium kening istrinya dengan senyum hangat. “Pagi, istriku tercantik.”Setiap hari, Pangeran membantu Cantika menyapu halaman, mencuci pakaian, bahkan kadang memasak. Ia juga mulai membuka layanan kesehatan gratis untuk warga sekitar, menggunakan ilmunya demi kebaikan.Malam itu, setelah seharian bekerja dan mengajar anak-anak kampung tentang kebersihan, Pangeran dan Cantika duduk berdua di kamar.Suasana hening, lampu redup menemani.> “Cantika…” bisik Pangeran, suaranya pelan namun penuh makna.C

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 8 Menanti dengan Cinta

    Hari-hari berlalu begitu cepat di rumah kecil itu. Dari pagi yang diisi aroma teh manis dan roti bakar, hingga malam yang penuh pelukan dan bisikan sayang sebelum tidur, rumah tangga Cantika dan Pangeran benar-benar terasa damai.Sejak kabar kehamilan itu diumumkan, Pangeran berubah menjadi suami yang super perhatian. Ia tak pernah membiarkan Cantika mengangkat barang berat, bahkan untuk sekadar menyapu pun ia sering mengambil alih.> “Duduk aja, Sayang. Biar aku yang beresin,” ucap Pangeran sambil mencium kening Cantika.Cantika hanya bisa tertawa kecil. Kadang gemas, kadang terharu. Siapa sangka, dokter muda yang awalnya terlihat dingin dan sulit didekati itu, ternyata begitu lembut saat menjadi suami?Tak hanya Pangeran, Ibu Pangeran pun sering datang dan ikut membantu. Ia menyiapkan jamu, membawa makanan sehat, dan kadang mengajak Cantika bicara soal masa lalu kehamilan saat mengandung Pangeran.> “Dulu, Ibu juga mual parah kayak kamu, Nak. Tapi begitu anak ini lahir, semua rasa s

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 22: Bayangan di Balik Jeruji

    Hujan turun deras malam itu, mengetuk-ngetuk jeruji besi penjara di mana Zolanda ditahan. Cahaya lampu redup tak berdaya menembus kegelapan wajahnya yang bersandar pada dinding lembab. Tapi, matanya masih tajam. Lengkap rencana.Tiba-tiba, ponsel kecil tersembunyi di balik dinding toilet rusak bergetar perlahan."Zolanda."Suara di seberang terdengar tenang. Tapi jelas. mengandung bahaya."Tiga orangku gagal. Mereka ditangkap Pangeran dan Reno."Zolanda tak menjawab. Dia hanya menarik napas dalam-dalam. Lalu, senyumnya muncul pelan-pelan."Jadi… akhirnya mereka menemukan bagian atas dari gunung es."Misteri suaranya kembali berkata. Sekarang lebih lambat, lebih bisu."Tapi mereka belum tahu siapa aku. Aku masih di dalam sistem. Tak ada yang curiga."Zolanda tersenyum lembut. "Kau adalah kartu truf-ku… Si Bayangan."Dia melihat ke selembar kertas di tangannya, peta struktur rumah sakit dan jadwal keamanan terbaru."Kita perubahan permainan. Jika mereka memulai menyerang, kita membuat m

  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 21: Penyusupan Tanpa Nama

    Pagi yang tampak biasa… tapi ada yang berbeda di koridor lantai dua rumah sakit. Seorang perempuan berambut dikuncir rendah berjalan cepat, mengenakan seragam perawat baru dengan ID card bernama “Nadia”. Tak ada yang curiga, bahkan kepala perawat menyambutnya dengan senyum ramah.Padahal, "Nadia" adalah Caca — kembaran Cantika — yang kini menjalankan peran barunya sebagai mata Marsel di dalam.Dengan langkah tenang, Caca menyapu ruangan demi ruangan. Ia mencatat semua hal kecil: siapa yang mondar-mandir di luar shift, siapa yang terlalu sering mendekati ruang Putri dan Putra, siapa yang membawa alat-alat tanpa ijin.Sementara itu, lewat earpiece kecil tersembunyi di balik rambutnya, Marsel terus memberi instruksi.“Fokus ke ruang penyimpanan data. CCTV rumah sakit pernah mati selama 17 menit. Kita yakin itu bukan kebetulan.”Caca merespons cepat. “Akan kuperiksa jalur kabelnya.”**Di ruang CCTV, Caca berpura-pura membantu staf yang kelelahan. Diam-diam, ia mengakses rekaman cadangan

  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 20: Dalam Sunyi, Ada Bahaya

    Matahari pagi menyinari perlahan jendela kamar rawat itu. Di dalamnya, Putra mulai bisa duduk sendiri, walau masih dibantu sandaran. Wajahnya belum sepenuhnya pulih, tapi semangat hidupnya… sudah kembali. Putri duduk di samping tempat tidur, memegang buku cerita yang dulu sering mereka baca berdua. “Kau masih ingat ini?” tanya Putri pelan. Putra mengangguk kecil. “Kita dulu suka tiru suara tokohnya…” Putri tersenyum, lalu mencoba menirukan suara tokoh si kucing pintar. “‘Aku tahu jalannya! Ikuti aku, miaw!’” Putra tertawa kecil. Tawa yang sudah lama tak terdengar. Namun di balik kehangatan itu, ada ketegangan yang tak mereka pahami sepenuhnya. Mereka merasa diawasi. Setiap kali suster baru masuk, Putri akan menatapnya lama. Dan Putra—meski belum berkata banyak—bisa merasakan perubahan itu. “Mereka semua… takut,” bisik Putra. Putri menoleh. “Siapa?” Putra menatap langit-langit. “Orang-orang besar… Ayah, Pangeran, Om Marsel… mereka sembunyikan sesuatu.” Putri menund

  • Terjebak Cinta Sang Dokter    bab 19 Jejak dalam Sunyi

    Langit sore itu mendung, seolah menyimpan sesuatu yang akan pecah dalam waktu dekat. Rumah sakit tampak tenang di permukaan, tapi di dalamnya, ketegangan merayap seperti kabut — tak terlihat, tapi terasa. Marsel sedang duduk di kursi ruang tunggu, menatap layar ponselnya yang kosong. Ia hanya berniat menjaga suasana, menemani Pangeran dan Reno yang masih rapat dengan tim keamanan. Tapi nalurinya sebagai mantan intel tak pernah tidur. Saat itulah, matanya menangkap gerakan kecil yang tidak biasa di ujung lorong. Seorang pria dengan jaket hitam, wajah tertutup masker dan topi, tampak berdiri agak lama di depan ruang perawatan Putri. Ia tidak masuk, hanya memandang ke dalam dari balik kaca. Tapi ada sesuatu dari caranya berdiri… seperti sedang menghitung… atau mencatat. Marsel menyipitkan mata. "Siapa lo..." bisiknya pelan. Ia bangkit dari kursinya, berjalan pelan namun mantap ke arah pria itu. Tapi saat ia makin dekat, pria tersebut langsung berbalik dan berjalan cepat menjauh. “

  • Terjebak Cinta Sang Dokter    bab 18 Percakapan di Balik Jeruji

    Pagi itu langit mendung, seolah mencerminkan suasana hati Reno yang dipenuhi amarah dan kegelisahan. Mobil hitamnya berhenti tepat di depan pintu penjara — tempat Zolanda dikurung, namun tetap bisa mengendalikan ancaman dari balik jeruji.Reno berjalan pelan memasuki ruang kunjungan. Tatapannya tajam, rahangnya mengeras menahan emosi. Di balik kaca pemisah, Zolanda duduk santai dengan senyum tipis yang seolah mengejek.“Lama tak jumpa, Reno,” ucap Zolanda, nada suaranya dingin tapi santai. “Bagaimana kabar Cantika... dan Putri?”Reno menahan diri agar tidak meledak di tempat. Tangannya mengepal di atas meja.“Jangan main-main, Zolanda,” suaranya berat, penuh tekanan. “Orangmu nyaris mencelakai Cantika di parkiran. Apa tujuannya? Mau bikin kami takut?”Zolanda mengangkat alis, pura-pura polos.“Cantika wanita cerdas, dia pasti tahu hidup di dunia ini tidak pernah aman, Ren. Lagipula... aku hanya tahanan, apa mungkin aku bisa atur semua itu?”Ia terkekeh pelan, seolah tak merasa bersala

  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 17: Luka yang Perlahan Pulih

    Hari-hari di rumah sakit berjalan lambat, tapi penuh kehangatan. Setelah melewati masa kritis, Putra mulai bisa duduk di ranjangnya, meski tubuhnya masih lemah dan langkah kakinya belum sanggup menopang. Sedangkan Putri, walau memar di tubuhnya perlahan memudar, masih tetap setia berada di sisi sahabat kecilnya itu.Setiap pagi, suster datang membawa sarapan ringan, dan setiap kali Putra kesulitan menggenggam sendok, Putri yang tanpa banyak bicara akan mengambil alih, menyuapinya dengan hati-hati.“Pelan-pelan ya, biar nggak tersedak,” ucap Putri sambil tersenyum, meski dirinya sendiri kadang menahan nyeri di lengan yang belum pulih sempurna.Putra menatap Putri dalam diam, ada rasa haru yang sulit ia ungkapkan.“Kenapa kamu nggak istirahat aja, Putri?” bisiknya pelan.Putri menggeleng, tatapannya penuh keyakinan.“Karena kamu butuh aku. Sahabat nggak ninggalin sahabat, kan?”Ucapan sederhana itu selalu jadi obat paling mujarab bagi Putra. Bukan infus, bukan obat-obatan dari dokter —

  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 16: Tertatih Menuju Cahaya

    Malam mulai turun perlahan, menyelimuti rumah sakit dengan bayangan kelabu yang sunyi. Di ruang perawatan anak, Putri terbangun dari tidurnya dengan nafas berat. Memar di lengan dan kakinya masih jelas terlihat, dan dadanya terasa sesak setiap kali mencoba bangun.Tapi ada satu suara dalam hatinya yang memanggil…“Putra…”Dengan susah payah, Putri turun dari tempat tidurnya. Kakinya masih gemetar, namun mata kecilnya bersinar penuh tekad. Dia tahu Putra sedang kesakitan. Dia tahu, sahabat kecilnya itu butuh dirinya.Tangannya meraba dinding untuk bertahan agar tidak jatuh. Suster jaga malam itu tertidur di meja, membuat jalan menuju ruang ICU sepi… terlalu sepi.Setiap langkah terasa seperti membawa beban seribu kilo. Rasa sakitnya belum sembuh. Tapi hatinya terlalu kuat untuk berhenti.“Sabar ya, Putra… Putri datang…”**Sementara itu, di ruang keluarga rumah sakit, Cantika bersandar di bahu Pangeran. Reno dan Marsel tengah berdiskusi di meja seberang, membicarakan rencana pelacakan

  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 15 – Jejak yang Menghilang

    Reno berdiri di balkon lantai dua rumahnya, tatapannya kosong menatap langit subuh yang mulai membiru. Angin dingin menusuk hingga ke tulang, namun pikirannya jauh lebih dingin—membeku dalam kecemasan yang tak kunjung mereda.Sudah empat hari Putri menghilang. Sudah empat malam pula Reno tak tidur. Semua CCTV, saksi mata, hingga jaringan bawah tanah yang ia miliki telah dikerahkan, namun nihil. Seolah Putri benar-benar menghilang dari muka bumi.“Kamu harus makan, Ren…” suara Pangeran yang berdiri di ambang pintu, berusaha terdengar tenang.Reno menggeleng, tatapannya tetap kosong. “Aku CEO, aku bisa lacak orang sejauh benua… tapi untuk menemukan anakku sendiri, aku gagal…”Pangeran menepuk bahu Reno. “Kamu ayah, bukan Tuhan. Kita akan temukan dia. Bersama.”Di ruang tengah, Cantika duduk memeluk Putra yang mulai membaik, namun tetap murung tanpa kehadiran Putri. Sementara Caca dan Marsel bolak-balik membawa makanan, minuman, dan laporan pencarian yang tak pernah ada kabar cerahnya.R

  • Terjebak Cinta Sang Dokter    Bab 14 Teror yang Kembali

    Hari itu mentari bersinar lembut. Putra dan Putri berlarian di halaman rumah, mengenakan seragam SD mereka yang baru. Usia mereka genap 6 tahun. Tawa ceria menghiasi udara, tak ada yang menyangka… badai akan segera datang.Di dalam rumah, Cantika dan Pangeran sedang membereskan bekal anak-anak, sementara Reno membaca koran di teras belakang. Caca dan Marsel sibuk bercanda soal siapa nanti yang akan antar jemput sekolah.Tiba-tiba… sebuah amplop cokelat tergelincir lewat celah pintu pagar.Marsel yang melihatnya pertama kali, segera memanggil, “Pangeran! Ini... kayaknya bukan surat biasa!”Pangeran buru-buru mengambil dan membukanya. Di dalamnya hanya ada satu foto—foto Putra dan Putri sedang tertidur di kamar.Cantika langsung pucat.“Astaga… ini foto semalam…”---Di balik foto itu, tertera tulisan tangan miring yang dikenali semua orang:> “Kalian pikir aku tak akan kembali? Tunggu saja… aku akan menghancurkan ketenangan kalian seperti kalian menghancurkan hidupku. – Z”Pangeran men

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status