Home / Romansa / Terjebak Cinta Sang Dokter / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Terjebak Cinta Sang Dokter : Chapter 1 - Chapter 10

22 Chapters

Bab 1 Pertemuan yang Mengguncang

Hujan mengguyur deras sejak pagi, menggantungkan langit dengan awan kelabu yang menyesakkan. Cantika menatap kosong ke luar jendela taksi, matanya menerobos kabut tipis yang mengembun di kaca. Suara klakson bersahut-sahutan, dan jalanan ibu kota macet seperti biasa. Tapi bukan itu yang membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia sedang menuju rumah sakit tempat ia akan diperiksa oleh dokter baru—dr. Pangeran. Namanya saja sudah membuat dada Cantika berdebar sejak seminggu lalu saat nama itu disebut perawat. "Dokter spesialis baru, sangat berbakat dan cukup terkenal di kalangan sosialita," kata mereka. Tapi Cantika tidak tertarik dengan popularitas. Ia hanya ingin sembuh. Tubuhnya yang kian lemah membuatnya sering sesak dan pingsan tanpa sebab. Begitu taksi berhenti di depan rumah sakit mewah itu, Cantika menarik napas panjang. Hatinya diliputi keraguan. Ia bukan siapa-siapa, hanya wanita biasa dengan latar belakang sederhana. Tapi rumah sakit ini—tempat orang-orang k
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more

Bab 2 Dalam Diam, Aku Memilihmu

Pagi itu, langit cerah setelah semalaman diguyur hujan. Rumah sakit tampak lebih hidup dari biasanya. Pasien dan keluarga berlalu-lalang, perawat mondar-mandir membawa catatan medis, dan di antara hiruk-pikuk itu, Cantika datang dengan langkah pelan dan senyum samar di wajahnya.Hari ini jadwalnya hanya konsultasi ringan, tapi entah kenapa, jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya. Bukan karena takut. Tapi karena ia tahu akan bertemu lagi dengan dr. Pangeran.Pangeran sedang berdiri membelakangi pintu ketika Cantika mengetuk dan masuk. Ia mengenakan jas dokter yang membuat sosoknya terlihat semakin berwibawa. Suaranya tenang saat berkata, “Masuk.”Begitu melihat Cantika, ia sedikit terdiam. Hari ini gadis itu terlihat berbeda. Lebih cerah. Wajahnya bersih tanpa banyak riasan, tapi justru itu yang membuatnya sulit dialihkan.“Bagaimana kondisi kamu hari ini?” tanyanya, memecah keheningan.“Jauh lebih baik dari kemarin, Dok,” jawab Cantika dengan senyum kecil. “Mungkin karena mim
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more

Bab 3 Bukan Aku yang Dia Pilih

Hujan telah reda. Tapi badai yang sesungguhnya baru saja dimulai.Zolanda melangkah cepat di lorong rumah sakit. Heels-nya mengetuk lantai dengan suara yang memantul tajam, membuat beberapa perawat dan mahasiswa magang menunduk takut-takut saat ia lewat. Wajah cantiknya dibalut riasan sempurna, tapi matanya menyimpan bara yang siap meledak.Dia tidak butuh penjelasan. Melihat Pangeran dan Cantika berdua saja sudah cukup membuatnya merasa dikhianati. Dan Zolanda bukan tipe wanita yang rela dicampakkan tanpa perlawanan.---Sementara itu, Pangeran sedang duduk sendirian di ruang kerjanya. Jari-jarinya mengetuk meja, memikirkan percakapannya dengan Cantika tadi di rooftop. Gadis itu benar-benar membuat hatinya hidup kembali.Sebelumnya, dunia Pangeran hanya diisi oleh jadwal operasi, pasien, dan tekanan keluarga. Tapi sejak Cantika hadir, ia mulai belajar tersenyum tanpa alasan, mulai menanti pagi dengan semangat, dan mulai percaya bahwa… cinta bisa datang tanpa diduga.Tok. Tok.Pintu d
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more

Bab 4 Luka yang Tak Terlihat

Langit mendung sore itu menyambut langkah lemah Cantika yang turun dari angkutan umum. Tas kecil tergantung di pundaknya, sementara wajahnya tertunduk menahan tangis yang belum juga habis sejak pagi.Ia melangkah menuju rumah petaknya, tempat tinggal bersama Nenek Wati—satu-satunya keluarga yang ia punya. Nenek Wati menyambut dengan senyum hangat, namun raut wajahnya berubah begitu melihat wajah cucunya yang pucat dan mata sembab.“Cantika, kenapa, Nak? Kok kamu pulang cepat?”Cantika berusaha tersenyum. “Aku… cuma rindu rumah, Nek.”Nenek Wati menggenggam tangan Cantika dan menariknya duduk di kursi rotan tua di beranda. “Kamu bisa bohong sama orang lain, tapi bukan sama Nenek. Ada apa?”Tangis Cantika pecah. Ia memeluk neneknya erat-erat.“Mereka usir aku, Nek. Mereka bilang aku nggak pantas. Mereka pikir aku ganggu Pangeran...”“Pangeran? Dokter itu?” tanya Nenek Wati lembut.Cantika mengangguk. “Aku nggak pernah berniat ganggu siapa-siapa. Tapi aku jatuh cinta, Nek. Dan aku rasa…
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more

Bab 5 Luka, Nafsu, dan Balas Dendam

Zolanda membanting pintu kamar apartemennya hingga bergetar. Napasnya memburu, rambutnya acak-acakan, dan riasannya mulai luntur karena amarah yang membara.“Aku kalah darinya? Dari gadis kampung rendahan itu?” gumamnya penuh kebencian. Ia berjalan mondar-mandir, lalu menghentak kaki ke lantai.Ia membuka lemari minuman, menuangkan wine ke dalam gelas kristal, lalu menenggaknya sekaligus. Dingin, tapi tak cukup untuk menurunkan panas di tubuh dan hatinya.Pikirannya melayang pada wajah Pangeran yang begitu lembut saat menatap Cantika. Tatapan yang dulu hanya ia terima saat mereka berdua masih dekat. Tatapan yang kini lenyap, tergantikan oleh rasa cinta pada perempuan lain.“Aku nggak akan kalah semudah ini,” katanya sambil meremas gelasnya sendiri.Tiba-tiba, ia mengambil ponselnya dan menekan salah satu kontak bernama “Reno”.Tak lama kemudian, suara pria di seberang terdengar. “Zol? Tumben nelpon malam-malam…”“Aku butuh kamu sekarang. Datang ke apartemen. Sekarang,” suaranya datar,
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more

Bab 6 Pernikahan yang Dipaksakan

Pangeran baru saja memarkir mobilnya di halaman rumah besar bergaya kolonial milik keluarganya. Malam itu angin berhembus lembut, tapi pikirannya justru berkabut. Sejak pertemuannya dengan Cantika, hidupnya seakan dipenuhi tanda tanya.Belum sempat membuka pintu, suara keras ayahnya terdengar dari ruang tamu.> “Kamu pulang juga akhirnya! Duduk, kita harus bicara.”Pangeran menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah masuk. Di ruang tamu, sang Ayah—duduk di kursi berlapis kulit mahal—menatapnya tajam.> “Aku ingin pernikahanmu dengan Zolanda dipercepat. Minggu depan, semua keluarga besar sudah kami undang.”Pangeran mendadak berdiri. “Apa?! Minggu depan? Ayah, aku belum menyetujui pernikahan itu!”> “Kamu tidak perlu menyetujui apa pun. Kamu hanya tinggal hadir dan menikahinya. Ayah sudah merencanakan semuanya.”> “Ayah pikir aku ini robot? Menikah tanpa cinta, tanpa suara, hanya karena Zolanda cocok menurut kalian?”> “Zolanda dari keluarga baik-baik, dia asisten kepercayaanmu di rumah
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more

Bab 7 Dua Minggu yang Penuh Cinta

Dua minggu berlalu sejak hari itu—hari di mana Pangeran dan Cantika memilih jalannya sendiri, menikah dalam kesederhanaan namun sarat dengan cinta dan harapan.Mereka kini tinggal di rumah kecil milik Nenek Rukiyah. Tak ada pelayan, tak ada kemewahan, tak ada sopir pribadi seperti dulu yang biasa mengantar Pangeran ke rumah sakit. Tapi Pangeran tak mengeluh sedikit pun. Justru, ia merasa lebih hidup.> “Pagi, Sayang,” sapa Cantika sambil menyuguhkan sarapan yang ia masak sendiri.Pangeran mencium kening istrinya dengan senyum hangat. “Pagi, istriku tercantik.”Setiap hari, Pangeran membantu Cantika menyapu halaman, mencuci pakaian, bahkan kadang memasak. Ia juga mulai membuka layanan kesehatan gratis untuk warga sekitar, menggunakan ilmunya demi kebaikan.Malam itu, setelah seharian bekerja dan mengajar anak-anak kampung tentang kebersihan, Pangeran dan Cantika duduk berdua di kamar.Suasana hening, lampu redup menemani.> “Cantika…” bisik Pangeran, suaranya pelan namun penuh makna.C
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more

Bab 8 Menanti dengan Cinta

Hari-hari berlalu begitu cepat di rumah kecil itu. Dari pagi yang diisi aroma teh manis dan roti bakar, hingga malam yang penuh pelukan dan bisikan sayang sebelum tidur, rumah tangga Cantika dan Pangeran benar-benar terasa damai.Sejak kabar kehamilan itu diumumkan, Pangeran berubah menjadi suami yang super perhatian. Ia tak pernah membiarkan Cantika mengangkat barang berat, bahkan untuk sekadar menyapu pun ia sering mengambil alih.> “Duduk aja, Sayang. Biar aku yang beresin,” ucap Pangeran sambil mencium kening Cantika.Cantika hanya bisa tertawa kecil. Kadang gemas, kadang terharu. Siapa sangka, dokter muda yang awalnya terlihat dingin dan sulit didekati itu, ternyata begitu lembut saat menjadi suami?Tak hanya Pangeran, Ibu Pangeran pun sering datang dan ikut membantu. Ia menyiapkan jamu, membawa makanan sehat, dan kadang mengajak Cantika bicara soal masa lalu kehamilan saat mengandung Pangeran.> “Dulu, Ibu juga mual parah kayak kamu, Nak. Tapi begitu anak ini lahir, semua rasa s
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more

Bab 9 Awal Kehidupan Baru

Mentari pagi menyusup lewat jendela kamar yang tirainya tersibak sedikit. Burung-burung berkicau lembut, seakan menyambut kehadiran si kecil Putra di rumah mungil mereka.Cantika duduk di tepi ranjang, mengenakan daster lembut bermotif bunga. Wajahnya masih tampak lelah, tapi senyum di bibirnya tak henti-henti terlukis. Di pelukannya, Putra terlelap setelah disusui.> “Pangeran… lihat deh, Putra tidur sambil senyum,” bisik Cantika lirih.Pangeran yang baru selesai membuatkan sarapan datang dengan nampan, duduk di sampingnya.> “Mungkin dia mimpi ketemu ibu paling cantik sedunia,” godanya sambil mengecup pelipis Cantika.Mereka tertawa kecil. Rumah kecil itu terasa penuh cinta dan harapan. Hari-hari baru pun dimulai: begadang, menyusui, mengganti popok, dan berbagi tawa karena hal-hal sepele.Ibu Pangeran beberapa kali datang membantu, membawa makanan dan baju bayi.> “Kalau kalian butuh bantuan malam-malam, tinggal telepon ya, Nak,” katanya sambil mengelus kepala Putra.Namun di balik
last updateLast Updated : 2025-04-17
Read more

Bab 10 Caca, Si Kembar Ceria

Hari itu, langit cerah. Udara rumah terasa lebih hangat dari biasanya. Cantika sedang menyuapi Putra, sementara Pangeran sibuk menyusun daftar kontrol imunisasi bayi. Marsel baru saja kembali dari rumah sakit, duduk di kursi roda sambil mengelus pelipisnya yang masih dibalut.Tiba-tiba..."SURPRISEEEEE!!"Suara nyaring dari depan rumah membuat semua orang melompat kaget. Pangeran hampir menjatuhkan buku catatan, Cantika terdiam dengan sendok melayang di udara, dan Marsel... hampir jatuh dari kursi rodanya.Seorang perempuan muncul dengan koper besar, rambut dikuncir dua, memakai jaket pink dan kacamata bulat.> “CANTIKAAA!!! KEMBARKU CANTIKK!! Aku pulang dari Korea!!”> “CACAAAA??!!” Cantika menjerit bahagia dan langsung berlari memeluk saudari kembarnya.Caca, si adik kembar Cantika, langsung jadi pusat perhatian. Dengan gaya hebohnya, ia mengoceh tanpa henti soal kehidupannya di luar negeri, makanan Korea, drama yang bikin nangis, dan cowok-cowok cute yang jadi teman sekelasnya.Mar
last updateLast Updated : 2025-04-17
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status