Dua minggu berlalu sejak hari itu—hari di mana Pangeran dan Cantika memilih jalannya sendiri, menikah dalam kesederhanaan namun sarat dengan cinta dan harapan.Mereka kini tinggal di rumah kecil milik Nenek Rukiyah. Tak ada pelayan, tak ada kemewahan, tak ada sopir pribadi seperti dulu yang biasa mengantar Pangeran ke rumah sakit. Tapi Pangeran tak mengeluh sedikit pun. Justru, ia merasa lebih hidup.> “Pagi, Sayang,” sapa Cantika sambil menyuguhkan sarapan yang ia masak sendiri.Pangeran mencium kening istrinya dengan senyum hangat. “Pagi, istriku tercantik.”Setiap hari, Pangeran membantu Cantika menyapu halaman, mencuci pakaian, bahkan kadang memasak. Ia juga mulai membuka layanan kesehatan gratis untuk warga sekitar, menggunakan ilmunya demi kebaikan.Malam itu, setelah seharian bekerja dan mengajar anak-anak kampung tentang kebersihan, Pangeran dan Cantika duduk berdua di kamar.Suasana hening, lampu redup menemani.> “Cantika…” bisik Pangeran, suaranya pelan namun penuh makna.C
Last Updated : 2025-04-16 Read more