Share

Tekad Revan

Revan, tersenyum miris sebenarnya dalam hati. 

“Sebenernya, besok lo mulai kerja, pelan-pelan bisa tanya sekretaris buat segala kerjaannya. Karena gue udah kasih catatan. Dan, lusa gue mau ke Jakarta.”

“Wah, gue sebagai orang yang lo bayar, ya, manut aja,” jawab Gibran, wajahnya menatap Revan yang tetiba murung. “Lo kenapa?”

“Enggak ada. Ke Jakarta, mau melamar gadis.” 

“Serius? Terus, lo jalan sendirian?’

Revan mengangguk. 

“Enggak ajak nyokap atau bokap?” tanya Gibran semakin penasaran. 

Revan menggeleng, bimbang dalam hati. “Gue juga udah berbohong sama gadis itu,” tambahnya. 

“Maksudnya bohong?” 

“Gue pura-pura jadi anak seorang buruh tani.” 

“APA?! Zaman segini masih lo sembunyiin identitas, gimana kalo dia tiba-tiba tahu, terus marah sama lo. Ngomong-ngomong ketemu sama dia di mana?” 

“Gue, acak nomor telepon, terus, nyasar ke nomornya dia.” 

“HAH?” Mata Gibran membesar. “Gue salah denger kayaknya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status