Share

Bab 2

Author: Lusia Sudarti
last update Last Updated: 2024-10-28 11:37:39

2. Terjebak Cinta Terlarang

Diminta Membawakan Lagu

Penulis: Lusia Sudarti

Part 2

***

Setelah melepas lelah sejenak, Dan menyantap makanan untuk kami sekeluarga. Kami menuju kerumah Mbah yang lain! Disini kami menginap selama menghadiri acara.

Jaraknya tidak terlalu jauh, juga tidak dekat, cukup untuk sekedar olah raga dengan berjalan kaki, kami bersenda gurau dalam perjalanan, tak terasa akhirnya kami pun tiba.

❣❣❣❣❣❣

Keesokan harinya ...

Pagi yang cerah, udara begitu sejuk.

Hhmmm ... kuhirup udara yang begitu sejuk memenuhi seluruh ruang pernafasan dan kuhembuskan perlahan! Aku berjalan pagi ini mengelilingi halaman, pemandangan begitu asri, sawah yang menghijau, saluran irigasi yang berair jernih. Para petani hilir mudik kesawah menggunakan sepeda ontel.

sungguh asri ...

Matahari bersinar terang, pantulannya berkilau di air yang jernih. Di sebuah saung di tepi sawah, aku duduk termenung. Para petani melakukan pekerjaan mereka, ada yang menanam padi, ada yang menabur pupuk ada yang masih melakukan proses pencangkulan menggunakan mesin. Sejauh mata memandang, hanya hamparan sawah yang membentang, menghijau, sungguh aku begitu betah dan tenang.

Gemericik air dari saluran irigasi menambah syahdu suasana. Para penduduk beramai-ramai berangkat mau pun pulang, bekal yang mereka bawa ditaruh di sepeda, memakai caping lebar sebagai penutup kepala untuk melindungi dari sengatan panas matahari yang begitu terik jika hari menjelang siang.

Kami akan pulang jika memasuki waktu dzuhur tiba, dan kembali ba'da dzuhur hingga waktu menjelang ashar. Para lelaki akan kembali lagi mencari rumput untuk makanan ternak mereka. Ibu-Ibu memasak untuk makan malam. Entah berapa lama aku berada di saung, pastinya aku enggan untuk beranjak pulang. Aku melihat matahari telah meninggi. Akhirnya aku beranjak pulang, kemungkinan semua orang telah menanti kepulanganku.

Beberapa orang berpapasan denganku, mereka begitu ramah dan kubalas dengan senyum dan anggukan.

'Huff lelah juga ya, pulang dulu mungkin si bocil kebingungan mencari keberadaanku," gumamku. Sedikit berlari-lari kecil aku kembali kerumah Mbah.

"Oalah Nduk wes muleh (oh Nak sudah pulang)," sambut Mbah Uti ketika melihatku.

"Eeh kaget, ada Mbah rupanya! Iya Mbah seger banget Mbah suasana pagi. Jadi aku jalan-jalan sebentar," jawabku sembari kuulas senyum.

Rupanya bocilku mendengar aku berada di depan, dan ia menghambur kepelukanku. Kupeluk dan kucium dengan gemes.

"Mama dari mana sih?" sungutnya.

"Jalan-jalan pagi donk, habis sholat tadi," sahutku. Sambil kuusap pucuk kepalanya.

"Ayo semua siap-siap kita berangkat!" terdengar suara Bapak dari dalam, meminta semua bersiap untuk berangkat.

Akhirnya kami pun berangkat!

Dan berjalan kerumah hajat karena memang hanya berjarak 500 meter dari rumah yang kami tempati. Sambil bersenda gurau, beberapa warga ada yang tersenyum dan menyapa. Ada yang tak berkedip menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Mbah ...!" bisikku memanggil Mbah yang berada disampingku.

"Aapa ...!" jawab Mbah sembari menatapku.

"Coba lihat penampilan aku Mbah, apa ada yang aneh?" tanyaku, sembari berjalan mendahului Mbah lalu berdiri dihadapannya.

Mbah pun menelisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tiba-tiba Mbah mengacungkan dua jempol tangan-nya.

"Perfeck ...!" sahutnya, sambil tersenyum.

"hahaha ... Mbah lebay," kataku sembari manyun, aku terkekeh.

Mbah juga Bapak, Ibu pun ikut tertawa. Tak terasa ternyata kami telah tiba di rumah hajat.

"Ehh sudah pada datang rupanya!" sambut Mbah Herman dengan ramah.

"Ayo masuk sini," ucapnya kepada kami. Di ruang khusus untuk para kerabat disana ada Paman dan kedua Adiknya.

"Dek ...," panggil Paman kepadaku.

Aku menoleh kearahnya.

"Iya Paman, ada apa?" jawabku.

"Sini deket Paman," katanya.

"Emm ... sini aja Paman," tolakku halus.

"Iya udah nggak pa-pa," jawabnya sedikit kecewa.

Sambil menunggu semua proses acara aku berjalan-jalan di sekeliling rumah, aku melangkah ke halaman depan, suasana begitu meriah, berbagai pedagang dadakan memenuhi area disekitar rumah hajat, berbagai pedagang! Dari pedagang mainan, pedagang es, pedagang bakso, balon dan lain-lain.

Disaat aku hendak membeli bakso, terdengar panggilan lantang di belakangku.

"Mama tunggu ... Anjani mau beli es cream!" teriaknya.

Aku berhenti seketika, lalu memutar tubuh kebelakang. Anjani berlari-lari kecil menghampiriku aku dengan raut wajah ceria.

"Mau beli es cream, atau bakso?" tanyaku seraya menunggunya tiba didekatku.

"Dua-duanya, hehehe," jawabnya sambil nyengir.

Aku menoel dagunya dengan gemas.

Kami melangkah beriringan menuju ke penjual bakso di seberang jalan. Banyak pasang mata yang mengawasi kami, ada yang sinis, terutama Ibu-Ibu muda, ada yang menunjukkan sorot kagum, itu dari kaum adam tentunya, aku hanya cuek menanggapinya.

"Bu, beli bakso dua mangkok!" ujarku kepada Ibu penjual bakso seraya menempati tempat duduk di depan gerobak bakso.

"Dibungkus apa dimakan sini Mbak?" tanyanya kepadaku seraya tersenyum ramah.

"Dimakan sini Bu," jawabku pelan.

"Oh iya Mbak, sebentar ya?" jawabnya sambil meracik toping bakso.

"Iya Bu ..."

"Dari mana Mbak, kayaknya bukan penduduk sini ya, baru lihat!" tanyanya sambil menaruh mangkuk bakso dihadapanku.

"Iya Bu," jawabku singkat.

"Ini punya Adeknya!" ia menaruh mangkuk dihadapan Anjani. Aku terkejut mendengar kata-kata Adek, sontak aku dan Anjani saling pandang, lalu tertawa.

"Maaf Bu ... ini bukan Adik! Melainkan Anak saya Bu," jawabku seraya tersenyum.

Kini giliran Ibu penjual bakso yang terkejut mendengar penjelasanku, kedua bola matanya melebar seketika.

"Anaknya ya Mbak? Waduh maaf, saya kira Adeknya, hehehe," si Ibu pun terkekeh.

Setelah selesai dan membayar kami berdua segera pamit, takut dicari semua orang.

❣❣❣❣

Para Pramusaji sibuk menyiapkan hidangan. Aku bangkit mau ikut Membantu para pramusaji.

"Jangan Nduk ..." cegah Mbah saat aku hendak beranjak.

"Itu tugas mereka, dari sebelah keluarga kedua belah pihak dilarang ikut bantu-bantu," terangnya kemudian. "Ooh gitu ya Mbah?" sahutku manggut-manggut.

"Iya Nduk," jelasnya lagi.

Tak sengaja aku melihat Paman yang mencuri pandang. Saatku pergoki ia lalu membuang muka. Heemm kok hatiku rasanya tak tenang ya?" gumamku.

Hari ini masih ada Ritual Adat Jawa. Entahlah aku tak faham. Dan alunan musik gambus bergantian dengan gending Jawa menambah syahdu dan semarak suasana. Ternyata begini ya jika menikah dengan acara yang dibuat mewah, seandainya dahulu aku menikah dengan orang yang tepat, mungkin aku pun seperti ini, duduk bersanding di pelaminan dan menjadi raja dan ratu sehari.

Aku duduk terpaku di tempatku menyaksikan hilir mudik para tetangga yang membantu, dan memperhatikan kesibukan pengantin yang harus melakukan ini dan melakukan itu menurut adat. Ternyata ribet juga ya menjadi seorang pengantin? Aku memang tak mengalami itu semua, karena dahulu aku menikah karena perjodohan dan hanya pernikahan di bawah tangan. Karena aku tak sanggup lagi menjalani pernikahan yang menyakitkan, akhirnya aku memutuskan untuk berpisah dan menjalani kehidupan menjadi seorang janda dengan satu Anak.

Kini penyesalan tiada guna, karena tak akan mengembalikan masa-masa dahulu sebelum menikah. Yah memang itu semua perjalanan takdir yang harus kujalani.

Tak ada satu pun umat manusia yang mampu melawan takdir-Nya, kita hanya bisa merubah nasib, tapi kalau takdir sudah digariskan sebelum kita diciptakan.

Tiba-tiba Ibu memberi kode agar aku mendekat kepadanya.

"Kenapa Bu?" tanyaku, setelah aku berada di sampingnya.

"Maya sebentar lagi kamu dipanggil kepanggung untuk menyumbangkan sebuah lagu, permintaan dari kedua belah pihak," kata Ibu, sembari menatapku lekat.

"A-apaa buuu?" teriakku tanpa sadar, aku pun menutup mulut dengan kedua tangan.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 66

    66. Terjebak Cinta TerlarangAku Menerima Mas Reno Apa Pun Keadaannya.Penulis : Lusia SudartiPart 66"Aminn," ujarku menjawab Mas Reno.Bapak dan Ibu, terdiam mendengar penuturan Mas Reno.Aku berfikir, pasti ada udang di balik bakwan, aku mencurigai seseorang di balik kejadian ini.🌹🌹🌹🌹🌹🌹Alam fikiranku masih menduga-duga, dan feelingku mengatakan bahwa orang masa laluku terlibat atas kejadian ini.Suara deru motor berhenti di halaman rumah. Tak lama beberapa orang terdengar riuh, mereka yang di minta untuk mencari tas Mas Reno yang mungkin tercecer di lokasi kejadian.Yang terdiri dari Mas ku, dan dua orang lainnya."Pak, di lokasi tak ada satu pun yang tercecer," ujar Masku, dan di benarkan oleh perangkat desa yang turut serta dalam pencarian."Ya Allah, apa dosaku hingga aku mengalami hal seperti ini?" Mas Reno tergugu dalam tangis yang terdengar sangat pilu menusuk kalbu.Aku pun tak dapat lagi membendung tangisku yang sedari tadi kutahan.Aku memakai kebaya berwarna hija

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 65

    65. Terjebak Cinta TerlarangMas Reno Tak Sadarkan Diri, Dia Di Rampok.Penulis : Lusia SudartiPart 65Entahlah ... di desaku, banyak yang membenci, mereka benar-benar tak menyukai aku, mungkin karena aku janda, yang selalu di cap buruk, apalagi sekarang aku akan dilamar seseorang.Mungkin dari mantan Suami dan keluarganya, atau orang yang iri. Aku juga tak tau!🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🕊Dirumah telah berkumpul semua undangan, Pak Kepala desa, ketua RT, ketua RW, dan beberapa warga.Aku dan tamu undangan telah menanti dua jam lamanya.Namun Mas Reno tak kunjung tiba.Aku menunggu dengan cemas dan gelisah, dirumah riuh para tamu undangan, mereka bertanya-tanya satu sama lain."Pak, gimana ini Mas Reno kok belum tiba? Sedangkan saat ini waktu telah menunjukkan jam sembilan malam. Mas coba di samperin, siapa tau ada kendala di jalan!" Titah Pak kepala desa kepada Kakakku."Siap Pak, akan saya coba cari, mungkin benar ucapan Bapak, Reno mengalami kendala!" jawab Kakakku, beliau beranjak lalu

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 64

    64. Terjebak Cinta TerlarangMas Reno Akan Melamarku.Penulis : Lusia SudartiPart 64"Apa itu Mas?" tanyaku, sembari membalas tatapannya.Tatapan penuh cinta dan kerinduan yang tersirat dari kedua bola matanya.Aku pun begitu merindukan momen-momen berdua dengan nya."Mas boleh kan cium adek!"🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Keesokan harinya, kami semua bangun pagi.Mas Reno hendak berangkat ke Palembang."Mas berangkat ya dek!" pamitnya kepadaku.Aku mengangguk dan mencoba tersenyum."Pak, Bu, saya pamit dulu, titip adek ya Pak, Bu!" Mas Reno mencium tangan kedua orang tuaku dengan hikmat, kemudian ia menatapku dengan tatapan berat.Aku mencium punggung tangannya lembut, berat sekali rasanya melepas kepergiannya, meskipun siang nanti ia pulang kembali kerumah."Hati-hati ya Mas?" ucapku lirih."Hati-hati di jalan ya Ren, gak usah ngebut."Bapak menasehatinya."Iya Pak, ya sudah, saya berangkat dulu, Bu, Pak, dek!" Mas Reno melangkah perlahan menuju motor ia menoleh sekilas menatapku, kemudia

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 63

    63. Terjebak Cinta TerlarangMaafkan Mas Dek!Penulis : Lusia SudartiPart 63"Enggak apa-apa Sayang," ujarnya menatapku sambil tersenyum manis.Aku mengalah, aku membantunya menyusun piring yang telah di cuci."Ma ..."🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Aku dan Mas Reno masih berkutat di dapur untuk mencuci piring dan membereskan meja makan.Sementara Anjani telah selesai makan dan menghapiriku."Apa Sayang!" aku menoleh kearahnya, ketika mendengar suara panggilannya.Ia tersenyum sambil berdiri dibelakang Mas Reno yang sedang asyik mencuci piring."Mas, lihat dibelakang!" ujarku kepada Mas Reno sembari menatap kebelakangnya."Ehh Om, rajin banget sih Om," ucap Anjani sambil cengengesan."Tuh lihat, masa iya ada anak gadis kok, yang cuci piring Om nya," sindirku sambil pura-pura ngambek kepada Anjani."Biarin sih dek, kan gak tiap hari juga," sergah Mas Reno seraya menatapku dan tersenyum kepada Anjani."Mama sewot Om hehehe," tukas Anjani meledekku. Mas Reno terkekeh mendengar ucapan Anjani, seda

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 62

    62. Terjebak Cinta TerlarangMaafkan Mas Dek, Adek Harus Ikut Mengalami Penderitaan.Penulis : Lusia SudartiPart 62"Saya mau ambil paket dari Jawa Pak," jawab Mas Reno menjelaskan perihal kepergiannya ke Palembang.'Oh, mau ambil paket," lirihku dari balik pintu, menguping pembicaraan mereka.🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Malam ini Mas Reno berbincang dengan kedua orang tuaku, mereka membahas perihal pertunangan yang akan di laksanakan esok lusa."Pak, Bu, saya betul-betul mencintai adek Maya, dan ingin menjadikannya sebagai Istri saya Pak, Bu," ujar Mas Reno lembut, aku yang duduk di sisi Mas Reno hanya menunduk menahan malu, dan hatiku begitu bahagia mendengar ucapan Mas Reno kepada kami."Ya itu terserah Reno dan Maya, jika kalian saling mencintai, Bapak dan Ibu hanya mampu berdoa buat kalian dan merestui keinginan kalian," ujar Bapak, beliau saling bersitatap dengan Ibu, kemudian tersenyum kepada kami semua.Aku hanya menunduk malu, sesekali melirik Mas Reno.Mas Reno tersenyum mendengar u

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 61

    61. Terjebak Cinta TerlarangHidupku Kembali Berwarna.Penulis : Lusia SudartiPart 61"Kalo Mas kasih tau ya bukan kejutan donk," katanya, sembari mencubit pipiku, lalu di ciumnya dengan gerakan yang tak terduga sama sekali."Iihh ... Mas Reno mulai nakal," sungutku manja.Aku begitu malu kepadanya, yang dengan tiba-tiba menciumku.🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Hari menjelang petang, Anjani pulang dari kerja kelompok, ia diantar oleh Rita."Mama udah pulang?" serunya ketika ia melihatku sedang menyetrika pakaian di depan televisi."Iya, kok sore sekali pulangnya," jawabku, dan bertanya balik kepadanya."Hehehe, kan sekalian main Ma! Oh iya, mana Om Reno Ma?"Ia celingukan kesana-kemari mencari keberadaan Mas Reno."Oom sedang istirahat, jangan di ganggu dulu ya, kasihan! Om capek," jawabku sambil merapikan pakaian yang baru selesai aku setrika."Iya Ma, ya udah Anjani mandi dulu, mau ngaji!" ujarnya sambil beranjak dari sampingku."Iya ...""Ehh, Anjani Sayang sudah pulang!" dari kamar tamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status