Share

Bab 3

Author: Lusia Sudarti
last update Last Updated: 2024-10-28 11:38:49

3. Terjebak Cinta Terlarang

Aku Juga Jago Nyanyi

Penulis: Lusia Sudarti

Part 3

***

"Maya sebentar lagi kamu akan di panggil keatas panggung untuk menyumbangkan sebuah lagu, permintaan dari kedua belah pihak," kata Ibu sembari menatapku lekat.

"A-apaa buuu?" teriakku tanpa sadar, aku pun menutup mulut dengan kedua tanganku.

Dengan dada berdebar tak menentu nafas tak beraturan keringat dingin bercucuran aku mencoba untuk tidak grogi sedikitpun.

Kutarik napas dalam-dalam dan kuhembuskan perlahan, agar lebih rileks dan santai.

Akhirnya Alhamdulillah berhasil. Maklum karena aku, sudah lama sekali tidak pernah bernyanyi.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara Nardi yang telah berdiri disampingku seraya menepuk pundakku perlahan. Seketika aku mendongak menatapnya sejenak.

"Eehh Dek kamu kenapa kok pucat dan kayaknya lelah gitu?" tanyanya, ia menautkan kedua alisnya.

"Eh Paman, gak kok cuma nerfes aja. Karna sebentar lagi Maya mau bawain lagu diatas pentas," jawabku santai.

"Ohh ... Adek mau nyanyi?" tanyanya penasaran.

"Iya Paman, permintaan dari kedua belah pihak," jawabku tanpa menoleh kepadanya.

"Oh iya-iya," balasnya sembari manggut-manggut. Sementara aku menetralkan nafas, menyiapkan mental. Aku melangkah menuju meja prasmanan dimana berbagai hidangan tersaji dengan apik dan rapi, aku meraih air minum kemasan untuk membasahi tenggorokanku yang terasa begitu kering, entahlah mungkin efek dari gelisah yang melanda hatiku saat ini, atau memang karena sedari pagi hanya menyesap air putih sedikit sehabis sarapan pagi tadi. Aku kembali ketempatku semula, setelah mendapatkan yang aku cari. Aku mengedarkan pandangan ke seantero ruangangan yang dihias dengan sangat cantik dan indah. Lampu-lampu kelap-kelip aneka warna.

Kedua netraku bersirobok dengan Sunardi, ia membuang tatapan setelah menyadari aku melihatnya.

Aku mengalihkan kembali tatapanku keatas panggung yang hampir selesai proses acara inti. Sunardi sibuk melirik diri ini dan itu semua aku sadari, namun aku mengacuhkannya.

Diatas pentas/panggung begitu semarak. Apalagi setelah selesai berbagai acara inti dari pernikahan, kini acara keluarga dimulai. Aku mempersiapkan diri, karena menurut info yang kudapat, aku yang pertama kali harus naik untuk membawakan lagu.

Karena masih lumayan lama, acara demi acara aku meninggalkan ruangan sejenak, aku melangkah kebelakang panggung yang terdapat aliran air yang jernih, berbagai sayuran dan buah timun suri yang tumbuh begitu subur.

Aku duduk diatas batu besar di tepi sungai, bermain air. Aku menatap jauh, pemandangan persawahan yang menghijau, indah sekali.

Aku merenungi kehidupan yang kujalani saat ini. 'Entah sampai kapan ..."

"Dek ..."

Aku menoleh kebelakangku dimana ada suara familiar memanggilku.

"Iya, ada apa Paman?" aku menoleh dan menatapnya yang melangkah menghampiri.

"Enggak kok, Paman kira orang lain tadi, tapi kayak kenal, setelah di perhatiin. Ternyata Adek, jadi Paman samperin aja!" ujarnya seraya menjatuhkan bobot di sampingku.

Aku menggeser sedikit menjauh darinya.

"Iya, bosen di dalam, acara masih lama jadi Maya jalan-jalan sebentar," jawabku sembari melempar batu-batu kerikil ke dasar sungai yang mengalir jernih.

"Iya Dek ..."

Suasana menjadi hening sesaat.

Aku dan Sunardi tak ada yang mengeluarkan kata-kata. Kami bergelut dengan fikiran masing-masing, hanya gemericik air yang terdengar.

"Adek sudah punya calon belum," tiba-tiba Sunardi bertanya seolah menyelidik hal pribadiku.

Aku menghentikan sejenak bermain air, lalu mengalihkan tatapannya kepada Sunardi yang juga menatapku.

"Memangnya kenapa Paman? Apa Paman punya teman untuk dikenalkan padaku," jawabku seraya mengulum senyum.

Sunardi tergagap mendengar pertanyaanku.

"Emm, pu-punya Dek, banyak ...," jawabnya dengan raut muram.

"Hehehe, bercanda kok," ujarku.

"Sebenarnya aku belum memikirkan calon, aku masih ingin membesarkan Anakku dulu," sambungku seraya menoleh kepadanya, ia mendengarkan ucapanku dengan manggut-manggut.

"Memangnya kriteria laki-laki yang seperti apa idaman Adek?" tanyanya lagi, yang membuatku menjadi curiga terhadapnya.

"Enggak ada kok, yang penting bisa menyayangi Anakku dan kedua orang tuaku Paman," jawabku kemudian.

"Oh gitu ya Dek ..."

"Iya, tapi untuk saat ini, aku belum memikirkan hal itu, aku masih betah menyendiri."

"Memangnya kenapa?" tanyanya seraya beranjak dan mengajakku jalan-jalan sejenak menyusuri pematang sawah.

"Aku pengen aja menyendiri, jika sudah waktunya jodohku datang, pasti akan menikah," ucapku sambil berjalan beriringan dengannya.

"Iya sih Dek," jawabnya singkat.

"Ayo kita kembali kerumah Paman ... nanti pada kebingungan mencari kita," ujarku sembari melangkah gemulai mendahuluinya.

Aku dan Sunardi masuk kembali kedalam ruangan keluarga.

Ketika aku menjatuhkan bobot di kursi, acara hiburan baru akan dimulai, Sunardi entah kemana!

Ibu melihatku yang telah duduk kembali di tempat semula, beliau bergegas menghampiriku dan duduk disisi kananku, aku mengamati raut wajahnya yang tampak serius.

"Ada apa Bu?" tanyaku ketika beliau telah duduk.

"Dari mana aja kamu, tadi Anjani mencarimu!" jawabnya.

"Jalan-jalan sebentar, bosen nunggu acara lama banget, lalu kemana sekarang Anakku Bu?" aku menatap Ibuku.

"Sudah sama Bapak, minta beliin es cream," jawab Ibu sembari menatapku.

"Heem, kebiasaan," ujarku seraya tersenyum.

"Kemarin juga gitu Bu, aku mau beli bakso di depan, Anjani berteriak menyusulku minta beliin es cream, minta beli bakso pula," sambungku, Ibu terkekeh mendengar ucapanku.

"Masa iya? Tadi aja cemberut nyariin kamu gak ketemu, terus nyamperin Bapak minta beliin es, hehehe."

"Emang si bocah, hehehe."

Kami berdua, Ibu dan Anak terkekeh menceritakan Anjani, Anakku.

Kedua netraku fokus kearah pelaminan, dimana terlihat MC hendak melanjutkan tugasnya.

"Baiklah sekarang kita keacara hiburan, acara keluarga, yang dimana dari kedua belah pihak pengantin, untuk menampilkan perwakilan terbaiknya masing-masing ...

Terdengar suara MC dengan begitu lantang, membacakan susunan-susunan acara.

"Mari kita sambut dengan meriah, perwakilan dari pihak mempelai wanita. yang datang dari desa Tugu Wetan ...

Maya ..."

Dengan begitu lantang MC memanggil namaku.

Plok!

Plok!

Plok!

suit!

Suit!

Suit ...!

Aku melangkah dengan anggun dan berhasil menghipnotis semua tamu undangan.

"Mbak Maya mau membawakan lagu lagu apa?" tanya MC yang kegenitan sembari tersenyum. "Hem, wulan andung-andung ...!" teriak keluarga Mbah Herman, sebelum aku menjawab.

"Baiklah ...!" jawabku seraya tersenyum.

"Saya akan mencoba membawakan lagu seperti yang diminta keluarga dan SAMAWA untuk Bibik dan Pamanku," ucapku sembari menatap kedua mempelai.

'WULAN ANDUNG-ANDUNG'

Musik Banyuwangi mengalun merdu dan menggema.

'Uu ... laaa ... n, andung-aanduung, yoroo metuo saben ulaan, saben taon, sunare condro dewiii, ala Mas, Kepilu padyang, mendem gadung byakalan wurung ...

'Ulan andung-andung, ono padyang ono mendung ala Maaas.

Tangisee wong lanaang kang keduwung. 'Yong-yong kelopo doyong, awak kuloo keloyong-loyong.

'Ulaan, andung-andung, yoro metuo saben ulaan, sabeen taoon. Sunare condro dewii ala' Maas. Kepilu padyang, mendem gadung byakalan wurung.

'Ulaan, andung-andung ono padyang onoo mendung ala' Mas ... tangise wong lanang kang keduwung.

'Yong, yong kelopo doyong, awak kulo keloyong-keloyong ...

Aku bernyanyi dengan santai dan penuh penghayatan hingga lagu berakhir.

"Terimakasih ...!" aku membungkuk hormat ketika lagu telah berakhir. Semua tamu undangan pun begitu menikmati persembahanku. Dan para keluarga pun asyik menari Janger Banyuwangi ...

Setelah lagu Banyuwangi selesai, para tamu undangan berdiri dan bertepuk tangan dengan meriah, sembari berteriak.

Lagi!

Lagi!

Lagi!

MC pun bertanya. "Bagaimana Mbak? Mereka suka sekali sama suara merdu Mbak Maya," tanyanya, ia mengumbar senyuman dan mengedipkan mata genitnya.

Hufft! Apa ini?" aku memutar bola mata dengan perasaan sebal

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 58

    58 Terjebak Cinta TerlarangIiAkhirnya Aku Menjemput Pujaan Hatiku.Penulis : Lusia SudartiPart 58Aku tertawa puas melihat ekspresi Ayu, kemudian aku segera meninggalkan tempat itu.Siang ini lumayan terik, matahari seolah tepat berada di atas kepala.Kulit seolah terbakar, seperti halnya hatiku saat ini.Entah mengapa, ujian yang kuhadapi datang bertubi-tubi.Kasus dengan Sunardi, masalah dengan Arga, Rafa yang semuanya hampir membuatku g1l4.Kini, masalah dengan Mas Reno, aku berharap semuanya cepat selesai. Bagaimana pun juga, ingin sekali membina rumah tangga sakinah mawadah dan warohma bersama lelaki yang aku cintai.Semua itu kudapatkan dari Mas Reno.Semoga Allah memberikan kemudahanatas semua urusanku. Amiin.Aku hendak membaringkan tubuh, ketika jeritan ponselku terdengar nyaring.Karena aku melamun, sepulang dari rumah Sella. Mendengar deringan dari ponsel pun menjadi terkejut.Aku meraih ponsel yang sedari tadi berada di atas nakas, karena sedang mengisi daya. Kedua ma

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 57

    57. Terjebak Cinta Terlarang Ujian Selalu Datang Penulis : Lusia Sudarti Part 57"Bu, Maya mau ketempat Sella sebentar ya Bu," teriakku dari samping. "Iya May," jawab Ibu dari ruang televisi. Aku meluncur bersama kuda besiku menyusuri jalan beraspal, ketika tiba di perempatan jalan, yang terdapat sebuah gardu pos ronda, banyak kerumunan Mak-Mak rempong, mereka selalu bergosip ria. Suara riuh yang tadi terdengar, kini tiba-tiba hening ketika melihatku melintasi mereka. Minah, Ginah, Dewi, dan masih ada beberapa orang lagi, yang aku gak kenal, mungkin warga baru, mereka berbisik-bisik ketika melihatku. Aku tak perduli, aku terus melajukan kendaraanku menuju rumah Sella. Di perempatan sekolahan, tampak Agus entah dari mana! Sepertinya ia hendak menghentikan laju kendaraanku, dengan segera aku menambah kecepatan laju motorku. Ia pun mengurungkan niatnya untuk menghampiri.Setelah tiba di rumah Sella, aku memarkir kendaraanku di bawah pohon rambutan yang berdaun rimbun. Sella da

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 56

    56. Terjebak Cinta Terlarang Bunga Cinta Bersemi Penulis : Lusia Sudarti Part 56 "Sabar Sayang, ada Mas disini, jangan menangis terus, nanti kesehatan kamu terganggu!" kata lelaki yang bernama Robi membingkai wajah Dian, dan mencium keningnya dengan lembut. Aku pun tak dapat membendung air mataku menyaksikan mereka berpelukan dalam duka.Aku merasa ini seperti mimpi atau aku berada di dimensi yang berbeda.Karena dalam waktu singkat mampu berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Aku kebingungan mencari keberadaan Dian dan Robi yang baru saja saling berpelukan dalam tangisan. Kini aku berada di sebuah ruangan khusus untuk pasien VIP, dimana semua alat-alat medis yang entah apa saja namanya terpasang di saluran pernafasan dan kepala seorang pasien. Infus masih tertanam di tangannya. Aku melangkah mendekati seseorang yang berbaring lemah dan tanpa gerakan sama sekali, di layar komputer garis-garis yang menggambarkan sebuah pernafasan terus bergerak, dan berbunyi. 'Astagfirrull

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 55

    55. Terjebak Cinta Terlarang Bermimpi Tentang Keluarga Mas Reno Penulis : Lusia Sudarti Part 55Aku tak dapat memejamkan kedua netraku yang terasa berat, aku teringat Mas Reno yang jauh disana. Aku bangkit dan melangkah keluar kamar, menuju ke kamar mandi, aku mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat sunnah hajat dua rakaat. Lebih baik aku bersujud memohon kebaikan, dari pada aku hanya duduk melamun. Setelah puas aku berdoa kepada Allah swt, aku melipat kembali mukena yang kukenakan dan menaruhnya di tempat semula. Kemudian aku merebahkan diri, karena rasa kantuk telah menyerang, aku menitipkan Mas Reno, kedua orang tuaku, juga Anakku dalam perlindungan Allah, kemudian aku terlelap dalam buaian mimpi.🌷🌷🌷🌷🌷🌷Aku berada disebuah gedung perkantoran yang mewah dan megah.Aku melihat laki-laki memakai stelan jas berwarna biru dan seorang wanita dengan gaya elegant, sama seperti yang laki-laki, wanita tersebut mengenakan blues berwarna biru, rok mini pas selutut. Stelan kant

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 54

    54. Terjebak Cinta Terlarang Mantan Mengajak Rujuk, Aku Tolak Mentah-Mentah.Penulis : Lusia Sudarti Part 54 "Assalamualaikum." Dari teras depan terdengar ketukan pintu dan salam. Aku mengurungkan niatku kemudian menguping dan mengintip kearah luar melalui celah hordeng pintu kamarku. "Waalaikumsalam," Ibu menjawab salam dari seseorang dari luar.🌷🌷🌷🌷Ceklek! Ibu membuka pintu. "Mau perlu apa?" tanya Ibu dengan suara sedikit meninggi, aku terkejut mendengar suara familiar seseorang, segera aku beranjak menuju keluar, untuk mengetahui secara pasti siapa gerangan yang datang! "Siap ... a!" suaraku tercekat di tenggorokan setelah mengetahui pasti siapa yang datang dan berdiri di ambang pintu. "Mau apa kamu kerumahku!" hardikku kepada Agus dan temannya, aku berkacak pinggang menatap tajam kepada mereka berdua, sedang Ibu duduk di kursi dengan tatapan datar. Mereka berdua menjadi salah tingkah, mungkin mereka tak enak hati dengan sikapku dan Ibu menyambut mereka. "Bo-boleh

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 53

    53. Terjebak Cinta Terlarang Kedatangan Mantan Penulis : Lusia Sudarti Part 53"Eh si Mamang, gak usah lirikin Mamaku terus!" ujar Anjani sambil mencibir si Mamang bakso. Aku merasa tak enak hati dengan Mamang bakso."Husstt gak boleh gitu," ujarku mengingatkan kepada Anjani. "Maaf Mang, Anak aku memang beda dari Anak orang lain," jelasku karena tak enak hati kepada Mamang bakso itu yang seketika terdiam setelah mendengar ucapan Anjani. "Enggak apa-apa kok Mbak, biasa Anak kecil, hehehe," jawabnya sambil terkekeh. "Ini baksonya Dek!" Mang bakso memberikan empat bungkus bakso kepada Anjani. "Asyiiikk, makasih Mang." Kemudian ia berlari pulang dengan membawa bakso dengan wajah sumringah dan bahagia. "Berapa Mang?" tanyaku kepada Mang bakso sembari menyodorkan uang kepada beliau. "Empat puluh Mbak," jawabnya sambil membereskan dagangannya. "Ini Mang." "Waduh, besar banget Mbak! Gak ada duit pas!" tanya Mang bakso sembari membuka tas punggungnya untuk mencari kembalian. "Eng

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 52

    52. Terjebak Cinta Terlarang Kabar Meninggalnya Mama Mas Reno. Penulis : Lusia Sudarti Part 52"Mas Reno bisa gak pulang dulu ke Jakarta? Dian telpon Mbak Maya, tetapi kata Mbak Maya, Mas Reno belum kembali. Kasihan Mbak Maya Mas, ia nangis terus! Mama meninggal Mas!" Itu kabar dari Dian, Dek. Rupanya Dian menelpon Adek ya? Aku membenarkan dalam hati kabar yang Dian sampaikan tempo hari.Mas Reno terdiam untuk beberapa saat lamanya. Ternyata firasat buruk yang menghantui itu, kini terbukti. Mas Reno meneteskan air mata, Mas menyesal karena tak mendampingi Mama saat menghembuskan nafasnya yang terakhir, Sayang. Tetapi mau bagaimana lagi! "Mas, halo, Mas masih di sana ..." Suara Dian melengking hingga menyadarkan Mas dari lamunan. "Iya, masih ... jadi kapan Mama meninggal Yan?" tanya Mas kepada Dian. "Sudah tiga hari yang lalu Mas, ini di rumah sedang ada takziah keempat malam Mama Mas, Dian di toilet menghubungi Mas," ujar Dian. "Mas akan menuju kesana Yan!" jawab Mas Reno b

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 51

    51. Terjebak Cinta Terlarang. Suka Duka Reno Dalam Perjalanan Penulis : Lusia Sudarti Part 51"Moal A, ieu bade ngeureuyeuh. (Tidak A, ini sudah mau berangkat.) jawab Iwan sambil menyalakan mesin mobilnya.🌷🌷🌷🌷🌷🤣Akhirnya Mas Reno mendapatkan tumpangan, dan akan ikut ke Cirebon. Apakah perjalanan Mas Reno kali ini akan mulus semulus jalan tol? Baca terus sambungan-sambungan surat Mas ya Sayang?●●●"A, hayu abi bade ka warung, bade tuang," Iwan mengguncang tubuh Mas Reno, untuk membangunkan Mas yang tertidur tanpa sengaja. Tentu Mas Reno terkejut ketika Iwan membangunkan dirinya. Mas Reno tak menyadari jika ia terlelap terlalu lama.Sesaat Mas Reno mengedarkan pandangan keluar, ternyata hari telah beranjak malam. "Astagfirullah, ternyata aku ketiduran ya Wan?" kata Mas pelan. "Muhun A, hayu tuang heula(iya A, ayo makan)"Sok Iwan wae nya? Aa eungkeu wae(silahkan Iwan aja ya? Aa nanti aja) ujar Mas Reno kepada Iwan, bukan apa-apa, Reno tak ingin menampakkan diri dahulu di

  • Terjebak Cinta Terlarang   bab 50

    50. Terjebak Cinta Terlarang Antek-antek Viona Berhasil Mengambil Paksa Motor Mas Reno. Penulis : Lusia Sudarti Part 50"Iya Pak, nama saya Reno, saya ingin mengambil kunci motor dan berterima kasih karena Bapak telah menolong saya," ucap Mas Reno lagi, sembari memberikan dua lembar uang ratusan ribu.Kedua bola mata Pak security membelalak melihat uang dua ratus ribu yang di ulurkan oleh Mas Reno. "Enggak usah Mas, saya Ikhlas kok, perkenalkan nama saya Adam," jawab Pak Adam. "Saya lebih ikhlas Pak, saya berterima kasih kepada Bapak, karena telah membantu saya," ujar Mas Reno mendesak Pak Adam agar menerima pemberian Mas Reno. Setelah Mas Reno berhasil membujuk Pak Adam. Mas menyalakan motor, setelah di rasa cukup Mas meluncur dengan kecepatan sedang, hatiku saat ini tidak tenang, entah kenapa! Di dalam hati Mas melafadzkan doa, memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Mas selalu waspada akan bahaya yang setiap saat akan menyergap Mas. Bukan tidak mungkin Viona dan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status