Share

Terjebak Cinta Tuan Arogan
Terjebak Cinta Tuan Arogan
Penulis: Guzel Lili

Bab. 1 Penolakan

  Seorang gadis sedang duduk melamun di pojok sebuah kafe. Dia merenungi kejadian tadi siang saat sang kekasih mengajak bertemu dengan kedua orang tuanya. Begitu jelas penolakan yang dilakukan oleh calon mertuanya tersebut. Mungkin karena dia bukan dari keluarga kaya sehingga membuat mereka merendahkan dirinya. Hal itu membuat Andira 𝘪𝘯𝘴𝘦𝘤𝘶𝘳𝘦 pada dirinya sendiri. 

  Siang hari. 

  “Memang apa yang gadis ini miliki sehingga pantas bersanding dengan kamu, Rand?” tanya seorang wanita yang berpenampilan elegan di depan Andira. 

  “Mama bicara apa, sih? Andira memang bukan dari kalangan keluarga kaya, tetapi dia adalah wanita yang Randi cintai, Ma.” Randi berusaha membela sangat kekasih yang saat ini hanya diam menundukkan kepalanya. Dia tahu kalau gadis di sebelahnya itu pasti sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. 

  “Mama tidak akan pernah merestui kalian berdua, begitupun dengan papamu.” Wanita itu berdiri dan mengajak sang suami pergi meninggalkan Restoran. 

  Sementara itu di tempat lain. 

 "Tuan, waktunya bangun. Kalau tidak, kita bisa terlambat ke kantor." ucap sang asisten, setelah memastikan Bosnya bangun dia pun keluar dari kamar sang Bos. 

  Edgar yang masih terpejam pun mengerjapkan mata dan mulai bangun menuruni ranjang untuk berjalan menuju kamar mandi. Setelah rapi dia keluar kamar dan berjalan menuruni anak tangga menuju meja makan. Di sana Aldi sang asisten tengah menunggu kedatangannya.

  "Aldi … kamu duduk, temani saya sarapan." ucap Edgar. 

  Aldi pun menurut dan duduk di seberang Bosnya. Mereka makan dalam keheningan, hanya denting sendok yang terdengar. Selesai sarapan Edgar beranjak berdiri dan berjalan keluar rumah diikuti sang asisten. Aldi berjalan mendahului Edgar untuk membukakan pintu mobil, setelah sang Bos masuk dan duduk di kursi penumpang, Aldi pun mulai masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang kemudi.

  Aldi mulai menyalakan mesin dan menginjak pedal gas untuk mengendarai mobil itu keluar dari pagar rumah mewah milik sang Bos. Mobil yang mereka tumpangi pun mulai memecah jalanan Ibukota, 30 menit berlalu mereka telah sampai di depan perusahaan E-Commerce nomor satu di negeri ini. Perusahaan yang Edgar rintis sendiri dari nol yang kini telah berkembang pesat sesuai perkembangan peminat pengguna internet.

  Aldi membukakan pintu dan Edgar pun keluar dari dalam mobil, lalu berjalan masuk ke dalam perusahaan diikuti oleh Aldi. Mereka memasuki lift, Aldi menekan tombol naik ke lantai 15 menuju ruangan sang Bos. Lift pun terbuka, mereka keluar dan berjalan memasuki ruangannya. 

  "Aldi, apa saja jadwal saya hari ini?" tanya Edgar pada sang asisten. 

  "Hari ini kita ada pertemuan dengan Investor, Tuan," jawab Aldi. 

  "Baiklah, kau boleh kembali bekerja," ujarnya. 

  "Baik, Tuan, saya permisi." pamitnya. 

  Setelah asistennya keluar, Edgar mulai berkutat dengan laptop di meja kerjanya dan tumpukan dokumen yang harus ditandatangani olehnya. Cukup lama dia berkutat dengan laptopnya, hingga waktu menunjukkan saatnya jam makan siang. Lelaki itu menutup laptopnya dan keluar dari ruangannya, dia memasuki lift dan menekan tombol untuk turun ke lantai dasar. Sampai di lantai dasar Edgar keluar dari lift berjalan menuju tempat parkir mobil. Lelaki itu masuk ke dalam mobil dan mulai mengendarainya keluar dari perusahaan, 15 menit berkendara dia sampai pada sebuah kafe yang akhir-akhir ini menjadi tempat makan siang favoritnya. 

  Edgar keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam kafe tersebut sembari matanya mengamati sekitar mencari sosok wanita yang telah mengganggu pikirannya. Dia duduk di salah satu kursi sambil menunggu pelayan menghampirinya. Pucuk dicinta ulam pun tiba karena wanita yang ia cari sedang berjalan ke arahnya. 

  "Apa yang ingin Anda pesan, Tuan?" tanya pelayan wanita itu yang tak lain adalah Andira, wanita yang telah merebut hatinya.

"Seperti biasa Dira, nasi bakar seafood dan orange juice," jawab Edgar tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah cantik Andira. 

  "Baiklah, ada lagi yang ingin Anda pesan, Tuan?" 

  "Ya, senyummu, aku ingin melihat senyummu itu setiap saat." jawab Edgar mulai mengeluarkan kata-kata manisnya. 

  "Maaf, Tuan …." Belum sempat Andira melanjutkan kalimatnya, Edgar sudah memotong ucapannya. 

  "Ayolah, Andira. Jangan memanggilku dengan sebutan, Tuan, lagi. Lupakan yang kukatakan tadi, jam berapa kau pulang kerja nanti? aku akan menjemputmu." tanyanya pada Andira. 

  "Maaf, tapi itu tidak perlu, Tuan. Saya bisa pulang sendiri." Tanpa menunggu jawaban dari Edgar, Andira berbalik dan segera pergi menuju dapur untuk menyiapkan pesanan lelaki itu. 

  Sementara itu Edgar memandangi punggung Andira hingga tubuhnya menghilang di balik tembok. Tak berselang lama Andira keluar dari pintu dapur dengan membawa nampan berisi pesanan yang diinginkan lelaki bertubuh tinggi itu. 

  Gadis itu berjalan menuju meja Edgar berada, dia meletakkan makanan dan minuman di meja yang ditempati lelaki itu. 

  "Selamat menikmati, Tuan." Tanpa menunggu jawaban dari lelaki itu dia segera pergi meninggalkan meja tersebut. 

  Edgar hanya tersenyum melihat kekesalan Andira. Kemudian dia mulai memakan makanan yang ia pesan. Ponselnya berdering, menandakan ada telepon masuk. Edgar mengambil ponsel dari saku celana dan menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut. 

  ["Hallo,"] jawab Edgar.

  ["Tuan, sebentar lagi kita akan menemui Investor. Kapan Anda kembali ke kantor? Dan Tuan besar akan datang juga,"] ucap sang asisten dari seberang panggilan. 

  Raut ketidaknyamanan terpancar jelas di wajah lelaki tampan tersebut. ["Iya, aku kembali ke kantor sekarang."]

  Lelaki itu pun segera menyelesaikan makan siangnya, dia berjalan menuju kasir untuk membayar. Edgar berjalan keluar kafe ke tempat di mana mobilnya terparkir, lalu dia mulai mengendarai mobilnya meninggalkan kafe untuk kembali ke kantornya. Lima belas menit kemudian dia telah sampai di depan kantor, telah ada Aldi sang asisten yang menunggunya di pintu masuk, Edgar keluar dari mobil dan berpindah ke kursi belakang. 

  Aldi masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi pengemudi, dia mulai menginjak pedal gas mengendarainya menuju tempat mereka melakukan janji dengan investor. Empat puluh menit berlalu mereka telah sampai di sebuah restoran. Edgar turun dari mobil dan berjalan memasuki restoran tersebut diikuti Aldi, dia diarahkan ke ruang VVIP restoran oleh seorang pelayan. Edgar duduk di tempat yang telah disediakan sembari menunggu Investor datang, tak berselang lama Investor itu pun datang, mereka mulai membahas rencana bisnis yang akan mereka sepakati. Hingga kesepakatan telah ditandatangani.

  "Terima kasih, Pak Adam atas kerjasama Anda," ucap Edgar sambil menjabat tangan rekan bisnisnya. 

  "Saya juga berterima kasih atas kerjasama ini Pak Edgar, kalau begitu kami permisi dulu, Pak." ucap Pak Adam. 

  Tak berselang lama, dari pintu masuk tampak seorang lelaki paruh baya sedang berjalan menuju kearah mereka. Edgar hanya menatap lelaki itu dengan ekspresi datar, dia tidak menyangka kalau papanya akan ikut campur dengan urusan bisnisnya.

  Sementara ditempat lain Andira sedang bersiap-siap untuk pulang karena jam kerjanya telah selesai. Dia berjalan keluar dari kafe dan menyusuri trotoar untuk menuju halte bus. Akan tetapi, perhatiannya teralihkan oleh sebuah mobil BMW hitam yang tiba-tiba berhenti di depannya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status