Menjelang masa pensiun aku mengurangi petualanganku dengan ABG, secara stamina juga sudah sedikit menurun meskipun selalu fit. Ditambah lagi masa penantianku terhadap Noni belumlah berujung, karena kabar tentang Noni tak kunjung ada. Bagiku sekarang yang datang tetap diterima, yang pergi tidak perlu dicari.
Suatu hari atasanku di kantor, yang merupakan pemilik perusahaan memanggilku ke ruangannya. Aku biasa memanggilnya pak Anggoro, usianya baru 40 tahun. Orangnya keren, lebih keren dari aku. Tapi sayangnya agak ‘kuper,’ jadi bergaulnya hanya sama orang tertentu. Sebagai seorang menerjer di perusahaannya, aku sangat dekat dengannya. Pak Anggoro memberi kabar gembira pad aku, “Pak Danu.. ini ada kabar gembira, harusnya tahun depan bapak pensiun ya?” Tanya pak Anggoro. “”Iya pak.. sekarang saya dalam masa Persiapan Pensiun. “ jawabku. Aku bertanya dalam hati, “kabar gembira apa yang ingin diberitahukan pak Anggoro?&Begitu ketemu, antara Grace dan pak Anggoro langsung ‘click,’ karena menurut Grace pak Anggoro orangnya sangat asyik tidak rese. Aku tinggalkan mereka berdua dan aku kembali ke kantor. Rupanya setelah pertemuan itu hubungan keduanya terus berlanjut. Itu aku ketahui setelah pak Anggoro cerita padaku, selain itu Grace juga cerita tentang kesannya dengan pak Anggoro.Setidaknya dengan diambil alih pak Anggoro, tanggung jawab aku terhadap Grace berkurang. Kapan pun aku mau ketemu Grace masih bisa, kecuali kalau Grace sudah ada janji dengan pak Anggoro. Di kantor hubunganku dengan pak Anggoro pun semakin baik. Masa pensiunku masih ditunda bukan karena pak Anggoro mau memanfaatkan aku, tapi memang semata karena belum ada penggantiku.Aku juga berpesan pada pak Anggoro, agar jangan terlalu fokus pada satu ABG. Supaya tidak baper dan larut pada satu orang, dengan begitu ponsel pun aman tidak dicecar oleh satu nama. Dibilang seperti itu pak Anggoro malah min
Setelah masa pensiunku ditunda maka kegiatan beraktivitas di luar rumah terus berlanjut. Untuk terus menjaga stamina biar tetap fit aku setiap pagi olahraga jalan kaki atau berlari-lari kecil, yang penting harus berkeringat. Meskipun bukan Gladiator seperti Vicky Prasetyo, setidaknya harus siap tempur baik di rumah atau pun di luar rumah.Aku tidak berani untuk mengakui kalau aku petualang pencari ABG, karena memang aku tidak pernah mencari. Tapi, seperti rezeki yang datang, yang tidak dicari malah datang dan yang dicari malah tidak datang. Aku masih terobsesi dengan Noni, jadi aku cuma menunggu Noni datang. Pada kenyataannya Noni tak kunjung datang, malah ABG lain yang muncul begitu saja.Itulah yang aku anggap seperti rezeki yang datang. Perjumpaan yang tidak disengaja malah mendatangkan kebahagiaan dan kesenangan. Suatu ketika aku mau ngopi di sebuah Cafe, aku memilih sebuah meja disudut Cafe. Baru saja aku duduk, tiba-tiba muncul seorang ABG yang sudah memb
Aku rasa tidak ada laki-laki yang tidak tertarik dengan Adriana, apalagi kalau sudah sempat berbicara langsung dengan dia. Hanya saja, aku kembali tidak habis pikir, kok anak seusia itu sudah sangat profesional dalam memikat lelaki? Apa yang sudah dialaminya dalam kehidupan ini?Pertanyaan itulah yang membuat aku penasaran dan ingin mengetahui dirinya lebih jauh. Sejenak aku bisa melupakan Noni dengan kedekatanku pada Adriana. Aku harus menyusuri luar dalamnya Adriana yang sudah membuat aku penasaran. Adriana cerita kalau dia lebih suka bergaul dengan pria yang sudah berumur, dengan anak muda dia kurang tertarik.Memang tidak aneh juga kalau banyak ABG yang lebih suka bergaul dengan pria separuh baya, karena mereka diperlakukan dengan nyaman. Sementara dengan teman seumurnya bisa jadi banyak pengalaman yang menyakitkan. Adriana sangat to the point saat bilang aku tipikal pria penyayang.Dia berani bilang begitu karena dia sudah mempunyai jam terbang untuk
Meliahat dari gaya jalannya bak seorang model cat walk, liuk tubuhnya sangat mempesona. Seperti itulah yang aku ingin lihat saat Adriana berlenggang-lenggok dihadapanku. Lima menit setelah aku berada di kamar, bell kamar pun berbunyi. Aku membuka pintu kamar dan dihadapanku berdiri seorang gadis yang mengisi benakku.“Hai om Danu.. are you ready?” sapa Adriana. Aku membalas sapaan Adriana dengan sebuah pelukan dan kecupan dibibirnya. Aku segera tutup pintu kamar dan mengajaknya duduk. Namun, Adriana tetap ingin berdiri dan memintaku untuk duduk di pinggir tempat tidur.“Om Danu duduk aja di situ, aku mau kasih tontonan pada om..” ucap AdriannaAku duduk dipinggir tempat tidur smabil terus memandangnya yang berlenggak-lenggok bak penari striptis. Dia menanggalkan pakaiannya sesuai dengan gerakan yang dipergakannya. Aku hanyut dalam permainan Adriana, terlebih saat memandangnya hanya tinggal mengenakan G-String.Adria
Aku tidak terlalu tertarik dengan permainan Adriana berikutnya, karena secara usia aku lebih menyukai fantasi yang biasa. Sementara Adriana ABG yang sudah terjebak perilaku Sex yang tidak biasa, sehingga aku merasa tidak bisa menemukan kenikmatan dalam fantasi yang disuguhkannya.Saat Adriana sudah ingin memasuki permainan berikutnya aku katakan pada Adriana, “Adriana.. Om belum ketemu mood untuk masuk permainan kedua.” Ujarku. Adriana menghampiriku dan duduk disebelahku dengan kedua kakinya menjuntai di samping tempat tidur. “Kenapa om? Om gak suka ya?” Tanya AdrianaAku katakan pada Adriana aku bukan tidak suka, tapi merasa tidak lagi pantas mengikuti permainan yang disuguhkannya. Aku merasa aneh dengan perilaku seksualnya yang aku anggap tidak biasa. Aku sampai bertanya padanya, “Kamu punya pengalaman apa sehingga kamu bisa menikmati permainan seperti itu?”Adriana akhirnya cerita bahwa dia sudah mengenal seks sejak masih S
Setelah kurang lebih 5 bulan Maura menghilang begitu saja, tiba-tiba dia telepon aku untuk minta bertemu. Kami bertemu di sebuah Mall dibilangan Jakarta Barat. Dia datang bersama seorang anak kecil berumur 5 tahun, katanya sih keponakannya. Aku tidak terlalu fokus pada anak itu, aku justeru melihat perkembangan kehamilannya yang semakin besar.Kami ngobrol sambil makan di sebuah resto past food, saat itu waktu sore hari. Aku tanya keadaan dan kesehatannya, karena aku sangat prihatin dengan keadaannya. Kehamilannya sudah masuk bulan ke 8, sehingga terlihat sangat besar. Dia sendiri tubuhnya tidaklah tinggi dan itu membuat dia seperti kewalahan.Dia cerita tentang keadaannya yang selalu berpindah-pindah, dari satu rumah saudara ke rumah saudara yang lainnya. Kadang nginap di rumah teman dan berpindah ke rumah teman lainnya. Orang tuanya sudah tidak mau menerima dirinya dalam keadaan seperti itu. Untungnya kesehatan fisiknya aman, sehingga tidak mengganggu kesehat
Seakan sudah diatur, saat aku bertanya-tanya tentang Maura, tiba-tiba Noni datang kembali menemuiku. Seperti pucuk dicinta ulam tiba, yang benar-benar ditunggu datang jua. Kalau ditanya apa yang lebih bahagia dari itu? Maka aku akan jawab itulah hal yang paling membahagiakanku.Noni terlihat begitu cantik dan sehat, wajahnya pun sangat ceria. Noni bilang kalau dia sangat rindu denganku, melebihi rindunya terhadap apa pun. Aku serasa melambung mendengar kerinduan Noni, dia tidak tahu kalau aku pun dimabuk rindu padanya. Hari itu Noni sangat manja dan selalu ingin di manja.Aku tanya pada Noni, “Sekarang kamu selalu sehat Non?” Tanyaku. Noni tersenyum mendengar pertanyaanku, “Sejak om tidak menolak tidur sama aku, aku jadi sehat om..” canda Noni. Saking penasarannya aku cecar terus Noni dengan pertanyaan, “Apa iya itu yang jadi obatnya Non?” tanyaku, Noni langsung jawab, “Ya iyalah om.. kan aku yang ngerasain, makanya aku
Sebelum Noni menceritakan tentang pengalamannya, Noni bertanya tentang nasib Maura, “Om gak tahu di mana keberadaan Maura? Gimana nasibnya yang mau melahirkan?” tanya Noni dengan mengucurkan airmata. “Itulah yang om sesali, Maura tidak mau memberikan nomor kontak yang bisa dihubungi, Non.” Jawabku.Lama Noni terdiam dalam keharuan, perasaannya sangat sedih mengingat tentang keadaan Maura. Dia merasakan kalau apa yang menimpa Maura menimpa dirinya, dia tidak sanggup membayangkannya. Dia begitu kesal dengan lelaki yang sudah membuat Maura menderita, dia mengambil pelajaran dari cerita Maura tersebut.“Itulah yang membuat aku gak mau berhubungan dengan lelaki yang seumuran dengan aku om.. mereka kurang bertanggung jawab.” Ucap Noni. Aku bilang sama dia bahwa tidak semua lelaki seumuran aku bertanggung jawab, ada juga yang brengsek.“Om mau dengar cerita aku gak? Om gak marah kan?” Tanya Noni sambil menatap