Setelah dua bulan aku tidak pernah lagi kencan dengan ABG, aku bertemu dengan seorang pemain sinetron yang aku kenal enam bulan yang lalu. Sebut saja namanya Sinta yang berumur 20 tahun. Sinta peranannya di sinetron sebagai Extra Talent, tapi jam terbangnya cukup lumayan, karena sudah banyak sinetron yang di bintanginya.
Hari itu dia terlihat sangat gelisah, aku juga tidak tahu apa yang membuatnya gelisah. Tiba-tiba dia minta aku temani ke spa yang menjadi langganannya. Tapi, sayangnya saat kami kesana spanya tutup, akhirnya kami cari spa yang lainnya dan ternyata sama saja. Sinta terlihat sangat gelisah, aku kasih saran gimana kalau cari spa di hotel aja, eh dia malah kasih penawaran yang menarik, "kalau di hotel mending om aja yang pijat aku.” ujar Sinta. Aku langsung jawab, " Okey, ide yang bagus, daripada kamu bayar orang lain, mending kamu bayar om." Aku godain Sinta. "Waduh, kalau buat bayar om mana mampu aku.” Jawab Sinta. AkhirnyaTangan Sinta tiba-tiba berada di pahaku, tapi Cuma sekadar memegang dan meremasnya dengan gregetan. Sementara aku terus menjelajah bukitnya dengan lembut, sehingga Sinta semakin bergairah. Ketika aku ambil posisi dari bagian kepalanya, untuk memijat bahunya, Sinta kembali meremas pahaku dengan gemas.Sinta sepertinya sudah tidak tahan, dia memintaku agar segera mengambil posisi diantara kedua pahanya. Seketika itu juga aku mengeksekusi Sinta dan berpacu dengan desah nafasnya yang semakin cepat. Sinta merasa kalau dia sudah hampir mencapai puncak pelepasan. Aku pun menuntaskannya secara bersamaan."Aku belum pernah om di pijat laki-laki, ternyata sensasinya luar biasa ya.” Puji Sinta dengan nafas yang masih belum teratur. "Aku jadi cepat sampai jadinya, padahal biasanya aku bisa lama baru pelepasan. Lanjut Sinta. Sinta terus bicara, sementara aku masih mengatur napas."Om Danu ternyata jago juga ya, jangan-jangan profesinya gigolo nih dulunya.&r
Berikut ini sebuah cerita yang cukup mengenaskan sebetulnya. Seperti yang diceritakan oleh Karina (bukan nama aslinya), saya baru kenal sebetulnya dengan Karina, hanya saja ada satu hal yang membuat sedikit penasaran tentang dirinya. Karina aku kenal dari pertemanan di media sosial.Karena pertemananku banyak dari kalangan film, sehingga dia meminta pertemanan. Anaknya baik dan lumayan cantik, profesinya instruktur kebugaran. Meskipun masih muda Karina memiliki usaha kebugaran, dan membuka cabang di beberapa wilayah.Secara ekonomi sebetulnya dia cukup mapan, kalaupun dia tertarik untuk ikut shooting bukan karena butuh uang, tapi sekedar untuk menyalurkan hobinya berakting dan punya ambisi dibidang akting untuk menambah relasinya.Suatu saat kami ketemuan, pada kesempatan itulah saya mencoba menelusuri banyak hal tentang kehidupannya. Mulai dari usahanya, sampai aktivitas shooting yang dia ikuti. Yang menjadi perhatian saya sebetulnya adalah siapa or
Hari ini aku agak kalut setelah dapat kabar dari Noni. Dia telepon aku untuk mengabarkan kalau dia sudah dua Hari terbaring sakit di rumah. Noni sempat kecewa karena tidak bisa berkomunikasi sama aku. Aku jelaskan pada dia bahwa aku sedang menenangkan kondosi di rumah dulu.Noni sangat ingin ketemu aku dan aku sendiri juga ingin menemui dia di Bandung. Aku katakan pada Noni kalau aku sedang mencari cara agar bisa ke Bandung. Situasi ini aku ceritakan pada pak Anggoro, aku menemui beliau di ruang kerjanya. Aku ceritakan masalah yang sedang aku hadapi pada pak Anggoro.“Kalau memang pak Danu sangat mendesak, saya bisa tugaskan pak Danu ke Bandung sore ini.” Ucap pak Anggoro. Beliau ikut prihatin mendengar ceritaku dan memberikan tugas selama 2 hari di Bandung. Kebetulan memang perusahaanku juga ada cabang di Bandung.“Pak Danu bisa pakai fasilitas mobil kantor kalau mau, bisa setir sendiri atau disupiri.” Pak Anggoro menawarkan fasilitas kantor. Hanya saia a
Aku minta izin pada nenek untuk melihat keadaan Noni di kamar, “Nek.. saya bisa lihat Noni di kamar?” tanyaku. Nenek memberiku izin, “Silahkan nak Danu..” ucap nenek. Perlahan-lahan aku dorong pintu kamar Noni dan aku masuk. Di kamar yang sempit itu aku melihat Noni terbaring di tempat tidur single bed. Aku hampir Noni yang sedang lelap tertidur, hatiku sangat terenyuh menatapnya.Aku raba keningnya dengan punggung tanganku, suhu tubuhnya sangat panas. Tiba-tiba Noni terbangun saat tahu ada yang merasa keningnya, dia tidak menyangka kalau aku datang, “Om Danu kapan datang.. “ Tanya Noni dengan lirih. “Baru aja sayang.. Om sengaja datang untuk kamu.” Ucapku. Noni tersenyum menatapku, tapi sejenak kemudian di bertanya, “Om kenapa menangis?” tanya Noni.Aku tatap Noni dengan perasaan iba, “Om sedih melihat keadaan kamu, kamu cepat sembuh ya sayang.” Ucapku. Karena sebelumnya aku tidak pernah panggil sayang pada Noni, kali ini dia merasa aneh dan dia tanyakan padaku, “
Aku baru menyadari kenapa aku sangat sayang pada Noni, sehingga aku sendiri menganggap perasaan itu sebagai sesuatu yang tidak wajar. Ternyata inilah jawabannya, Noni adalah darah dagingku. Sekarang aku yang bingung bagaimana aku harus mengatakannya pada nenek atau Noni, tentang siapa aku sebenarnya.Saat aku bicara dengan nenek tiba-tiba Noni keluar dari kamarnya, “Om.. kok aku ditinggal sih?” tanya Noni. Aku hampiri dia dan aku ajak duduk di ruang tamu bersama nenek. “Kenapa Non bangun? Panas gak badannya?” tanya nenek. Aku pegang kening Noni dengan punggung tanganku, suhu badannya normal.Di depan nenek aku katakan pada Noni, “Nanti kalau kamu sudah sembuh, kamu kerja di kantor om yang di Bandung ya.” Kataku. Noni sangat senang mendengar apa yang aku katakan, “Om serius? Noni kerja dibagian apa om?” tanya Noni. Aku katakan padanya bisa jadi resepsionis atau sekretaris.Nenek sangat senang mendengar itu, “Alhamdulillah nak Danu.. kasihan Noni kerjanya ga
Aku kembali teringat masa laluku dengan Widarti. Saat itu aku sudah bekerja di Bandung dan usiaku sudah 35 tahun, sementara Widarti berusia 22 tahun. Widarti mahasiswi yang magang di perusahaan tempat aku bekerja. Posisi aku mengawasi mahasiswi yang magang, dan aku jatuh cinta dengan Widarti.Setelah selesai magang di perusahaan tempat aku bekerja, Widarti bekerja diperusahaan lain. Tapi, aku dan Widarti terus menjalin hubungan. Karena usiaku sudah cukup, orang tuaku menjodohkan aku dengan kerabat dekat keluargaku. Padahal saat aku menikah Widarti sedang hamil dan aku tinggalkan begitu saja.Noni membuyarkan lamunan ku, “Apa om akan selalu ada untuk Noni? Apa kita gak bisa melakukannya lagi om?” tanya Noni dengan raut muka sedih. “Non.. kamu anakku, gak mungkin kita melakukan itu lagi, sekarang om papa kamu.” Aku tegaskan itu pada Noni. Meskipun dia sangat sulit menerima kenyataan itu, namun aku harus ubah hubunganku dengan Noni.
Keesokan harinya aku telepon pak Anggoro, aku ceritakan tentang hubunganku dengan Noni dan cerita masa laluku dengan ibunya Noni. Pak Anggoro kaget mendengar cerita itu, “Terus sekarang pak Danu gimana dengan Noni? Apa yang ingin bapak lakukan selanjutnya?” tanya pak Anggoro.Pertanyaan pak Anggoro itu seperti memberikan pintu masuk bagi aku untuk meminta pekerjaan untuk Noni, “Ya saya harus bertanggung jawab sama Noni pak, kalau bapak gak keberatan saya minta pekerjaan buat Noni di kantor cabang Bandung.” Jawabku. Pak Anggoro menyerahkan sepenuhnya padaku untuk mengaturnya.Beliau sangat men-support aku untuk membantu Noni dan nenekknya. Bagi pak Anggoro itu merupakan apresiasi perusahaan terhadap kinerjaku selama bekerja di perusahaannya. “Pak Danu atur saja dengan kepala cabang di sana, nanti saya akan menyetujuinya.” Ucap pak Anggoro.Aku bersyukur semua niatku untuk bertanggung jawab terhadap Noni dimudahkan Tuhan. Mungkin Tuhan ingin menguji niatku,
Entah apa yang ada dibenak Noni, saat aku mau pulang ke Jakarta dia membisikkan di telingaku, “Pa.. jangan pacaran sama Adriana ya, Noni gak rela.” Bisiknya. Aku tidak terlalu hiraukan ucapannya, aku hanya menjawabnya dengan anggukan kepala sebagai tanda aku mengiyakan permintaannya.Aku jadi kepikiran dengan ucapan Noni, karena biasanya apa yang dilarang itu akan datang sebagai cobaan. Isteriku sendiri kalau sudah curiga pada gerak-gerikku sering mengingatkan aku. Tapi, selalu apa yang diingatkannya menjadi kenyataan yang tidak bisa aku lawan. Inilah yang membuat aku takut tidak bisa melawan apa yang dikhawatirkan Noni.Aku kembali mengingat tentang Adriana, apa yang menjadi kelebihan Adriana yang membuat Noni begitu cemburu pada Adriana. Padahal semua gadis yang aku kencani selalu aku ceritakan pada Noni, tapi tidak ada yang membuatnya cemburu. Tapi, pada Adriana Noni sangat cemburu.Mungkin sesama wanita dia bisa menilai kalau dalam pa