Share

Bab 3. Pesta Berujung Menderita

Penulis: Arandiah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 21:45:22

"Bersiaplah untuk nanti malam. Bagas akan menjemputmu untuk pergi ke pesta Mama."

Perintah Ardan tadi menuntut Kirana untuk mulai bersiap, tapi perlakuan pria itu sejak semalam membuat Kirana duduk termenung di kasur.

Setelah melihat ke arah jam, wanita itu lalu bangkit dan segera bersiap-siap untuk menghadiri pesta ulang tahun ibu mertuanya yang akan dimulai dalam tiga jam.

Ternyata, sudah selama itu ia tertidur.

Bahkan ia belum makan siang.

Dengan sendu Kirana berjalan ke arah dapur dan membuat sandwich sederhana untuk mengganjal perutnya yang mulai berteriak. Tubuhnya terasa remuk, tapi ia harus menyelesaikan hari ini agar rencananya bisa berjalan lancar.

Setelah matahari terbenam, Kirana sudah bersiap dengan satin dress berwarna hitam dan kotak hadiah di tangannya.

Kali ini, ia menggunakan uang bulanan Ardan yang hampir tak pernah ia sentuh, untuk memberikan kado bagi ibu mertuanya itu.

Saat posisi mobil hampir berhenti di bangunan megah tempat pesta dilaksanakan, Kirana berusaha untuk menetralkan perasaannya yang tiba-tiba merasa gugup.

Selama ini, ia memang bisa dibilang sangat jarang diundang ke acara-acara besar dari keluarga Ardan, karena sanak saudara pria itu memang membencinya.

Terlebih sejak kematian Kakek Ardan yang kerap membelanya, perbuatan mereka semakin menjadi-jadi.

“Terima kasih, Bagas.” ujar Kirana, tapi pria yang dipanggil Bagas itu tak menjawab.

Kirana tak mau mengambil pusing, karena pria itu memang pengikut setia suaminya yang tak akan membantah satu perintah Ardan sekalipun.

Saat kaki Kirana melangkah memasuki ballroom, beberapa pasang mata langsung menatapnya dengan tatapan sinis.

"Wow, lihat lintah darat sudah datang."

Suara nyaring adik ipar Ardan, Laura, berhasil membuat semua orang yang ada di sana menoleh ke arahnya.

Kirana meremas gaunnya untuk menenangkan diri. Kemudian, dengan percaya diri dia mendekat ke arah ibu mertuanya yang kini melihat dia ekspresi muram, sepertinya wanita itu menyesal telah mengundang Kirana untuk datang..

“Selamat ulang tahun, Ma. Ini Kirana bawakan hadiah, semoga Mama suka.”

Monika menatap Kirana dengan sinis, sebelum kemudian membuka kado Kirana langsung di tempat.

"Astaga.. Bisa-bisanya kamu memberi Ibu Mertuanya barang murahan seperti ini!" kata Laura saat melihat kado dari Kirana.

Monika menatap Kirana dengan sinis, sebelum kemudian menutup kado itu dengan kasar.

“Setiap tahun selalu begitu. Buat malu!” ujar Monika hingga memancing beberapa tamu untuk menatap Kirana dengan tajam.

Sementara yang lain  sudah mulai berbisik-bisik.

“Astaga, dia memberikan kado berupa gelang murah seperti itu? Aku bahkan memberi Tante Monika tas Louis Vuitton keluaran terbaru”.

"Kak Kirana, suamiku saja masih mampu loh untuk membeli hadiah mahal buat Mama, tapi bisa-bisanya kamu memberi gelang palsu itu sebagai hadiah mertuamu.”

"Benar apa yang dikatakan Laura, Arkan yang tidak jadi ahli waris aja masih sanggup beli hadiah mahal. Ini istri Ardan kok pelit banget sama ibu mertuanya. Jangan-jangan memang uang Ardan dimakan sendiri sama keluarganya."

Lagi dan lagi, para tamu undangan langsung berasumsi dan seolah mendapat hidangan segar dalam pesta dengan menjadikan orang lain sebagai bahan cacian.

“Itu–” belum sempat Kirana menjawab, sebuah suara tiba-tiba terdengar di telinganya.

"Apa yang kalian lakukan?"

Dari pintu masuk, Ardan yang datang bersama dengan Zara membuat Kirana tertegun. Keduanya lalu berjalan beriringan hingga akhirnya sampai di depan mereka.

“Ardan! Lihat apa yang istrimu lakukan! Bisa-bisanya dia memberi Mama hadiah gelang murahan seperti ini!”

Ardan menatap gelang yang dimaksud ibunya, lalu menatap Kirana.

“Bukankah aku sudah memberimu dana yang cukup untuk memberi kado?”

Semua orang yang kembali mendapatkan gosip hangat langsung berkerumun lagi seolah mendapat hidangan segar.

Dihadapkan pada situasi tersebut, Kirana hanya terdiam. Dia tak mau membuka mulutnya, karena ia tahu kalau tak akan ada yang akan berada di sisinya sama sekali”.

“Kirana!” Ardan merasa geram, saat melihat istrinya yang terus menutup mulut. Namun, sebelum dia sempat berkata-kata lagi, Zara telah lebih dulu menahan lengannya.

“Sudahlah, Mas, Tante. Sebaiknya tidak perlu diperpanjang. Ini Zara bawakan hadiah juga untuk Tante. Silakan dibuka, semoga Tante suka”.

“Wah! Itu kan tas Gucci edisi limited edition! Katanya hanya ada dua lho di Asia!” seru seorang tamu dengan heboh saat Monika mengeluarkan sebuah tas berwarna putih.

“Ah, calon menantuku ini. Benar-benar pengertian. Tidak seperti seseorang, dia datang membawa kado yang berkelas seperti ini untukku. Terima kasih ya, Tante menyukainya”. Monika terlihat berseri-seri.

Melihat itu, Laura kembali menyeletuk, “Gelang sampah macam apa yang dibawa Istri Mas Ardan? Padahal Zara yang merupakan orang luar saja bisa membawa kado yang berharga”.

Tak tahan lagi, Kirana segera menjawab. “Sepertinya mata kalian buta karena kebencian. Jadi, kalian tidak bisa melihat material hadiah yang sebenarnya. Itu adalah gelang giok, dan di bawahnya ada set anting serta kalung”.

Perkataan Kirana membuat semua orang terkejut, apalagi setelah melihat Kirana yang berbicara dengan raut wajah datar.

“Kamu! Sungguh tidak sopan! Bisa-bisanya kamu berucap seperti itu kepada kami?!” ujar Monika.

“Ma, sebaiknya Mama pakai gelang dan kalung giok itu setiap hari, sehingga Mama bisa terus sehat dan tak terkena darah tinggi. Aku pamit” ujar Kirana lagi dan berhasil membuat ekspresi semua orang berubah semakin marah.

“Ohya, Zara. Es krim itu memang enak untuk dijilat, tapi tidak dengan manusia. Jangan sampai lidahmu penuh dengan daki. Kotor sekali!”.

Tanpa peduli apa pun lagi, Kirana  segera melangkahkan kaki untuk pergi dari sana. Sungguh, ia tak peduli lagi pada keluarga Wijaya atau para konglomerat lain.

Sebab, ia sudah lelah.

Hidup satu tahun dalam penderitaan bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Oleh karena itu, ia akan mengakhirinya malam ini juga.

Namun, sebelum dia sempat keluar dari gedung, Ardan telah lebih dulu menarik lengannya dan memutar tubuh Kirana untuk menghadap ke arah wajah tampan pria itu.

“Mau ke mana kamu, Kirana? Apa kamu sadar apa yang telah kamu perbuat itu keterlaluan?”

Kirana menatap Ardan dengan lelah. “Biarkan aku pergi, Ardan. Aku lelah dan aku ingin pulang”.

“Kamu tidak akan ke mana-mana. Cepat masuk dan bergabung dengan yang lain, Kirana. Jangan membuatku marah”.

“Untuk apa, Ardan? Untuk dipermalukan seperti tadi? Kamu yang suamiku saja tidak pernah membelaku dan mengharapkan kehadiranku. Untuk apa aku berada di tengah-tengah kalian?” kata Kirana.

“Tenang saja, aku tidak akan membuat kalian muak lagi.” lanjut Kirana sebelum menghempaskan tangannya dari Ardan.

Wanita itu lalu berjalan pergi ke arah gerbang hotel, sebelum kemudian menghilang di dalam taksi.

Meninggalkan Ardan yang merasakan sesuatu yang asing dalam dadanya. Tanpa Ardan sadar, Kirana sudah tak memanggilnya dengan sebutan ‘Mas’ lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
memang kau PANTAS tidak di hormati DAJJAL laki-laki COMBERAN
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    47. Mengurung diri

    'Tidak, aku tidak boleh jatuh di sini. Ardan tidak boleh tahu kalau aku sedang menguping pembicaraan mereka,' batinnya terluka. Baru saja ia hendak memutar arah untuk pergi dari sana, sebuah pot tersenggol hingga jatuh dan menimbulkan suara keras."Siapa di luar?" Tanya Ardan dari dalam sana. Bahkan terdengar suara langkah kaki, yang menandakan bahwa pria itu mulai mendekat.Brak!Suara pintu terbuka, hingga menampilkan sosok pria tampan dengan wajah yang dipenuhi oleh rasa penasaran."Sayang, siapa?" Tanya Zara dari dalam sana."Bukan apa-apa, hanya pot yang jatuh." Ardan pun kembali masuk ke dalam ruangannya."Zara, sebaiknya kau pulang dulu. Hari ini aku benar-benar sibuk dan tak bisa menemani mu. Kau tau kan, aku baru kembali dan kerjaan ku menumpuk?" Tanya Ardan meminta pengertian pada Zara.Sesaat kemudian, wanita itu mengerucutkan bibirnya tanda tak suka. Namun, pada akhirnya ia memilih pergi daripada menerima kemarahan dari kekasihnya itu."Kamu janji akan menghubungi ku kan?

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    46. Alasan tak bercerai

    "Apa ini sungguhan?" Gumamnya pelan. Tatkala melihat nomor asing yang mengirim pesan singkat padanya. Pasalnya ia seperti mengenal nomor tersebut. Beberapa saat kemudian, sebuah panggilan telepon masuk dari nomor itu. Tak ingin membuang waktu, wanita cantik itu pun menerimanya. "Halo, Kirana. Ini aku," ucap seseorang di seberang sana, yang ternyata seorang pria. Ia seperti tak asing mendengar suaranya. Barra. "B-barra? Ini kau?" Tanya Kirana memastikan. Sekarang ia ingat jika pernah menyimpan nomor pria blasteran Amerika itu, tapi kenapa bisa sampai terhapus? Atau jangan-jangan ini ulah Ardan? "Benar, ini aku. Aku cemas karena tidak bisa menghubungi mu beberapa waktu terakhir ini. Apa kau baik-baik saja?" Tanya pria itu panik. Terdengar suaranya yang penuh kekhwatiran di seberang sana, yang mana hal itu membuat Kirana semakin merasa bersalah. "A-aku baik-baik saja. Maaf, ponselku mati dan baru dikembalikan oleh Ardan. Aku ingin meminta maaf karena sudah membuat kekacauan besar dan

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    45. Pesan asing

    "A-apa yang kau maksud?" Tanya Kirana gugup. Ia tak menyangka jika Ardan akan melupakan janjinya untuk meminta izin sebelum menyentuhnya. "Aku menginginkanmu... Kirana. Aku mohon," ucap Ardan lirih. Kirana menatap wajah Ardan yang sudah memerah akibat menahan sesuatu yang bergejolak di bawah sana. Bahkan, tatapan pria itu sudah seperti binatang buas yang sedang kesakitan. Ia juga merasa kasihan lantaran sudah hampir sebulan menolak sentuhan Ardan. "T-tapi kau harus melakukannya pelan-pelan." Ucapan Kirana bak angin segar bagi Ardan yang tengah kepanasan. Tanpa menunggu lama, Ardan memulai permainannya dengan mencium kening sang istri dengan lembut. 'Mas, aku tidak tahu ini benar atau salah. Yang jelas, aku belum bisa menerima semua ini. Cinta yang kamu keluarkan itu hanya sebatas rasa bersalah karena anakmu, bukan karena kau benar-benar mencintaiku.' Kirana berkata dalam hati, sambil menikmati setiap sentuhan yang Ardan berikan. "Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Ardan disela

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    44. Ada 2 pilihan

    Ardan tertegun sejenak. Ia tak menyangka bahwa istrinya akan membahas hal itu. Bahkan, ia sendiri tidak tahu harus berbuat apa dan belum bisa menjawab pertanyaan Kirana. "Kau tidak perlu memikirkan hal yang tidak seharusnya kau pikirkan. Jangan banyak bicara, karena sebentar lagi Bagas akan segera sampai." Kirana terdiam dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia yakin bahwa Ardan masih mencintai Zara, kekasihnya. Lantas untuk apa pria itu menahannya? Selang beberapa jam kemudian, Kirana maupun Ardan sudah sampai di kediaman mereka. Banyak pelayan maupun penjaga yang menyambut kedatangan sang pemilik rumah. Namun, Ardan meminta Kirana agar langsung beristirahat. "Istirahatlah, aku akan menemui Bagas sebentar," ucap Ardan yang kini masih duduk di bibir tempat tidur mereka. "Ardan, kita akan hidup sama seperti sebelumnya. Jadi tidak perlu mengatakan apapun padaku. Lagipula, aku bisa tidur di kamar sebelah." Kirana berkata dengan santai, seolah hal itu biasa. Meskipun memang keadaan m

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    43. Pulang

    "Jangan tinggalkan aku, Kirana," bisiknya dengan nada sensual. Lagi dan lagi, Ardan membuat perasaannya bergejolak. Apakah ia masih mencintai pria yang bahkan jadi sumber penderitaannya? "Aku ingin istirahat. Aku lelah." Kirana berusaha melepaskan dekapan suaminya dengan susah payah, hingga akhirnya bisa pergi meninggalkan pria itu. Sedangkan Ardan masih terdiam sejenak untuk mencerna apa yang tengah terjadi. 'Apa benar aku mencintai Kirana? Atau hanya rasa bersalah semata?' batin Ardan yang kembali kebingungan. Namun, satu hal pasti, ia tidak akan pernah membiarkan Kirana pergi dari hidupnya. Kirana yang sudah sampai di penginapan, hanya meringkuk di atas ranjang empuk setelah membersihkan diri. Ia tak menyangka akan ada hari, di mana ia bisa meluangkan waktu untuk berbulan madu bersama Ardan, pria yang dulu sangat ia cintai. Jika dulu, pasti ia akan sangat senang kegirangan, tapi saat ini hanya kehampaan yang ia rasakan. "Kirana... Apa kau sakit?" Tanya Ardan yang baru saja mas

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    42. Bulan madu

    Setelah Bagas pergi, Ardan kembali ke ruang makan. Kirana sudah duduk di sana, punggungnya tegak, sambil menatap kosong ke arah luar jendela. Cahaya pagi menerpa wajahnya yang pucat, menonjolkan garis-garis kelelahan di bawah matanya. Ardan mendekat, dengan hati berdebar-debar. Kemudian ia menarik kursi dan duduk di hadapan Kirana."Kirana," katanya lembut, suaranya berusaha meredam ketegangan yang masih terasa di antara mereka. Kirana tidak menjawab, wanita itu hanya diam, dan tatapannya tetap tertuju pada taman kecil di luar.Tak lama kemudian, Ardan meraih tangan Kirana, jemarinya yang dingin terasa di genggamannya. "Aku tahu, aku telah menyakitimu. Aku tahu kata-kata tak cukup. Tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk membuktikannya. Tolong jangan bersikap dingin seperti ini. Aku tidak bisa, Kirana." Ia merasakan getaran halus di tangan Kirana, seolah-olah wanita itu sedang mempertimbangkan ucapannya.Kirana akhirnya menoleh, matanya menatap Ardan dalam-dalam, penuh dengan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status