Kaburnya Cintya dan matinya Rumi pertanda tidak baik bagi Teofilano. Karena itu dia marah lantaran rencananya terancam gagal.“Kalian tahu apa artinya ini?! kita akan bermusuhan lagi seperti dulu! Hanya gara-gara beberapa orang di antara kalian tidak mau mendengarku untuk tidak menerima makanan atau minuman dari orang yang tidak begitu kalian kenal! Aku berkata seperti ini karena tahu, Cintya sering mencelakai lawannya dengan racun atau bius!” Teofilano menjeda ucapannya.Tak lama dia melanjutkan. “Aku tidak mau tahu, kalau kalian masih ingin hidup, temukan Cintya dan Hose!” sentak Teofilano, membuat siapapun yang mendengarnya takut, termasuk Viana, Reynhart, dan Dion yang notabene sebagai orang terdekat Teofilano.“Baik, Pak,” sahut mereka serempak.Usai memarahi mereka Teofilano masuk ke dalam mansion, Viana menyusul pria itu ke tempat kerjanya. Dia mengambil air minum, setelah untuk dirinya, untuk Teofilano.“Bapak belum minum dari tadi.”Teofilano menatap Viana sekilas lalu mengam
Sementara di tempat lain, pelukan Teofilano berubah menjadi cumbuan.“Jangan di sini,” tolak Viana, risih karena masih berada di rumahnya yang seperti berhantu.“Sebentar saja, aku sudah tidak tahan.” Teofilano menangkup dagu Viana dengan kedua tangannya, menciumi wajah cantik Viana sebelum akhrinya kembali memagut bibirnya. Viana terhipnotis ciuman Teofilano yang posesif dan menuntut.Entah bagaimana aroma mint dari mulut Teofilano, wangi parfumnya yang melelehkan hati, dan lidahnya yang mengabsen gigi Viana satu persatu dan melilit lidahnya bisa membuat tangan Viana akhirnya melepas kancing kemeja hitam pria itu.Teofilano terkejut, namun kemudian tersenyum. “Kamu mau juga?”“Aku hanya ingin cepat selesai karena sudah mulai malam.”“Ok,” Teofilano melucuti pakaian Viana sementara pakaiannya dilucuti oleh Viana. Teofilano tersenyum lalu kembali mencium Viana dan dalam sekejab Teofilano memindahkan pantat Viana ke meja yang di gudang itu.Viana pasrah kedua kakinya di naikan ke atas
“Apa? Teofilano ingin menjemput Lauren? Apa kamu mengarang cerita karena takut mati?” tanya Cintya, ingin tertawa mendengar penuturan Rumi yang tidak masuk akal. Dia yang berkuasa di pemerintahan! Bukan Teofilano! orang-orang itu akan mendengarkan suaranya, bukan suara Teofilano!Bahkan, kalau dia mau menfitnah Teofilano melakukan perdagangan manusia, mengedarkan narkoba atau menjadikan pria itu korban politik, tidak akan ada yang berani melarangnya. Selama ini dia menahan diri, tidak mau membalas Teofilano karena cintanya pada pria itu.Namun, sepertinya dia cukup bermurah hati selama ini. Sekarang dia tidak mau lagi. Lebih baik membunuh cintanya dari pada diselingkuhi lagi!“Gergaji kakinya. Karena berani mengada-ngada,” perintah Cintya kepada Hose.“Tidak, Kak, aku tidak mengarang cerita. Aku berani sumpah, tidak bahagia seumur hidup jika bohong padamu. Aku memang pernah tidak sengaja mendengar dia menelpon Lauren, menyuruh perempuan itu bersabar karena sebentar lagi dia akan menje
Viana sadar, matanya saat ini menjelajahi wajah Teofilano dari samping. Turun ke jakun di lehernya, ke dadanya dan berkedut bagian bagian bawahnya melihat milik Teofilano. Ukurannya membuat Viana ingin merasakannya.Ya. Teofilano memang sedang ereksi sekarang namun menahan diri karena mau pergi.Teofilano menoleh ke Viana karena merasa diperhatikan oleh perempuan itu. “Apa yang kamu lihat?”“Apa Pak?” sumpah demi apapun Viana ingin menghilang dari depan Teofilano saat ini, karena ketahuan memelototi milik pria itu.“Apa yang kamu lihat? ayo cepet keringkan rambutmu karena kita mau pergi.”Viana menyalakan hair dryer, mengeringkan rambut sembari membuatnya curly bagian ujungnya, seperti rambut Lauren.“Pak, saya nggak make up gak apa kan? Karena waktunya nggak cukup.”“Nggak apa.” Sebenarnya Teofilano juga suka dengan wajah asli Viana yang lebih muda dan baby face.Saat ini Viana sudah berada di mobil menuju rumah Nit King. Entah kenapa jantungnya berdegup kencang akan melihat rumahnya
Viana mematung. Lagi-lagi tak percaya Teofilano akan mengiyakan permintaannya. Karena selama ini meskipun dia bentak-bentak, ludahi, kurang ajari, CEOnya ini tetap memaksanya berhubungan badan. Tiba-tiba sekarang Teofilano tidak akan mengajaknya berhubungan badan lagi?Viana menyunggingkan senyum. ‘Aku pasti salah dengar. Ya, aku pasti salah dengar. Nggak mungkin pak Teo lepasin aku semudah itu.’Teofilano mengusap punggung Viana sembari menatap matanya. Dia tahu Viana bingung, tapi tidak tahu apa dia bingungkan.“Apa yang pikirkan?““Biasanya Bapak bilang aku milik Bapak, aku yang akan nemani Bapak sampai tua nanti karena Bu Lauren seumur hidup tidak bisa masuk negara ini lagi.” Viana menirukan ucapan-ucapan Teofilano di masa lalu.“Ya.”Teofilano tidak akan cerita kepada Viana apa yang sebenarnya dia kerjakan selama ini. Dia berkata seperti itu karena tidak yakin bisa mengalahkan Cintya. Cintya lawan yang tangguh, tidak bisa dia tumbangkan sekali serang. Kalau salah perhitungan, dia
“Bagaimana denganmu? Berapa kali kamu pacaran?” tanya balik Teofilano.Viana mencocolkan french fries ke saus tar-tar lalu memasukkan ke mulut Teofilano. Tak lupa mengelap sudut bibirnya yang terkena saus.“20 kali.”Teofilano berhenti mengunyah, tidak menyangka ternyata Viana playgirl, padahal usianya baru 23 tahun.“Lanjut,” perintah Teofilano, penasaran kenapa perempuan polos ini bisa pacaran sampai sebanyak itu! ‘Apa dia penangkaran pria?’“Aku pernah suka sama cowok, tapi ditolak. Jadi, sejak saat itu setiap ada cowok yang nembak aku, aku terima. Karena aku tidak mau mereka merasakan seperti yang kurasakan. Sampe pernah aku pacaran sama 4 cowok sekaligus.”Rahang Teofilano jatuh. “Mereka nggak kelahi?”“Nggak, karena mereka nggak pernah ketemu. Yang pertama, temen sekolah aku, dia yang jadi tukang ojekku. Kedua, tetanggaku yang udah kerja di luar kota, dia yang jadi tukang beliin jajan. Ketiga, bule, kenalan dari sosmed, yang beliin aku laptop yang sampe sekarang masih ku pake. D
Viana menarik diri, menormalkan jantungnya yang deg-degan setiap dekat dengan Teofilano. Bukan karena takut, tapi karena rasa kesalnya berubah menjadi pikiran yang tak seharusnya.Viana mengangkat french fries, membalik ikan dory fillet dan menyeduh ramuan gingseng yang katanya meningkat stamina pria.“Bapak sering minum ini?” tanya Viana malu-malu.“Ya, biar bisa lama sama kamu.”“Dih!” Viana salah tingkah Teofilano melakukan ini untuk dirinya. Dia sih suka-suka aja, karena sentuhan fisik adalah bahasa kasihnya. Hanya, tidak suka dosanya. Andai, dia dan Teofilano sama-sama belum menikah.Tak sampai 10 menit, fish and chip Viana jadi. Viana menata rapi di piring yang agak cekung beserta salad sayur, potongan lemon, dan saus tar-tar.“Makan, Pak.” Viana membagi makanannya, seporsi untuk Teofilano, seporsi untuk dirinya.Teofilano menarik pinggang Viana, membuat perempuan itu duduk di atas pangkuannya. “Suapin.”“Jangan manja.”“Itu yang dilakukan Lauren.”Viana memutar bola mata jengah
Viana menarik nafas. Dia tidak mau acara makannya tertunda karena merespon sentuhan Teofilano.“Aku mau masak, bisa tolong minggir dulu?”“Masak aja, aku tidak akan mengganggumu.”Viana menarik nafas, merasakan telapak tangan Teofilano yang besar dan hangat menyusup kedalam kemeja, lalu masuk kedalam bra meremas gunung kembarnya dan memainkan ujungnya, menciptakan sensasi geli pada perutnya seperti digelitikin sesuatu yang kalau dibiar-biarkan bisa membuat yang di bawah sana becek. Tapi dengan tak tahu dirinya pria ini mengatakan tidak akan mengganggu? Yang benar saja!“Bapak jelas mengganggu!”Teofilano tertawa, tentu saja dia tahu Viana terganggu dengan keberadaannya. Biarkan saja, dia hanya ingin melampiaskan sedikit keinginannya saat ini, untuk mengurai stress.“Kamu tahu tidak, kalau kamu itu menyebalkan? Sangat amat menyebalkan! Rasanya pengen ku Uuh.” Teofilano menarik kuat ujung buah dada Viana hingga perempuan itu kesakitan.Viana menoleh ke belakang. “Uuh apa?”Teofilano memb
Reynhart meninggalkan Teofilano dan bergegas mencari Viana. Ternyata perempuan itu ada di dekat guci besar, entah apa yang dilakukan Reynhart tak mau tahu, karena urusannya sendiri banyak hari ini.“Vi,”Viana mendongak. “Ya?”“Tangan Bapak berdarah, kamu suruh ambilin P3K.” Inisiatif Reynhart, padahal bosnya itu hanya menyuruh Viana kesana.Viana berdecak. “Apa dia nggak bisa ambil sendiri?!”“Nggak bisa,” sahut Reynhart lalu pergi.“Reynhart, bisa tolong ambilin ponselku?”“Nggak bisa, urusanku banyak.”“Ya sudah kalau gitu kamu aja yang antar P3Knya.” Viana tak mau ambil pusing. Dia masih kesal Teofilano menganggapnya pelacur, ditambah membuang ponselnya ke guci.Reynhart memejamkan mata sejenak, mengumpati Viana dalam hati. Sepertinya perempuan ini ingin dia disemprot bosnya.“Kamu ambilin P3K dulu, nanti baru ku ambilin ponselmu!” ketus Reynhart.Viana menatap Reynhart, terkejut Reynhart ternyata bisa ketus, padahal biasanya cool kayak bosnya. Mulut Vian ngedumel lirih. “Pantes A