Share

43. Surga Neraka

Penulis: Leva Lorich
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-05 11:00:03

Plung!

Jhonas memasukkan satu tablet berukuran besar ke dalam segelas air putih yang telah ia siapkan. Tablet itu berwarna biru gelap, kontras dengan beningnya air. Dalam waktu singkat, benda itu melebur bersama air, mengubah cairan bening itu menjadi keruh kebiruan dengan sedikit buih di permukaannya.

Ia menyeringai keji, menatap Bita yang meringkuk ketakutan di pojok kamar yang lembap dan berbau apek, khas bangunan tua.

Jhonas melangkah mendekati Bita sambil memegang gelas tersebut. Langkahnya tenang, penuh percaya diri, seolah ia adalah pemegang takdir Bita saat ini. "Kau mau meminumnya sendiri atau aku yang akan memaksamu meminumnya?" tantang Jhonas, suaranya dipenuhi ancaman yang dingin.

Bita segera menggeser tubuhnya menjauhi Jhonas, memeluk lututnya erat. Ia berusaha mengusir ketakutan yang mendera, dalam keadaan tubuhnya bergetar tak terkendali. "Obat apa itu? Brengsek, aku tidak mau!" sentak Bita dengan wajah semakin menegang, berusaha menjaga keberaniannya agar tidak luntur
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota   83. Mencari Kepastian

    Angin laut berembus cukup kencang, membawa aroma garam yang khas dan menyegarkan di sepanjang pesisir Pantai Dreamland, Bali. Tebing-tebing karang yang menjulang tinggi di sisi pantai seolah menjadi benteng alami yang memisahkan Bita dan Zen dari hiruk-pikuk dunia korporasi yang selama dua minggu ini mengurung mereka. Di bawah payung pantai yang lebar, keduanya duduk bersantai di atas kursi malas, menikmati pemandangan gradasi warna air laut dari biru muda hingga biru pekat yang memikat mata.Meskipun Zen adalah sosok yang sangat kaku, formal, dan serius saat berada di kantor, ternyata ia juga bisa menjelma menjadi teman bicara yang hangat. Ia bisa bercanda santai layaknya seorang kakak yang sedang melindungi adiknya, membuat Bita merasa jauh lebih tenang dari biasanya.Bita menyesap air kelapa muda langsung dari batoknya, lalu mengaduk-aduk daging kelapa yang putih bersih dengan sendok kecil. Matanya menatap jauh ke arah cakrawala, tempat debur ombak putih pecah menghantam pasir."Ma

  • Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota   82. Mengendurkan Urat Saraf

    Zen tersenyum tipis, mencoba memahami kegelisahan hati Bita. “Senioritas itu hanya masalah usia dan pengalaman teknis, Nona Bita. Saya memang lebih tua lima tahun darimu, tapi secara struktur organisasi dan secara kekeluargaan, kau tetap berada di posisi yang harus saya hormati. Pak Herman pun pasti akan menegur jika saya bersikap tidak sopan kepadamu.”Bita berbalik badan, menatap Zen dengan tegas namun tetap lembut. “Pokoknya aku tetap tidak nyaman dipanggil seperti itu. Cukup panggil Bita saja, Mas Zen. Anggap saja ini permintaan pribadiku sebagai Direktur Utama di sini, atau sebagai adik angkatmu jika kau mengizinkan. Lagipula, ini di Denpasar. Ayah tidak ada di sini untuk mengawasi setiap kata yang keluar dari mulutmu. Ayah pasti akan mengerti jika aku yang memintanya sendiri.”Melihat keteguhan di mata Bita, Zen akhirnya menyerah. Ia tahu bahwa berdebat dengan wanita cerdas ini hanya akan berakhir dengan kekalahannya. Ia menganggukkan kepala perlahan sebagai tanda setuju.“Baikl

  • Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota   81. Memang Hebat

    Cahaya matahari pagi di Kota Denpasar menyelinap masuk melalui jendela besar di lantai dua gedung kantor Puspita Ayu, sebuah perusahaan kosmetik yang kini berada di bawah kendali Bita Hermanto. Aroma lembut bunga kamboja yang menjadi salah satu bahan dasar produk terbaru mereka tercium samar di udara, menciptakan suasana kerja yang menenangkan namun tetap profesional. Di balik meja kerja kayu jati yang megah, Bita sedang memeriksa beberapa laporan pemasaran dengan kening yang sedikit berkerut, menunjukkan keseriusannya dalam mengemban amanah baru sebagai Direktur Utama.Dalam kurun waktu dua minggu sejak kedatangannya di Pulau Dewata, Bita telah menunjukkan perubahan yang sangat drastis. Ia bukan lagi gadis yang terlihat awam dan tidak terpelajar. Kini, ia mengenakan setelan kantor yang elegan, rambutnya tertata rapi, dan sorot matanya memancarkan kecerdasan serta ketegasan. Kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan korporasi yang sangat kompleks benar-benar di luar dugaan.Ze

  • Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota   80. Yakinlah

    "Bukan membiarkannya pergi, Pak Gelar, melainkan membiarkannya tumbuh. Biarkan waktu mengobatnya. Biarkan jeda ini untuk semakin mematangkannya," koreksi Pak Herman dengan bijak. "Bita memang sangat penting bagi Anda, saya bisa melihat itu dari sorot mata Anda. Namun, masalah istri Anda juga tidak kalah pentingnya. Masalah itu adalah duri di dalam daging yang harus Anda cabut sendiri. Pak Gelar harus bisa mengatasi masalah Anda satu per satu. Anda harus menyelesaikannya dengan cara yang paling terhormat. Jangan membuka masalah baru jika masalah yang lama saja belum bisa Anda selesaikan."Pak Herman kemudian berdiri dari kursinya, menandakan bahwa pembicaraan malam itu sudah seharusnya mencapai titik akhir. "Yakinlah, Pak Gelar. Jika Anda memang memiliki niat yang tulus dan murni untuk serius pada Bita, pasti nanti semesta akan membukakan jalan bagi kalian untuk bertemu kembali dalam kondisi yang lebih baik. Tanpa ada rahasia, tanpa ada status yang menggantung, dan tanpa ada

  • Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota   79. Obat Penawar

    Gelar Aditama menarik napas dalam-dalam, mencoba mengatur emosinya yang kian tidak menentu. Di hadapan Pak Herman, ia merasa seperti seorang terdakwa yang sedang melakukan pengakuan dosa. Namun, kejujuran adalah satu-satunya senjata yang ia miliki saat ini untuk meluluhkan hati pria paruh baya yang kini menjadi pelindung Sabita tersebut."Lebih parahnya lagi, Pak Herman," lanjut Gelar dengan nada suara yang mengandung kepahitan yang amat sangat. "Setelah ayah istri saya meninggal dunia beberapa waktu yang lalu, Rima seolah merasa mendapatkan kebebasan yang selama ini ia idamkan. Ia kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya yang dulu sengaja dipisahkan oleh mendiang ayahnya demi menikahkan Rima dengan saya. Berdasarkan informasi yang saya himpun secara diam-diam, bau perselingkuhan itu sudah tercium sangat tajam, Pak. Namun, saya harus mengakui kelemahan saya; saya belum mendapatkan bukti fisik yang benar-benar kuat untuk menjebaknya di hadapan hukum dan keluarga be

  • Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota   78. Hutang Rasa

    Pak Herman tersenyum sinis. "Hutang rasa? Itu adalah istilah yang sangat berbahaya bagi pria yang sudah memiliki rumah tangga. Bagaimana jika istri Pak Gelar mengetahui semua ini? Bagaimana jika istri Anda, Ibu Rima yang terhormat itu, tahu bahwa suaminya sedang mengejar-ngejar putri saya yang sekarang adalah salah satu direktur di perusahaan saya? Apakah Anda ingin menciptakan skandal besar bagi Larasa Company dan Aditama Group?"Gelar terdiam beberapa saat. Penekanan Pak Herman tentang rumah tangganya seolah membuka luka lama yang selama ini coba ia tutupi dengan tumpukan pekerjaan. Ia menunduk, menatap meja kayu mengkilap di hadapannya, lalu menghembuskan napas yang terasa sesak di dada.Akhirnya, dengan segala kerendahan hati dan keputusasaan, Gelar memutuskan untuk membuka tabir gelap kehidupannya yang selama ini ia simpan rapat-rapat."Sebenarnya... saya sedang menghadapi masalah yang sangat besar dengan istri saya, Pak Herman. Masalah yang sudah mencapai titik jenuh," kata Gela

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status