Share

Kembali saja sana!

Author: Risya Petrova
last update Last Updated: 2025-10-15 22:11:19

“Kak! Tunggu! Makanannya belum dibayar!” Suara pelayan itu menusuk gendang telinga Fahmi, menghentikan langkah kaki yang sudah setengah berlari.

Rasa sesak di dada karena pengakuan pahit barusan, kini bercampur dengan rasa kesal karena harus terhenti oleh urusan seurusan duniawi—nota pembayaran.

Rina menghilang di balik pintu kaca, membawa serta separuh napas Fahmi. Ia merasa waktu bergerak lambat di balik layar ponsel yang menampilkan kode QR pembayaran. Begitu bip tanda transaksi berhasil berbunyi, Fahmi tahu, ia harus berkejaran bukan hanya dengan waktu, tapi juga dengan keputusan Rina yang kini sekeras batu.

Fahmi berbalik cepat. Pelayan yang tadi memanggilnya menyodorkan sebuah nota kecil. Dengan wajah kusut, Fahmi meraih ponselnya.

“Sial!” gerutunya lirih. Ia buru-buru memindai kode QR pembayaran dengan aplikasi mobile banking-nya, matanya terus melirik ke pintu keluar, khawatir Rina benar-benar meninggalkannya.

“Maaf, Kak,” ujar pelayan itu dengan senyum sungkan.

“Iya, iya, s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Tetanggaku   Satu kesempatan

    Fahmi melepaskan genggamannya. Ia membiarkan Rina bebas, namun ia tetap berdiri tegak di samping wanita itu. Cara berdiri Fahmi seperti seseorang yang melindungi.“Kamu nggak akan jadi pelakor, Rin,” kata Fahmi, suaranya kini tenang, tanpa ada unsur rayuan atau permohonan, hanya sebuah fakta yang ia yakini. Terasa begitu jujur. “Karena aku nggak akan biarkan itu terjadi. Aku akan selesaikan semuanya. Aku janji.”Seketika, keheningan menggantung di antara mereka. Keheningan yang hanya diisi oleh suara kendaraan yang melintas dan deru napas mereka.Rina tidak menjawab. Ia mendongak, menatap Fahmi. Matanya yang merah kini menyorot dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada marah, ada sakit, tapi juga ada sebentuk ... harapan yang bodoh.Fahmi membalas tatapan itu, matanya penuh penyesalan, namun juga keyakinan. Di matanya, Rina melihat bayangan dirinya sendiri, dan di sana, ia menemukan sedikit kehangatan yang ia rindukan. Momen-momen manis yang pernah mereka lewati bersama pun kembali me

  • Terjebak Hasrat Terlarang Tetanggaku   Kembali saja sana!

    “Kak! Tunggu! Makanannya belum dibayar!” Suara pelayan itu menusuk gendang telinga Fahmi, menghentikan langkah kaki yang sudah setengah berlari. Rasa sesak di dada karena pengakuan pahit barusan, kini bercampur dengan rasa kesal karena harus terhenti oleh urusan seurusan duniawi—nota pembayaran. Rina menghilang di balik pintu kaca, membawa serta separuh napas Fahmi. Ia merasa waktu bergerak lambat di balik layar ponsel yang menampilkan kode QR pembayaran. Begitu bip tanda transaksi berhasil berbunyi, Fahmi tahu, ia harus berkejaran bukan hanya dengan waktu, tapi juga dengan keputusan Rina yang kini sekeras batu.Fahmi berbalik cepat. Pelayan yang tadi memanggilnya menyodorkan sebuah nota kecil. Dengan wajah kusut, Fahmi meraih ponselnya.“Sial!” gerutunya lirih. Ia buru-buru memindai kode QR pembayaran dengan aplikasi mobile banking-nya, matanya terus melirik ke pintu keluar, khawatir Rina benar-benar meninggalkannya.“Maaf, Kak,” ujar pelayan itu dengan senyum sungkan.“Iya, iya, s

  • Terjebak Hasrat Terlarang Tetanggaku   Tak mau putus

    Duduk. Rina kembali duduk. Bukan karena ia luluh oleh rayuan cinta Fahmi, tapi karena satu kalimat terakhir: "... untuk jagain mamamu yang butuh kamu." Kalimat itu menghantamnya, mengingatkannya bahwa di balik kehancuran hatinya, ada sosok yang jauh lebih penting yang harus ia lindungi. Namun, meski raganya kembali ke kursi, jiwanya sudah melangkah pergi. Ia menatap sop buntut yang mengepul, dan dalam uapnya, ia melihat bayangan Ervan dan kini... bayangan Aqila.Rina menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Ia mengambil sendok, bukan untuk makan, melainkan untuk menyentuh mangkuk sop buntut yang masih mengepul itu. Kehangatan uapnya terasa di wajah, namun hatinya sedingin es.“Aku nggak mau dengerin pembenaran, Mi,” ucap Rina, suaranya sangat pelan, nyaris berbisik. Ia tidak menoleh, hanya menatap pantulan dirinya yang buram di permukaan kuah kaldu. “Aku nggak butuh cerita sedih tentang rumah tangga kamu. Aku cuma mau kamu jujur. Kenapa aku? Kenapa kamu dekati aku kalau kamu punya

  • Terjebak Hasrat Terlarang Tetanggaku   Tak sudi

    Pengakuan itu melayang di udara, menghantam Rina seperti ombak dingin. Ia merasakan dadanya sesak, napasnya tertahan di tenggorokan. Semua canda tawa, semua keakraban, semua perhatian yang Fahmi berikan, tiba-tiba terasa seperti kebohongan besar. Ia teringat bagaimana Fahmi menyebut dirinya 'rekan darurat'. Jadi yang dimaksud rekan darurat, dirinya hanyalah berstatus sebagai selingkuhan Fahmi!"Maksud kamu ... kamu masih... suami orang?" bisik Rina, nyaris tak terdengar. Ia berharap pendengarannya salah, ia berharap ia hanya salah menafsirkan.Fahmi hanya mengangguk pelan, kepalanya tertunduk. Pengakuan itu terasa memalukan dan menyakitkan. "Iya, Rin. Aku masih suami dari Aqila."Rina menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Pandangannya kosong, menatap ke arah jendela yang basah. Semua keribetan mencari ART, kelelahan menjaga ibunya, dan bahkan rasa lapar yang sempat ia rasakan, semua terasa ringan dibandingkan dengan kenyataan ini. Perasaan yang mulai tumbuh diam-diam di hatiny

  • Terjebak Hasrat Terlarang Tetanggaku   Pengakuan Fahmi!

    Rina merasakan hawa dingin yang tiba-tiba merambat, bukan dari kopi, melainkan dari udara di sekeliling Fahmi. Nama 'Aqila' dan tatapan tajam Mina adalah kombinasi yang membuat naluri perempuannya berteriak.“Jadi, kamu belum bilang apa-apa ke dia, ya, Fahmi?” Suara Mina terdengar seperti desisan, menusuk langsung ke telinga Rina.Rina langsung menatap tajam pada Fahmi. “Dia siapa yang dimaksud, Mi?”Mina tersenyum sinis sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Ia hendak membuka mulut, siap menumpahkan kebenaran yang pahit, namun tiba-tiba lengan Yogi sudah melingkari pinggangnya. Pria berkemeja biru muda itu bergerak cepat, panik.“Mina, sudah, ayo kita pergi,” bisik Yogi, suaranya tegang dan penuh paksaan.Mina sontak menepis tangan suaminya. “Bentar, Gi! Aku cuma mau jelaskan sedikit aja, kalau—”“Tidak perlu!” potong Yogi keras, menarik pergelangan tangan Mina. Ia bahkan tidak menoleh ke arah Fahmi atau Rina. Wajahnya hanya terfokus pada istrinya, yang kini memberontak. “Ayo

  • Terjebak Hasrat Terlarang Tetanggaku   Mina memberitahu Rina!

    “Yakin kamu mau bantu aku? Cari ART itu agak ribet juga loh. Aku nggak mau ngerepotin kamu. Beneran ….”“Yakin. Aku punya kenalan agen ART resmi, dekat sini malah.”Rina akhirnya tersenyum tipis. “Aku gak tahu harus mulai dari mana kalau gak ada kamu.”“Tenang aja, aku kan ‘rekan darurat’ kamu,” candanya.Rina yang masih berwajah sedih karena ucapan Ervan barusan, kini terkekeh kecil. “Rekan darurat, ya?”“Iya. Fungsinya muncul cuma pas kamu butuh.”“Berarti kamu kayak ambulans dong?”Fahmi tertawa lirih. “Ya semacamnya lah, cuma bedanya aku gak punya sirine. Tapi aku punya cinta.”Tawa Rina nyaris pecah. Untung saja ia masih ingat saat ini berada di rumah sakit, jadi ia buru-buru menahan tawa itu.Rona merah di wajahnya menahan tawa, membuat Fahmi menjadi semakin cinta dan begitu terpesona. Rina begitu cantik dan manis dengan raut muka ceria seperti itu.***Setelah menitipkan Ratih pada perawat jaga, Fahmi dan Rina keluar dari rumah sakit. Hujan sudah reda sepenuhnya, menyisakan sis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status