Home / Romansa / Terjebak Hutang Bos Muda / Bab 7 Ajakan makan siang.

Share

Bab 7 Ajakan makan siang.

Author: HasenV
last update Last Updated: 2024-02-07 08:20:47

"Sebagai hukuman, jam pulang kerja silakan ke bagian gudang!" Sorot mata itu begitu tajam menghunus jantung, tak bisa dibantah meski Reva berusaha menjelaskan.

Ratusan adonan yang sudah di profing, gagal karena ia memasukkan ragi yang sudah kadaluwarsa. Padahal, ia sudah mengecek tanggal sebelum mencampur bahan.

Anehnya lagi, ragi yang ditemukan di meja kerjanya memang sudah kadaluwarsa.

Beberapa pasang mata menatap tajam ke arahnya, bisik-bisik bernada sumbang terdengar. Namun, Reva tak begitu peduli.

"Dis, ini ragi aman kan?" Reva menyerahkan botol kecil dengan tutup berwarna kuning.

"Aman kok, cek aja," saran gadis dengan lesung di pipinya.

Reva mengaktifkan ragi dengan air hangat yang dicampur sedikit gula, ia benar-benar tak enak hati pada Lingga. Sudah pasti kejadian tadi membuat kerugian pada usahanya.

"Duluan ya Rev," ucap Adisti saat jam pulang kerja mereka berakhir.

Reva mengangguk sambil tersenyum, membersihkan peralatan yang telah digunakan.

Suara detik jarum jam terdengar, tepat pukul delapan ia meletakkan apron dan topi di ruang ganti.

Melewati lorong, lampu ruang kerja Lingga masih terlihat menyala. Langkah kakinya berbelok ke bagian bahan baku. Terlihat dua orang lelaki sibuk menurunkan terigu dan gula.

"Kamu yang disuruh bantu-bantu di sini?" Tanya lelaki yang memang jarang ditemui Reva.

Gadis itu mengangguk, lantas menerima kertas dan bolpoin dari lelaki yang bernama Reno.

Reva terlihat sibuk mencatat bahan apa saja yang datang dan mencatat stok bahan baku yang habis. Sekitar pukul sembilan malam, akhirnya ia dapat menyelesaikan semuanya.

"Kerja bagus!" Reno menepuk pundak Reva dengan lembut.

"Sudah boleh pulang?" Matanya hampir terpejam karena begitu mengantuk.

"Kamu ditunggu Pak Lingga di ruangannya," ujar Reno sebelum lelaki tersebut mengunci gudang bahan baku.

Reva mengetuk pintu dengan perlahan, hingga suara berat Lingga terdengar.

"Masuk!"

Perlahan gadis tersebut melangkah ke dalam ruangan, menunduk menatap lantai keramik berwarna putih, masih merasa canggung akibat kejadian siang tadi.

Lingga terlihat membereskan pekerjaan, menutup layar laptop lantas berjalan mendekati Reva.

"Kamu mau tidur di sini?" tanya Lingga datar. Reva menghela napas, mengekor ke arah langkah kaki Lingga keluar.

Di dalam mobil, Reva menghitung berapa banyak kendaraan yang berlalu lalang hingga matanya mulai terpejam.

Tanpa sadar, sudut bibir Lingga tertarik membentuk segaris senyum.

Sesekali ia memperhatikan posisi kepala Reva, agar tak membentur kaca mobil.

"Bangun, sudah sampai!" Lingga menyentuh lengan Reva perlahan, tapi gadis tersebut tak kunjung membuka mata.

"Bangun dasar kebo!" Lingga menaikkan nada suara, kali ini sorot matanya tertuju pada wajah polos Reva. Terlihat begitu kelelahan, sepertinya gadis itu tak akan membuka mata dalam jangka waktu singkat.

Terbius akan pesona Reva yang terlihat menarik sejak awal pertemuan mereka, Lingga mendaratkan satu kecupan pada dahi gadis itu.

Kejadian itu begitu cepat, hingga tiba-tiba rasa panas menjalar di pipi kanan, Lingga masih mencerna apa yang sedang ia alami. Namun, dorongan kuat membuatnya nyaris oleng tak dapat menahan bobot tubuh.

"Jangan pernah melewati batas atau asetmu berakhir mengenaskan!" Reva yang tadi memejamkan mata begitu erat, seolah tak akan bangun. Kini berkacak pinggang seperti tak pernah tertidur.

Lingga menghela napas berulang kali menetralkan emosi.

"Dasar gadis bodoh! Aku hanya membangunkanmu!" Lingga berjalan mendekat, menyentil dahi Reva dengan kesal. Sementara Reva, terlihat waspada menyilangkan tangan di depan dada.

"Menyingkirlah!" Lingga mendorong tubuh Reva ke samping, menutup pintu mobil dan memastikan benar-benar terkunci.

Tanpa sepatah kata, dia meninggalkan Reva yang masih berdiri mematung.

Reva benar-benar kehilangan jejak Lingga, lelaki itu berjalan seperti terbang saja.

Melewati lorong apartemen, Reva sempat terkejut saat bahunya disentuh seseorang dari belakang. Bersiap berlari, tapi suara gadis membuatnya urung.

"Ini aku," ucapnya lembut. Reva seketika menoleh, pipinya memerah karena sempat salah sangka.

"Kita ketemu lagi," ucap Tyas saat Reva duduk di hadapan.

Mereka berada di kafe yang tak jauh dari gedung apartemen.

Dengan anggukan, Reva tersenyum menyetujui. Mungkin ini yang dinamakan kebetulan.

Beberapa kali Reva merasa ponselnya bergetar, melirik sekilas lantas memilih tak peduli.

"Kamu tinggal di apartemen itu?" tanya Tyas saat dua gelas kopi pesanannya tersaji. Sepiring kentang goreng dan roti panggang diletakkan pada masing-masingnya.

"Tidak, aku sekedar mengunjungi teman." Sedikit gugup, Reva mengalihkan pembicaraan. "Kamu habis dari mana?"

"Dari tempat mantan, tapi sepertinya dia belum pulang." Tyas mengambil potongan kentang yang masih terlihat panas. Mencolekkan pada saus sambal sebelum berakhir dalam mulut.

"Mantan?" Reva teringat pada tespact yang sempat menyembul di antara belanjaan gadis itu.

"Iya, mantan pacar." Tyas menghela napas, meminum kopinya perlahan. "Dia lebih memilih gadis lain," lanjutnya.

"Bahkan gadis secantik dirimu masih disakiti?" Kening Reva mengerut tak percaya.

"Itu kenyataannya," ucap Tyas dengan santai, seperti tak merasa sakit hati atas kejadian tersebut.

***

Tepat saat Reva membuka pintu apartemen, Lingga sudah bersedekap menatap Reva dengan lekat.

"Dari mana saja?" Lelaki itu menoleh ke arah jam dinding di atas pintu.

"Bukan urusanmu!" Reva mendorong Lingga menyingkir, masih kesal karena dia meninggalkannya di basement.

Lingga menarik lengan Reva sebelum gadis itu melangkah ke dalam kamar. "Haruskah aku memperjelasnya ...." Lingga mengusap pipi Reva perlahan lantas terhenti pada bibir.

Degup jantung Reva berpacu dengan cepat, tubuhnya terpaku seolah tak dapat digerakkan. Hingga satu kecupan hangat mendarat, Reva membelalakkan mata mendorong pundak Lingga sekuat tenaga. Namun, tubuh kecilnya terkurung lemah.

***

"Bangun gadis bodoh!" Ketukan pintu terdengar kala cahaya mentari menerobos sela gorden tapi, bukan itu yang membuatnya terbangun. Melainkan ingatan semalam saat Lingga mencium tepat di bibir, parahnya ia ikut terhanyut dalam pusarannya.

Memegang dada, Reva merasakan degup jantung yang tak biasa.

"Iya aku sudah bangun!" Reva menyibak selimut yang menutup tubuh, sungguh mengesalkan mendengar suara Lingga mengatainya gadis bodoh. Ia yang semula tersipu, seketika berubah kesal.

Menatap weker di atas meja nakas membuat debaran jantungnya semakin meningkat. Pagi ini dia benar-benar kesiangan.

Bersedekap, Lingga terlihat menunggu dengan tak sabar di sisi mobil.

"Kamu sudah membuatku menunggu sepuluh detik," ucap Lingga dengan suara datar. Reva tersenyum tipis, membuka pintu mobil dan tergesa masuk ke dalam sengaja memilih tak menjawab, cukup jantungnya yang berantakan tidak perlu harinya juga.

"Nanti makan siang denganku, aku tidak suka penolakan!" Lingga mengatakannya sambil menyalakan mesin mobil. Reva mengangguk ia akan menjadi gadis manis, kalau tidak salah menghindari pertengkaran di pagi hari akan mengurangi kesialan di siang harinya.

"Aku tidak ingin karyawan lain berpikir tentang kedekatan kita, jadi lebih baik kita berangkat ke lokasi bergantian." Reva menggigit bibir, tiba-tiba teringat dengan apa yang terjadi semalam. Seharusnya Lingga malu, tapi sikap lelaki itu seperti tak terjadi sesuatu.

Ponsel Reva berdering kala roda mobil Lingga berputar di atas aspal jalan, melirik sekilas ke bangku kemudi, Reva lekas mengangkat ponsel.

Hening sesaat, Reva mendengarkan ucapan seseorang di seberang sana.

"Boleh mengajak Lingga?" tanya Reva dengan polosnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 27

    Reva pulang ke rumahnya dengan perasaan bingung dan terluka. Dia tidak tahu harus berpikir apa tentang Lingga dan Tyas.Dia merasa bahwa Lingga telah menyembunyikan sesuatu yang penting dari dirinya.Dia melempar tasnya ke sofa dan jatuh terduduk di sana, membiarkan kepala tertunduk di antara kedua lutut. Air mata mulai mengalir dari mata, membasahi wajah yang pucat akibat berita tak terduga.Bagaimana bisa Lingga menyembunyikan sesuatu yang sebegitu penting dari dirinya? Apa Lingga mempermainkannya? Apakah dia masih mencintai Tyas?Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala Reva, membuatnya merasa semakin bingung dan terluka.Keesokan harinya, Reva masih belum bisa menghilangkan perasaan sedih dan kecewa dari hatinya.Dia mencoba untuk fokus pada pekerjaannya di toko roti, tapi pikirannya terus kembali ke Lingga dan Tyas.Tiba-tiba, pintu ruang produksi terbuka dan Lingga masuk ke dalam. Dia terlihat serius dan khawatir, membuat Reva merasa bahwa dia pasti datang untuk menjel

  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 26

    Reva dan Lingga memasuki butik mewah yang terletak di pusat kota, bangunan itu dikelilingi jendela besar yang membiaskan cahaya matahari. Interiornya terlihat elegan dengan dekorasi klasik modern.Reva terpikat dengan jajaran baju pengantin yang terpampang nyata. Sentuhan jemarinya merasakan kelembutan kain itu.Lingga mengamati wajah cantik Reva dengan senyum tipis, matanya menyipit terlihat tampan.Seorang pegawai toko, dengan name tag Rina menyambut."Selamat datang Tuan dan Nyonya, ada yang bisa dibantu?" tanya pegawai itu sopan.Pria itu tersenyum dan mengambil tangan Reva. "Kami sedang mencari baju pengantin untuknya," kata Lingga."Kebetulan, kami memiliki koleksi baju pengantin terbaru dari desainer terkenal. Mari saya tunjukkan."Dengan gerakan anggun, Rina memperlihatkan deretan gaun yang dimaksud. Lampu kristal di atas mereka, tergantung memancarkan cahaya lembut, membuat gaun-gaun tersebut berkilau seperti permata."Apakah Anda memiliki preferensi tertentu?" tanya Rina mem

  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 25 Ancaman Tyas

    Setelah pertemuan empat mata kemarin, malam ini Reva menjadi semakin pendiam. Ia duduk seorang diri di sebuah kafe yang disinari cahaya lampu, berbentuk lampion kecil di beberapa sudut.Ia termenung menatap spageti dengan saus kesukaannya yang belum tersentuh.Reva sangat mengerti dengan alasan Bu Ratri, beliau hanya ingin melindungi Lingga dari keluarga bermasalah sepertinya.Ia kembali marah pada dirinya. Mengapa tidak dapat melunasi hutang selain dengan cara pernikahan.Dia benar-benar terjebak pada dua sisi."Mengapa aku harus terluka sejauh ini untukmu ayah? Kenapa aku dilahirkan hanya untuk menjadi mesin uangmu?" Air mata Reva meleleh, meski tak ada isakan keluar dari bibir merahnya.Seorang lelaki tiba-tiba duduk di hadapannya, rambut hitam itu tampak berantakan, meski begitu, menambah kesan maskulin."Kenapa di sini?" tanyanya penuh empati. Ia membawa secangkir kopi yang entah ia dapat dari mana."Aldo?" Mata Reva membulat. "Bagaimana kamu tahu aku di sini?"Lelaki yang bernam

  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 24 Pilihan yang sulit

    Mentari bersinar melalui sela-sela jendela kaca, memancarkan cahaya emas yang menghangatkan kulit.Aroma manis kue dari pemanggang menguar di udara, sementara suara pengaduk adonan terdengar bising, menjelaskan betapa sibuknya ruangan itu."Jangan melamun, Rev." Adisti mengetuk meja kerja Reva. Membuyarkan lamunan gadis berkulit bersih itu.Reva tersenyum lelah, menggosok pundak yang terasa pegal. "Hai, Dis. Aku capek banget. Adonan donat ini bikin aku pegal."Adisti tertawa renyah."Udah, aku bantuin aja. Kamu istirahat dulu," ucap gadis berlesung pipi.Lingga tiba-tiba saja muncul dari balik pintu ruang produksi, tubuh tinggi dengan wajah tegasnya sedikit menggetarkan hati Reva."Reva, aku butuh bicara denganmu." Tatapan itu terlihat mengintimidasi.Wajah Reva seketika berubah, dengan terpaksa ia mengekor pada langkah kaki Lingga. Meninggalkan tatapan penuh tanya pada rekan kerjanya.Gadis berusia dua puluh lima tahun itu melihat punggung kokoh yang tertutup kemeja putih tulang, kedu

  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 23 Cinta atau kewajiban.

    Reva mencengkram lengan Lingga kuat, keraguan masih terukir di wajahanya saat Lingga mengarahkan langkah ke rumah mungil itu."Kenapa kamu tidak antusias?" Lingga bertanya, heran.Reva terdiam sejenak, tidak merasakan rindu pada bangunan masa kecilnya.Seorang gadis belia keluar dari rumah, tersenyum ceria. "Kakak, apa kabar?" Ia memeluk Reva hangat.Gadis itu mundur selangkah, melihat dengan rasa ingin tahu. "Pacar Kakak?" Matanya melirik sekilas ke arah Lingga.Lingga menatap sekeliling ruangan, bangunan tua dengan dominasi warna putih dan coklat terlihat terawat dengan baik.Dua cangkir teh hangat disajikan, masih terlihat mengepulkan uap panas. Aroma teh yang harum menguar memenuhi indra penciuman."Silakan diminum, Nak," kata lelaki tua itu dengan senyum hangat."Terima kasih," jawab Lingga, ia meraih cangkir perlahan. Matanya menatap lurus, seolah menelisik jiwa ayah Reva di depannya saat ini."Saya hendak melamar Reva." Lingga menyatakan maksudnya dengan tenang, tangannya melet

  • Terjebak Hutang Bos Muda   THBM 22

    Reva yang sedang bersusah payah mencerna jawaban Lingga, lekas mendapat sentilan di dahi."Aku tidak mengerti," ucap Reva mengalihkan pandangan ke arah alas kaki."Apa yang bisa aku bantu?" Lingga berjalan di lorong apartemen lalu menekan sandi yang masih sama dengan kode ponsel Reva."Hutang Ayahku." Suara Reva tercekat. "Rumah kami disegel, jika dalam seminggu tidak melunasi hutang.""Disegel?" Lingga mengerutkan kening. Reva mengangguk lemah, ia merasa malu jika harus menceritakan lebih lanjut."Datanglah besok dan berhenti berpura-pura tidak tahu maksudku," ucap Lingga datar.Reva menunduk, menggigit bibir merasa harapannya akan sia-sia. Memberi hati pada Lingga, bukan sesuatu yang sulit, pria itu tampan, mapan dan terkadang baik. Hanya saja, perbedaan kasta mereka sulit ditembus terlebih Bu Reswari, tidak akan memudahkan hubungan mereka."Aku permisi, Lingga." Reva berbalik lantas berjalan meninggalkan Lingga.Pagi ini suasana begitu hangat, langit pun terlihat cerah biru. Tak ad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status