Setelah tidak mendengar suara barang-barang dilempar, Alesha memberanikan diri untuk keluar. Benar saja—semua perabotan sudah hancur berkeping-keping. Pecahannya bisa saja melukai kaki jika tidak segera dibersihkan.Alesha mendekat pada sebuah cermin yang sudah hancur. Terdapat banyak sekali jejak darah di sana. Ia mengamati lantai. Itu pasti darah Garvin. Alesha menghela nafas. Ia berjalan ke arah lemari dan mengambil satu dress. Memakainya secepat mungkin.~~Alesha pergi ke dapur. Membawa sebuah air hangat yang berada di dalam baskom. Ia ragu menatap sebuah pintu besar bercat hitam pekat. Ia mengetuknya pelan. Tidak ada sahutan. Ia memberanikan diri membukanya. Tangannya menekan knop pintu perlahan.“Sir,” panggil Alesha.Semuanya gelap. Tidak ada satupun pencahayaan yang menyala. Ia kesulitan menemukan keberadaan Garvin.“Untuk apa kau kemari?” tanya seseorang.“Kau di mana, Sir?” Alesha mengamati sekitar. Ia mencari saklar lampu dan menyalaknnya.Akhirnya ia bisa menemukan Garvin
“Aku membuatkan sup untuk meredakan sakit kepalamu.” Alesha meletakkan sup buatannya di atas meja dekat dengan Garvin.Garvin meliriknya sekilas. Tidak ada niatan untuk mencicipinya apalagi memakannya.“Apa kau—”“Jangan mengeluarkan sepatah katapun pagi ini. Aku bisa saja langsung membunuhmu,” ungkap Garvin.Alesha duduk di hadapan Garvin. Bertopang dagu menatap pria itu.CIIIITBunyi garpu yang sengaja ditancapkan ke atas piring kemudian digerakkan. Alesha menutup kedua telinganya. Bunyi yang menimbulkan ngilu. Alesha menatap pelakunya. Garvin melakukan hal itu dengan terang-terangan.“Makan dengan benar. Jangan membuatku marah Alesha.”Alesha terdiam. “Aku hanya ingin bertanya kapan kau akan memberitahuku tentang Aldrich?”“Aku sibuk. Aku tidak punya waktu meladenimu.” Garvin bangkit. Ia mengambil tasnya.“Tapi kau sudah berjanji. Setidaknya tepati jika kau benar-benar pria.” Alesha mengejar Garvin yang sudah berjalan keluar Mansion.“Apa aku punya kewajiban menuruti permintaanmu?
“Aldrich bekerja di Blacton. Total Aldrich bekerja dengan tuan Garvin selama 5 tahun. 3 tahun pertama, dia bekerja sebagai orang yang mengawasi dan memastikan penyelundupan barang berjalan lancar. Karena kinerjanya yang bagus—akhirnya Tuan Garvin sendiri yang mengangkat Aldrich sebagai salah satu tangan kanannya. Dua tahun terakhir Aldrich bertugas membuat strategi bisnis di Blackton.”“Entah apa yang terjadi. Aldrich berhianat dengan bekerja sama dengan Wiliam dari Dark Blood. Aldrich membocorkan strategi jalur keamanan perdagangan satwa liar. Sehingga Dark Blood menyerang kemudian mengusai jalur yang awalnya milik Blackton.”Alesha mengambil duduk di salah satu kursi. Ada begitu banyak hal tentang Aldrich yang sama sekali tidak diketahuinya.“Jadi Aldrich memang berhianat..” lirih Alesha.“Benar, Nona. Setelah pergi dari Blackton, tuan Garvin mencarinya. Ada peraturan dari Blackton, siapapun yang berhianat tidak akan bisa hidup. Antara mati atau terus disiksa. Namun saat Tuan Garvin
Di dalam sebuah ruangan, terdapat seorang pria yang tengah menatap laptopnya. Layar laptop yang menampilkan sebuah rekaman CCTV di kamar. Seorang wanita yang tengah terbaring di ranjang. Tubuhnya meringkuk.Garvin sengaja memasang CCTV di sana agar bisa mengawasi Alesha. Ia ingin melihat bagaimana wanita itu hancur setelah tahu tentang kekasihnya yang sebenarnya. Namun saat melihat Alesha menangis—justru perasaannya tidak senang.“Sir, sebentar lagi meeting di mulai.” Suara Christ memecah lamunan Garvin.Garvin berdecak. Tangannya menutup laptop dengan kasar. Setelah itu berjalan ke arah cermin. Dasinya belum terpasang. Pakaiannya sedikit berantakan.TOK TOK“Masuk.”Seorang wanita dengan pakaian minim memasuki ruangan. Bukan gadis penghibur, jangan salah paham dulu. Wanita seksi dengan kemeja ketat dan rok di atas lutut itu adalah Sekretaris baru Garvin. Baru sekitar seminggu yang lalu.Padahal Garvin biasanya tidak suka jika ada wanita yang bekerja dengannya, karena akan memecah ko
Alesha terbangun dari tidurnya. Entah sudah berapa lama ia tertidur di sini. AC di sini menyala dan membuatnya mengigil. Mencari keberadaan remot. Alesha mengarahkan remot itu ke AC yang terpasang di atas. Namun ia mengernyit melihat sebuah kamera pengawas dengan ukuran kecil yang terpasang di sana.“Apa itu CCTV? Jadi aku diawasi?” tanya Alesha pada dirinya sendiri.Melangkah mendekat. Di depannya ada sebuah rak kosong tanpa berisi apapun. Ia ingin memanjat rak itu kemudian mengambil CCTV yang berada di atas. Namun saat tubuhnya sudah berada di atas—tubuhnya tidak sengaja menyenggol sebuah knop.Alhasil ia melompat dengan tangan yang terasa ngilu. Alesha meringis mengusap tangannya. Entah kenapa akhir-akhir ini ia sering kali menabrak benda padat.KreeetRak itu memutar sendirinya. Di depannya ada sebuah brangkas dengan kode. Karena Aldrich suka sekali menggunakan tanggal lahirnya sebagai kode akses, ia mencoba memasukkan tanggal lahirnya.Benar saja langsung terbuka. Alesha mengambi
Setelah berhasil keluar dari jalur bawah tanah. Alesha berada di hutan. Ia mencari keberadaan sungai. Setelah ketemu, ia segera mengkuti arah sungai itu. Setelah berpuluh-puluh menit mengikuti sungai, akhirnya Alesha menemukan jalan raya.Ia beberapa kali melambaikan tangan. Hingga akhirnya ada sebuah mobil pick up yang berhenti.“Butuh tumpangan?” tanya seorang wanita tua yang menatap Alesha kasihan.Alesha mengangguk.“Kami akan ke kota. Naiklah di belakang.” Alesha tersenyum kemudian berjalan ke belakang. Menaiki mobil itu susah payah. Ternyata di belakang mobil itu ada banyak sekali Anjing yang berada di dalam kurungan. Mereka menggonggong tidak karuan melihat Alesha. Seperti melihat hantu saja.“Kasihan dia. Sepertinya gangguan mental. Dia cantik tapi kenapa begitu kotor.” Alesha mendengar wanita itu berbicara pada suaminya. “Dia terlihat seperti hantu. Dressnya sangat kotor dengan tanah seperti bangkit dari kubur.”Alesha menghela nafas. Menatap dirinya sendiri. Benar—dressnya b
“Kami mencari tuan ke mana-mana. Untung saja kami menemukan anda. Kalau tidak kami bisa dibunuh tuan muda.”Kakek itu menatap Alesha yang menjauh. Kemudian dengan cepat merangkulnya ringan. “Ayo cucu kakek. Alesha kamu ikut kakek pulang.”Alesha menggeleng. “Tapi saya bukan cucu anda.”“Mulai sekarang kamu cucu kakek.”Alesha ingin kabur tapi orang-orang yang ia yakini sebagai bodyguard kakek itu, mulai memeganginya dari samping. Belum lagi tangan kakek itu yang sekarang menggandeng tangannya.“Ikuti saja, nona. Tuan sangat pelupa. Setelah tuan melupakan anda, anda bisa pulang,” bisik Bodyguard yang berada di samping Alesha.~~Alesha turun dari mobil. Mereka masuk ke sebuah rumah besar berwarna putih. Sampai di dalam Alesha sangat terpana dengan interiornya. Nuansa klasik dan hangat. Ada berbagai lampu yang digantung di atas.“Cucu kakek pergi bersih-bersih dulu. Bibi Rosa akan membantu kamu,” ucap kakek kemudian pergi begitu saja.Alesha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bodygu
Alesha keluar dari kamarnya pagi hari. Ia berjalan menyusuri rumah bertingkat dua ini. Ia ingin bertemu salah satu orang yang berkepentingan di sini sebelum pergi. Ia merasa sudah terlalu merepotkan.“Bi Rosa.” Alesha sampai di dapur. Di sana Bi Rosa sedang sibuk-sibuknya menyiapkan makanan.“Kenapa Nona?” jawab Bi Rosa masih berkutat dengan masakannya. Bumbu-bumu yang sedang di tumis oleh Bi Rosa sangat harum. Alesha meneguk ludahnya sendiri.Alesha menggeleng. ‘Jangan memikirkan makanan.’“Bi saya mau pergi. Di mana saya bisa bertemu dengan kakek? Saya mau pamit. Sekalian terimakasih karena sudah diijinkan tinggal di sini.”Bi Rosa berhenti. Ia mengangguk pelan. “Nona pergi saat sudah makan ya. Nanti Tuan keluar kamar saat sarapan.” Kemudian Bibi menyibukkan diri sendiri di dapur.Alesha meringis heran. Kenapa orang-orang di sini seakan menghalanginya untuk pergi. Tapi dipikir lagi jika dia pergi tanpa makan—dijalan dia akan kelaparan. Baiklah Alesha akan menurut.“Ada yang bisa say