Home / Romansa / Terjebak Obsesi Sang CEO / 43. Hancur, tapi Masih Bersama

Share

43. Hancur, tapi Masih Bersama

Author: feynaa
last update Huling Na-update: 2025-05-30 20:36:52

Seminggu telah berlalu untuk perawatan intensif Ella. Kesehatan Ella berangsur membaik, tubuhnya mulai pulih. Luka jahitannya telah mengering, dan ia sudah bisa bergerak tanpa khawatir lagi akan rasa sakit yang menyengat.

Namun, hubungannya dengan Lorenzo tidak ada perkembangan. Semakin berantakan, tapi tidak dapat berpisah. Perang dingin di antara mereka terasa lebih menyakitkan dibanding dengan teriakan dan umpatan satu sama lain.

Ella masih mempertahankan sikap acuhnya. Namun Lorenzo tidak lagi memaksa Ella untuk bicara padanya. Seolah menerima dan mengerti hukuman yang diberikan Ella padanya. Setidaknya ini jauh lebih baik daripada melihat Ella terluka lagi.

Meskipun begitu Lorenzo tetap selalu ada di sana, tidak pernah menjauh walau hanya dinggap angin lalu oleh Ella. Setiap malam, ia menemani gadis itu.

Mengamati wajah damainya saat sedang tertidur, mencium puncak kepala dengan penuh kelembuatan. Hanya di waktu gadis itu terlelap ia dapat merasa tenang dengan diamnya Ell
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   47. Kunci Masa Lalu Lorenzo

    Prank! Suara keras dari lantai bawah menyentak Lorenzo dari tidurnya yang tidak lelap. Ia segera melompat dari kasur dan berjalan dengan terburu-buru keluar kamar. Ia panik, hanya satu yang ia khawatirkan. Ella. Benaknya memutar ulang kejadian ketika Ella pingsan di dapur. "Ella!" panggilnya keras matanya mencari-cari gadis itu dalam cahaya redup lantai satu. Ini masih pagi buta, cahaya matahari bahkan belum muncul untuk menerangi ruangan. Kaki telanjangnya berlari cepat menuruni tangga yang berbentuk melingkar. Napasnya tersengal-sengal, jantungnya berdegup kencang. Langkahnya sontak terhenti ketika mendapati gadis itu di ruang tamu. Ella berjongkok di lantai, tangannya yang mungil memunguti pecahan vas kristal antik yang berserakan. “Sedang apa kau sepagi ini?” Lorenzo bertanya dengan nada suranya yang keras Ella bangkit menatapnya terkejut. Lorenzo langsung meraih lengan Ella, menariknya menjauh dari serpihan vas dengan gerakan yang terlihat kasar namun penuh ke

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   46. Ciuman Penyembuhan

    Pintu penthouse tertutup otomatis ketika Lorenzo sudah berada di dalam. Seperti biasa, ia melepaskan jasnya kemudian melonggarkan dasinya sembari menaiki tangga. Malam sudah sangat larut, tapi saat melewati kamar Ella, lampu di kamar gadis itu masih menyala dan pintunya sedikit terbuka. Lorenzo penasaran, ia perlahan mendorong pintu dan menyembulkan kepalanya. Mendapati Ella duduk di sofa, sedang kesulitan mengganti perbannya, beberapa kali gadis itu meringis saat tangannya menyentuh area lukanya. Lorenzo melangkah masuk lebih dalam, suara langkah kakinya membuat Ella terkejut. Ia menatap pria tu sembari menurunkan piayamanya menutupi perutnya. “Kau harusnya mengetuk pintu,” protes Ella pelan. Lorenzo abai, ia langsung duduk di sebelahnya. “Biar aku bantu,” kata Lorenzo. Ella menggeleng, tangannya bertahan di ujung piyamanya. "Aku bisa sendiri." "Berhenti keras kepala, kau kesulitan. Kemari, biar aku membantu,” balas Lorenzo tegas sembari mempersiapkan perban baru. Ell

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   45. Masa Lalu Lorezo

    Dalam waktu kurang dari tiga jam, mereka telah sampai di Texas, tepatnya di penthouse Lorenzo. Ella menatap langit-langit kamarnya, pikiran dan tubuhnya terasa lebih ringan saat kembali ke sini, tidak penuh tekanan seperti sebelumnya. Walau alasannya masih sama—keterpaksaan. Namun, dengan sikap Lorenzo yang membuat semuanya terasa baik-baik saja, ia jadi lebih tenang sekarang. Perlahan matanya terasa berat, hingga akhirnya tenggelaia dalam mimpi. Gadis itu tidur bagaikan beruang hibernasi. Bahkan cahaya mahahari yang menampakan kehadirannya melalui sela-sela tirai. Menyapa wajahnya, tapi tidak sedikit pun Ella terganggu. Tidurnya masih tetap nyenyak dan damai. Namun, di ruangan lain, Lorenzo sedang bergulat dengan dasinya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin dengan wajah frustrasi. Tangan kanannya yang masih terbungkus perban—hasil meninju dinding rumah sakit—membuat aktivitas kesehariannya terganggu. Ia menghela napas dalam, berjalan menuju kamar Ella dan mengetuk pintu denga

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   44. Ciuman di tengah Sunset

    Di tengah perjalan menuju bandara yang dilalui dengan kesunyian, tiba-tiba mobil berhenti di tepi jalan yang mengarah ke pantai. Kening Ella berkerut bingung. Ella yang sedari tadi bergeming menatap keluar jendela pun menggerakan kepalanya menatap Lorenzo di sebelahnya kemudian menatap Alessio yang menjadi supir mereka. “Kenapa kita berhenti di sini?” tanya Ella, suaranya dingin, keengganannya berkomunikasi dengan Lorenzo masih terasa. “Ikut aku,” titah Lorenzo, tidak sepenuhnya menjawab kebingungan Ella. Ia beranjak turun dari mobil, mengelilingi mobil untuk membuka pintu Ella. Setelah itu mengulurkan tangannya. Ella mengernyit melihat perban yang melilit tangan Lorenzo. Pandangannya terayun antara tangan dan wajah pria itu. Ia ingin bertanya apa sebab luka Lorenzo, namun ia terlalu malas untuk membuka percakapan dan menunjukkan kepulidiannya. Sebalinya, ia fokus pada keadaan sekarang. Ella menatapnya curiga dan waswas. Pasalnya, setiap tindakan Lorenzo tidak terduga dan

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   43. Hancur, tapi Masih Bersama

    Seminggu telah berlalu untuk perawatan intensif Ella. Kesehatan Ella berangsur membaik, tubuhnya mulai pulih. Luka jahitannya telah mengering, dan ia sudah bisa bergerak tanpa khawatir lagi akan rasa sakit yang menyengat. Namun, hubungannya dengan Lorenzo tidak ada perkembangan. Semakin berantakan, tapi tidak dapat berpisah. Perang dingin di antara mereka terasa lebih menyakitkan dibanding dengan teriakan dan umpatan satu sama lain. Ella masih mempertahankan sikap acuhnya. Namun Lorenzo tidak lagi memaksa Ella untuk bicara padanya. Seolah menerima dan mengerti hukuman yang diberikan Ella padanya. Setidaknya ini jauh lebih baik daripada melihat Ella terluka lagi. Meskipun begitu Lorenzo tetap selalu ada di sana, tidak pernah menjauh walau hanya dinggap angin lalu oleh Ella. Setiap malam, ia menemani gadis itu. Mengamati wajah damainya saat sedang tertidur, mencium puncak kepala dengan penuh kelembuatan. Hanya di waktu gadis itu terlelap ia dapat merasa tenang dengan diamnya Ell

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   42. Bibirmu Milikku

    Di keadaan berbahaya seperti ini Ella tetap konsisten menolak untuk bicara dengan Lorenzo. Ia masih diam seribu bahasa. Hanya tatapannya yang berbiaca, menunjukkan ketakutan, tapi di saat yang sama ada perlawanan yang membuat kepalanya tetap mendongak menatap pria itu. Lorenzo menyeringai, ia bergerak cepat mengangkat tubuh Ella dengan kasar. Membuat jeritan keluar dari bibir Ella karena pergerakan tiba-tiba itu menciptakan protes kuat dari luka di tubuhnya. Secara refleks Ella mencengkram bahu Lorenzo. Pria itu melangkah cepat membawanya keluar dari ruangan Daren, meninggalkan kursi rodanya. Ia kembali memasuki kamar rawat inap Ella. Dengan kasar meletakkan tubuh Ella di pinggir ranjang. Kemudian mencondongkan tubuhnya. Satu tangannya bertumpu di sisi tubuhnya, sedangkan tangannya yang lain mencengkeram dagu Ella. Ibu jarinya mengusap bibir bawah Ella disertai tekanan. Ella masih mempertahankan kontak mata dengannya. Pikirannya sudah menduga hal-hal selanjutnya yang akan terja

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status