ch4. (revisi)

"Tuan, saya sudah menyelidiki semua nya. Dan yang terlihat nyonya tidak pernah bertemu dengan siapapun selama berada di rumah sakit."

"Laporan terakhir, nyonya kecelakaan dan koma untuk sebulan lama nya. Dan baru minggu kemaren beliau bangun dari koma nya."

"Apa dokter tidak mengatakan dugaan kalau nyonya lupa ingatan? Apalagi kecelakaan itu membuat kepala nyonya terbentur hingga menyebabkan koma."

Caleb terdiam dengan perkataan asisten nya yang benar adanya.

Dokter menghampiri nya dan mengatakan kalau Julia mengalami lupa ingatan akibat benturan itu. Namun ada yang salah dengan Julia. Kenapa wanita itu jadi wanita yang terkesan penakut, terkadang penurut tapi juga terkadang melawan? Apakah ia harus tertawa menghadapi hal lucu itu?

Mata Caleb yang tajam dan dalam menatap langit lorong rumah sakit. ia menerawang jauh ke dalam pikiran nya. Mencari kemungkinan - kemungkinan kecil yang bisa terjadi dengan perubahan sikap Julia. Lupa ingatan itu hilang memori bukan merubah sikap seseorang. Tapi tak mungkin juga Julia sedang berakting. Karena sikap nya begitu natural bahkan terlihat sedang tidak di buat - buat.

"Baiklah kau bisa pergi." jawab pria itu terlihat frustasi.

Di sisi lain Zoyya terlihat berusaha bangun dari tidur nya. Ia ingin pergi ke kamar mandi namun tidak ada yang membantu nya.

"Tak ada yang berbeda di sini, dan dalam novel nya Julia adalah pribadi yang memberontak. Ntah sudah berapa kali ia ingin kabur dari Caleb yang menjadi suami nya... Namun sejauh apapun Julia kabur, Caleb akan berhasil menangkap nya kembali. Dan percobaan kabur terakhir kali adalah sebulan yang lalu di mana Julia berakhir kecelakaan. Dan bagus nya ingatan ku soal novel setelah kecelakaan itu langsung hilang begitu saja." batin Zoyya terlihat begitu frustasi memikirkan nasib nya kedepan nya.

Zoyya seakan di paksa berfikir lebih jauh soal isi novel yang ia baca. Namun sial nya seperti sebuah debu yang di terbangkan angin dan langsung hilang entah kemana.

Sama halnya dengan ingatan nya soal isi novel itu. Zoyya seperti di buat lupa kalau ia pernah membaca novel itu. Ia hanya ingat saat karakter Julia kecelakaan dan berakhir koma, selebihnya nothing, kosong.

"Aku harus bagaimana?" tanya nya dengan suara teramat pelan.

"Mau kemana kamu?" suara Caleb mengagetkan Zoyya yang tengah menunduk sambil berpegangan di besi ranjang.

Kepala Zoyya mendongak, dan tatapan nya jatuh pada tatapan Caleb yang begitu dingin.

Seketika Zoyya menelan saliva nya susah payah. Genggaman tangan Zoyya di besi ranjang mengetat. "A---aku ingin ke kamar mandi!." ujar nya terbata-bata lalu segera menunduk kembali, enggan menatap wajah Caleb yang begitu menyeramkan bagi nya.

"Perlu bantuan hm?" tanya nya segera mendekat.

Pria itu berdiri di hadapan Zoyya, mencengkram dagu Zoyya agar menatap nya.

"Kenapa kamu jadi sering menunduk begitu hm? Aku jadi tak bisa melihat wajah cantik mu, sayang!" bibir nya begitu manis namun kata-kata nya begitu sarkas membuat Zoyya makin yakin kalau sebenarnya perlakuan Caleb pada Julia sedikit menyebalkan, ah ralat! Maksudnya sangat menyebalkan.

"Jika tak ada niat membantu ku, lebih baik kau menjauh dari jalan ku." desis nya menatap Caleb marah bercampur kesal.

Seketika Caleb mengangkat kedua tangan nya ke atas dan menjauh dengan senyum menyebalkan khas miliknya. "Upss! Sorry! Silahkan lewat tuan putri." ujar nya tersenyum dengan kedua tangan memberi jalan namun masih dengan senyuman nya yang menyebalkan terkesan mengejek.

"Sialan!" umpat nya hampir semacam bisikan.

"Kamu bilang apa tadi?" tanya Caleb sedikit mendekat karena tak mendengar ucapan Zoyya.

Zoyya hanya melirik kesal dan mengalihkan perhatian nya pada tubuh nya.

Sedangkan Caleb berdiri diam melihat gebrakan apa lagi yang akan Julia lakukan.

Ia dengan hati-hati turun dari bad hospital. Pelan dan pasti..... Bruk..... Namun naas, karena kaki nya yang masih terasa lemas. Akibat nya saat menyentuh ubin dingin itu, seketika ia terjatuh duduk.

"Ugghh sakit!" erang nya merasa sakit di area pantat nya dan juga telapak tangan nya.

Karena dua spot itu ia gunakan untuk menahan bobot tubuh nya agar tubuh nya tidak langsung terjatuh ke ubin.

Ia sebenarnya ingin tertawa tapi kalau ia tertawa bukan kah akan tidak seru? Julia yang sekarang semakin bisa menghibur nya dan Caleb tidak berniat memperlihatkan bahwa dirinya telah terhibur dengan tingkah baru Julia.

Ia mendekat dan berdiri tepat di hadapan Julia. "Kenapa kamu malah terduduk di lantai hm?"

Zoyya mendongak menatap wajah Caleb yang semakin menyebalkan di mata nya.

"Oh ataukah kamu kasihan dengan ubin itu yang akan kesakitan jika kamu menginjaknya, makanya kamu memilih ingin menyeret tubuh mu?" tanya nya sambil menahan tawa. Terlihat dari wajah nya yang begitu ingin tertawa. Dan hal itu semakin membuat Zoyya kesal.

Zoyya tak bisa berbuat apa-apa. Ia menatap sekitar berusaha menahan kekesalan sekaligus mencari alternative lain tanpa meminta bantuan pria di hadapan nya.

Mata nya terhenti, tertuju pada tongkat yang bisa membantu nya berjalan.

Dengan kekuatan penuh dia benar-benar menyeret tubuh nya menuju pada tongkat yang berdiri di samping nakas.

Caleb berdiri diam menatap penuh penasaran pada Zoyya yang begitu enggan meminta bantuan pada nya.

Padahal niat nya ia ingin Julia meminta bantuan pada nya. Namun sepertinya harapan nya harus di singkirkan dulu.

Ia harus melihat ini, karena semakin menarik bagi nya. Senyum nya bahkan tanpa sadar mengembang saat Zoyya mulai berusaha berdiri dengan bantuan kursi di dekat nya.

Setelah berhasil ia meraih tongkat itu dan menyelipkan nya di ketiak. Dan mulai berjalan perlahan.

Untung nya tongkat itu ada dua, dan tangan Zoyya tak selemas kaki nya. Jadi dia bisa menahan dan mengerakkan tongkat itu.

Sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu kamar mandi. Tatapan tajam Zoyya layangkan pada Caleb yang berdiri diam menatap nya.

"Jika tidak bisa membantu apa-apa, kirimkan saja pelayan mu itu. Kurasa mereka lebih berguna daripada seseorang yang hanya diam saja seperti manekin." ujar nya sinis lantas menutup rapat pintu itu. Meninggalkan reaksi Caleb yang tertawa puas di keheningan ruangan dingin itu.

"Hahahaha. Benar-benar menghibur!" ujar nya semakin tertarik pada perubahan Julia