Mila hanya menengok sebentar kemudian hendak ke kamar lagi. Tetapi tiba-tiba Hana memanggil. "Kakak madu, aku ingin makan tahu isi deh. Tolong belikan atau buatkan untukku, ya?" pintanya. Baru saja Mila hendak beristirahat ada lagi yang diminta oleh Hana.Bu Retno yang mendengar itu pun ikut angkat bicara. "Kamu dengar nggak sih? Hana mau tahu isi. Kalau kamu nggak mau buat kamu cari sana!" Adam baru saja keluar dari kamar mandi. "Ada apa ini?""Anak kita mau tahu isi, Mas. Aku mau Mbak Mila yang buat tapi sepertinya dia nggak mau deh," jawab Hana dengan merengek pada Adam. "Ya sudah biar aku saja yang mencari tahu isi untuk kamu," sahut Adam.Hana menggelengkan kepalanya. "Nggak mau, aku mau Mbak Mila saja yang mencarikan, Mas. Karena anak kita maunya begitu," lanjut Hana."Oke, biar aku yang antar Mila," balas Adam kemudian hendak menghampiri Mila. Tetapi dicegah oleh Hana dengan menarik tangan Adam. "Aku nggak mau jauh dari kamu, Mas. Biarlah minta tolong sama Mbak Mila itu yang
Hana kemudian membuang ke tempat sampah di hadapan Mila. "Kakak madu, aku mau kamu masak yang baru, ya! Aku merasa mual makan ini," perintah nya. Belum juga Mila selesai makan bahkan peluh saat memasak pun belum hilang sudah ingin meminta memasak lagi.Mila pun bangkit. "Maaf ya, Hana. Aku sudah mencoba memberikan yang terbaik. Kalau memang nggak sesuai dengan lidah mu kenapa nggak kamu masak sendiri sesuai dengan keinginan kamu," semburnya. Bu Retno tak terima dengan perkataan Mila dan langsung memukul pipi Mila sampai Mila kesakitan. "Dasar wanita mandul. Kamu itu harusnya bersyukur ada perempuan yang mau sama suami kamu. Bagus kamu tak diceraikan sama anak saya. Kamu malah kurang ajar sama Hana."Adam menghampiri Mila. Tak tega sebenarnya ibunya memukul Mila. Padahal selama ini ia juga tak pernah memukul Mila. "Ibu, sudahlah. Kasihan Mila. Hana, sekarang kita makan di luar saja!" ajaknya kemudian meraih tangan Hana. Hana melambaikan tangan pada Mila dengan senyum licik.Mila kemud
"Tidak, Bang. Aku menunggu saja di sini," jawab Mila kemudian memalingkan wajahnya."Mila, kamu tahu Abang ini tak tega jika kamu terlihat seperti ini. Abang sengaja mengajak kamu agar kamu tak kesepian," ucap Adam.Mila hanya berdehem. "Ayo lah! Pilih apa yang kamu inginkan, Mila! Atau Abang yang pilihkan untuk kamu?" tanya Adam."Terserah Abang saja!" jawab Mila.Saat Adam baru saja bangkit dan hendak memilih baju untuk Mila, Hana sudah memanggil Adam. "Mas, aku sudah lapar. Yuk kita makan! Oh ya, kakak madu tolong bawakan barang belanjaan ku, ya? Kan nggak mungkin aku bawa berat," pintanya dengan manja lalu menyodorkan beberapa tas belanjaan kepada Mila."Tapi aku mau pilihkan baju untuk Mila dulu," tolak Adam. Hana cemberut mendengar itu dari Adam. "Mbak Mila nggak mau baju kok. Ya kan Mbak Mila?" Mila hanya mengangguk. "Tuh kan Mbak Mila aja nggak mau kok kamu yang maksa sih. Sudahlah ayo kita makan! Kasihan kan anak kamu kalau lapar," kelakar Hana kemudian menarik tangan Ada
Sementara itu di rumah Adam sedang mengerjakan tugas. Hana dan Bu Retno berbincang di teras rumah."Bu, kemana ya kira-kira perginya Mila?" tanya Hana sembari menikmati makanan ringan."Nggak tahu. Bagus kalau nggak usah pulang sekalian," dengus Bu Retno.Hana tersenyum miring. "Eh, jangan dulu, Bu! Kalau Mila pergi siapa yang akan memasak buat kita. Ngomong-ngomong Ibu akan tinggal di sini terus atau mau pulang kapan?""Memang kamu nggak suka kalau Ibu di sini? Kalau di rumah juga Ibu sendirian. Kakaknya Adam kan di luar kota. Kalau di sini kan ada kamu, Ibu ada temannya," sahut Bu Retno. "Tapi benar juga sih kamu kalau Mila pergi siapa yang akan masak dan jadi babu di rumah ini, ya? Hahaha." Ia pun terkekeh.Hana hanya tersenyum. Ia juga melihat ibu mertuanya dengan senyum tipis karena memang ada yang tidak diketahui oleh ibu mertuanya itu. Yang paling penting saat ini ia bisa hidup enak di sana. Apalagi Adam juga sudah mulai mencintai nya itu sudah lebih dari cukup.*Sore harinya,
"Banyak bac*t memang kamu. Sekarang Hana sedang lapar. Buatlah mi instan untuknya," ucap Bu Retno.Mila melirik ke kanan dan ke kiri tetapi tak ada Adam. Kemana dia? "Malah bengong. Cepat!" sentak Hana.Mila menghela napas. "Iya, tunggu sebentar!" sahut nya. Hana pun segera menikmati mi instan buatan Mila. Seharusnya Ibu hamil memang harus lebih bisa menjaga nutrisi untuk calon bayinya. Mungkin saja sesekali. Tetapi Hana sering makan mi instan. Tetapi Mila malas saja menasehati. Baginya percuma saja.Mila harus melanjutkan apa yang ia lakukan. Ia pun harus segera ke kamar. Tetapi baru saja beranjak dari dapur, tangan Mila sudah dicegah oleh Bu Retno. "Mau kemana kamu? Siapa yang akan mencuci piring itu malam ini?" dengus nya."Mencuci piring bukankah hal yang mudah, Bu? Aku juga telah mencuci semua peralatan memasak mi ini tadi," sahut Mila yang membuat Bu Retno naik pitam. "Kamu banyak alasan, Mila," Ia pun mengguyurkan air dingin di wastafel dari ujung kepala Mila.Mila pun sangat
Setelah urusan di pengadilan selesai, berkas yang diminta juga telah diserahkan. Mila hendak makan. Rasa lapar di perutnya sudah tak tertahan lagi. Apalagi sejak pagi ia juga belum makan. Mila masih memiliki tabungan untuk sementara ini dari uang yang diberikan Adam selama ini. Mila masih memikirkan nasibnya yang setelah ini akan menjadi janda. Tetapi seperti nya itu lebih baik daripada memiliki suami yang sudah beristri lagi dan keluarga dari suaminya juga jahat. Mila hanya berfikir untuk melanjutkan rencananya. Tak sengaja ia menabrak seseorang saat hendak keluar dari pengadilan. Apalagi saat ini ia juga membawa sebuah koper berukuran cukup besar. "Maaf," ucap Mila.Sementara itu di rumah Adam. Adam baru saja berangkat bekerja. Hana dan Bu Retno bersorak gembira karena kini mereka lah yang menjadi penghuni di rumah tersebut."Hahaha. Akhirnya perempuan mandul itu pergi sendiri tanpa diusir," Bu Retno pun terbahak karena merasa dirinya sudah menang."Benar sekali, Bu. Kalau begini
Tak berselang lama, Adam pun sampai di rumah orang tua Mila. Ia sudah bisa menduga jika Mila akan pulang ke rumah itu. Setelah mengetuk pintu beberapa kali, akhirnya ibunya Mila pun membuka pintu dan terkejut dengan kedatangan Adam."Loh, Adam. Kamu datang sendiri? Mana Mila?" tanya Bu Yuni, ibunya Mila.Adam tak kalah terkejut. Kenapa ibunya Mila justru bertanya balik. Apa itu artinya Mila tak pulang ke rumah? "Kok diam saja? Mila mana?" tanya Bu Yuni.Adam sadar dari lamunannya. "Oh, maaf, Bu. justru saya ke sini karena sedang mencari Mila," jawabnya.Bu Yuni pun mengajak Adam masuk untuk berbincang di dalam. Saat itu juga Pak Seno ayahnya Mila juga menghampiri ke ruang tamu."Mila kemana? Kok tumben kamu ke sini sendiri?" tanya Pak Seno."Maafkan saya, Pak, Bu! Mila pergi dari rumah. Dan saya juga sedang mencari kemana Mila pergi. Saya kira Mila pergi ke rumah ini," jawab Adam seraya menunduk."Kamu itu bagaimana sebagai seorang suami? Kamu harusnya bisa menjaga Mila. Bukan malah
"Ibu, Bapak," ucap Adam ketika berhadapan dengan orang tua Mila. Ketika tangannya mengajak bersalaman pun ditepis oleh ayahnya Mila."Nggak sudi saya bersalaman dengan kamu, Adam. Lelaki yang tega sekali menyakiti hati anak perempuan saya. Dan yang makin membuat saya kecewa ibumu telah menyakiti Mila, begitu juga dengan istri barumu. Lebih baik kamu pergi dari kehidupan Mila!" ucap Pak Seno.Adam kembali meneteskan air mata. Ia sebenarnya masih benar-benar cinta pada Mila. Tetapi keadaan nya sudah berbeda. Bahkan kini Mila seperti tak lagi menginginkan Adam dalam hidupnya. "Oke, Mila. Aku akan ikuti permintaan kamu untuk segera mengosongkan rumah kita. Besok kamu bisa membawa orang yang akan membeli rumah kita itu," ucapnya pasrah. Tak ada lagi harapan untuk tetap bisa bersama dengan Mila.Keesokan harinya, Mila mendatangi rumahnya yang bersama itu dengan calon pembeli rumah bersama juga ia membawa notaris agar membantu mempercepat proses jual beli. Baru saja ia menginjakkan rumah di