Share

Terjebak Perjanjian Pranikah
Terjebak Perjanjian Pranikah
Penulis: Akina

Pernikahan Adam

"Mila, ini sudah lima tahun usia pernikahan kalian. Sesuai janji pranikah kalau kamu belum bisa hamil juga sampai lima tahun pernikahan artinya kamu harus mau dan rela jika Adam menikah lagi. Ingat kan kamu sama perjanjian itu?" pertanyaan dari Ibu Retno, ibu dari Adam sebagai mertua dari Mila.

Mila adalah istri Adam. Tetapi sebelum menikah sebenarnya keluarga Adam tidak setuju. Karena Mila bukanlah perempuan yang disukai oleh keluarga Adam. Tetapi Adam kekeuh untuk menikahi Mila karena cinta. Oleh karena itu, keluarga Adam dalam hal ini adalah Bu Retno menginginkan untuk melakukan penandatanganan perjanjian pra nikah. Salah satunya adalah jika sampai usia pernikahan lima tahun Mila belum juga hamil, maka harus siap jika Adam harus menikah dengan wanita pilihan keluarga nya.

Selama ini Mila dan Adam memang memilih untuk tinggal di rumah sendiri. Tidak campur dengan keluarga. Entah dari keluarga Adam maupun dari keluarga Mila.

Hari ini Bu Retno datang untuk menagih janji. Karena sudah usia lima tahun pernikahan Adam dan juga Mila, tetapi Mila masih belum juga hamil.

"Ibu datang kok nggak bilang? Kan bisa Adam jemput," tanya Adam yang kebetulan tahu ibunya datang sendiri.

"Tidak perlu basa basi. Mila, kamu dengar atau tidak saya bicara? Kamu juga masih menyimpan perjanjian itu, kan? Atau kamu lupa kalau sudah tanda tangan? Asik dengan aktivitas mu yang tidak jelas,'' cibir Bu Retno.

"Maaf, Bu. Saya ingat kok. Saya tidak lupa. Yah, saya siap dengan itu," sahut Mila.

"Bagus lah. Adam, minggu depan siapkan dirimu! Karena kamu harus menikah dengan Hana. Kamu tidak perlu sibuk apapun! Karena ibu sendiri yang akan menyiapkan itu semua. Kamu hanya perlu menyiapkan mahar saja. Nanti kamu tanyakan Hana dia mau mahar apa!" titah Bu Retno.

"Tetapi, Bu. Itu akan menyakiti perasaan Mila. Aku tidak mau," sahut Adam.

"Diam! Ibu sudah harus bersabar selama lima tahun. Itu sudah pasti kalau Mila mandul. Kamu masih saja bertahan sama wanita mandul. Kamu itu harus punya keturunan!" sergah Bu Retno.

Mila hanya bisa menelan saliva. Selama lima tahun ini rumah tangga nya bersama Adam baik-baik saja. Namun, hari ini ibu mertuanya datang untuk menagih janji. Sejujurnya itu adalah hal yang paling menyakitkan. Dia harus rela dimadu.

Adam adalah seorang manajer yang gajinya 10 juta per bulan. Bagi mereka belum memiliki anak mungkin masih belum diizinkan oleh Tuhan. Berkali-kali juga Mila memeriksakan diri dan dinyatakan dirinya sehat semuanya. Tidak ada masalah. Tetapi entah masalah waktu.

Namun, kenyataannya menunggu sampai lima tahun akhirnya belum juga mendapatkan kabar baik itu. Mila adalah ibu rumah tangga. Sebenarnya dia seorang guru. Tetapi setelah menikah, Adam menginginkan agar Mila berada di rumah saja. Lagipula gaji dari Adam juga lebih dari cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar juga uang yang didapatkan Adam diberikan kepada Mila.

Aktivitas Mila setiap hari di rumah. Kadang-kadang saja ikut kegiatan di luar saat akhir pekan. Tetapi lebih banyak waktunya di rumah mengurus suami dan rumah.

*

Satu minggu kemudian hari dimana Adam akan menikah dengan perempuan pilihan ibunya, yaitu Hana. Berat hati dirasakan Mila, karena hari ini dia harus mengantarkan suaminya menikah dengan perempuan lain.

Dalam hatinya agar nantinya bisa kuat menjalani cobaan ini. Dan besar harapan agar nantinya mereka tidak satu atap.

Mila ikut membawa seserahan untuk diberikan kepada Hana, calon madunya. Tadinya sebelum berangkat dia mencoba kuat. Tetapi sesampainya di depan rumah ber cat putih dan memiliki dua lantai hatinya bergemuruh. Seakan ingin menolak jika suaminya akan menikah lagi.

Tentu kasih sayang Adam akan terpecah. Padahal selama ini hanya Mila lah yang mendapatkan curahan kasih sayang Adam. Dia datang bersama keluarga besar Adam. Dia berada di barisan paling akhir karena masih enggan untuk masuk.

"Mila, ngapain kamu masih di situ! Kamu harus masuk agar nanti ketika ditanya apakah istri pertama mengizinkan kamu bisa menjawab iya. Dengar kamu?" paksa Bu Retno.

Mila menelan saliva. Bagaimana tidak dia harus menerima kenyataan harus siap dimadu. Perempuan mana yang rela untuk dimadu. Tidak ada. Begitu juga dengan Mila.

Masuk ke dalam rumah Hana, Mila melihat sudah ada dekorasi untuk sebuah pernikahan. Seperti yang dikatakan ibu mertuanya jika pernikahan yang dilakukan cukup sederhana. Padahal Hana adalah anak tunggal. Kenapa tidak dirayakan saja? Begitu batin Mila.

Tetapi dia tidak mau berpikir terlalu jauh. Hatinya saja rapuh. Kenapa masih memikirkan itu. Berkali-kali dia menghela napas panjang agar air matanya tidak luruh.

Berat, sakit itu yang Mila rasakan saat melihat suami yang dicintainya bersanding dengan perempuan lain.

Penghulu juga sudah bersiap untuk menikahkan pasangan berdua. Wanita yang bernama Hana sudah berada di samping Adam dengan mengenakan gaun berwarna putih. Wajahnya juga dipoles make up natural dan memperlihatkan sisi natural.

"Saudara Adam, apakah benar ini adalah pernikahan kedua Anda?" tanya penghulu.

"Benar, Pak,'' jawab Adam.

"Mana istri pertama Anda?''

Mila pun ditarik tangannya oleh Bu Retno agar mendekat ke penghulu.

''Saya, Pak," ucap Mila. Bibirnya bergetar.

''Apakah Anda sudah mengizinkan suami Anda menikah lagi? Apakah Anda ikhlas?'' Tanya penghulu.

Mila mengangguk. ''Iya, Pak," jawaban itu berat tetapi tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Dia menahan air matanya yang sudah sangat tak bisa terbendung.

Setelah ijab kabul selesai dan para saksi mengatakan sah, air mata Mila tumpah. Dia berlari ke luar rumah Hana agar tidak terlihat menangis. Apalagi saat ini tak ada yang berada di pihaknya. Dia keluar untuk menumpahkan semua sesak yang dari tadi menyiksa dirinya. Lebih baik dia pulang dari pada di sana membuat dirinya semakin sesak.

Sementara itu di dalam rumah Hana, pipi Hana mengembang. Tanda begitu bahagia nya akhirnya dia bisa menikah dengan laki-laki yang sudah sangat lama ditunggu.

Hana mencium punggung tangan Adam. Lalu Bu Retno memerintahkan untuk mengecup kening Hana.

"Selamat ya, Hana. Akhirnya kalian menikah juga. Setelah ini ibu berharap kalian akan bisa segera diberikan momongan. Tidak seperti Mila," ucap Bu Retno.

"Tentu, Tante. Aku kan subur. Jadi aku bisa memberikan cucu kepada tante,'' sahut Hana.

"Kok manggilnya masih tante sih, ibu lah! Kan sudah jadi menantu ibu," tutur Bu Retno.

"Bu, mana Mila?" tanya Adam.

Bu Retno melirik. ''Mana ibu tahu. Dia tadi kan ada di situ. Pulang mungkin, ibu juga nggak peduli. Kamu juga, sudah ada Hana kok masih memikirkan wanita mandul itu."

Adam meninggalkan ibunya bersama dengan istri barunya. Dia hendak mencari Mila, rasa bersalah karena sudah menikah lagi itu ada di hati Adam. Dia menyadari hal itu akan sangat melukai perasaan Mila. Padahal selama ini hanya ada Mila di hati Adam. Namun, setelah pernikahan ini tentu Adam harus membagi perasaan nya kepada Hana juga.

Sementara itu di dalam rumah Hana, Hana saat ini menjadi wanita yang paling bahagia. Karena di bisa menikah dengan laki-laki yang selama ini dicintai.

"Hana, kamu tenang saja! Kamu harus bisa merayu Adam agar bisa luluh sama kamu. Yang paling penting kamu harus memberikan keturunan kepada Adam. Agar Mila perlahan bisa tersingkir," ucap Bu Retno. Dengan senyum miring tercetak di wajahnya.

"Tenang saja, Bu. Aku pasti bisa mengambil hati Mas Adam. Apalagi nanti aku mau mengumbar kemesraan di hadapan Mila. Lama-lama aku yakin Mila akan pergi dan aku menjadi satu-satunya istri Mas Adam,'' jawab Hana.

Dua wanita licik itu sedang tersenyum bahagia. Tidak peduli dengan perasaan Mila saat ini.

Sedangkan Adam sudah mencari ke beberapa sudut rumah Hana, tetapi tidak juga menemukan Mila. Dia meraih ponselnya untuk menghubungi Mila. Beberapa kali sudah melakukan panggilan tetapi tidak juga diangkat oleh Mila.

"Ayo Mila angkat. Maafkan Abang!" gumam Adam.

Hana kemudian menghampiri Adam di luar. "Mas, kok di luar saja sih? Nanti kamu ajak aku pulang ke rumah kamu, ya?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status