Share

Ketahuan

"Maksud kamu pulang ke rumah ku? Kenapa tidak kamu tinggal di rumah kamu saja?" tanya Adam.

"Kan aku sudah jadi istri kamu. Mana bisa kita tinggal terpisah," jawab Hana.

"Iya, benar itu Adam. Masa iya Hana tinggal di sini dan kamu di rumah bersama dengan Mila. Nanti Hana pasti kesepian di sini sendiri," sahut Bu Retno.

"Tapi kan di rumah ada Mila, Bu. Mana bisa aku menyatukan mereka di dalam satu rumah," balas Adam.

''Mas jangan bedakan aku sama Mbak Mila dong! Kan sekarang kita sudah sah sebagai suami istri,'' rengek Hana.

Bagi Adam tak ada pilihan lain. Dia tetap akan membawa Hana ke rumah bersama dengan Mila.

Setelah acara selesai, Hana juga sudah bersiap untuk ke rumah Adam. Hana masih mengenakan pakaian pernikahannya. Bu Retno juga turut bersama Adam dan Hana. Dia ingin memastikan jika menantu barunya bisa mendapatkan tempat terbaik di rumah Adam.

Sesampainya di rumah, Adam membuka pintu. Pertama dia mencari Mila. Adam menemukan Mila di dalam kamarnya. "Mila, kamu tadi pulang duluan?" tanyanya.

Mila yang masih merasa sedih menoleh. Terlihat wajahnya begitu sedih dan matanya juga sembab.

"Iya, maafkan aku, Bang. Tidak bisa menunggu sampai acara selesai,'' jawab Mila.

"Maafkan Abang ya, Mila! Abang tidak bisa membela kamu," ucap Adam kemudian menghampiri Mila yang duduk di tepi ranjang. Lalu mengusap rambut Mila.

"Bukan salah Abang. Kan ini semua sudah tertulis di perjanjian pra nikah itu. Jadi tidak ada yang perlu disesalkan. Selamat untuk Abang sudah menikah lagi," sahut Mila. Berat sebenarnya mengucapkan itu. Namun, Mila mencoba untuk kuat. Mengetahui dan meyakinkan diri bahwa dia adalah istri pertama.

"Eh, eh, eh. Ngapain kalian berduaan di kamar. Sudah tahu ada Hana di sini. Malah kalian bermesraan di sini. Adam, ajak Hana ke kamar! Ditunggu lama malah berduaan di sini," Bu Retno tiba-tiba masuk ke dalam kamar Adam dan juga Mila.

"Tapi, Bu. Aku sepertinya mau di kamar ini. Ini kan kamarnya besar. Kamar yang lain terlihat lebih kecil," rengek Hana.

"Tidak. Ini kamarku dengan Mila. Kamu bisa tidur di kamar yang lain," sahut Adam.

"Tenang, Hana! Kalau kamu hamil kamu bisa menempati kamar ini. Kan butuh kamar yang lebih luas kalau hamil apalagi punya anak,'' tutur Bu Retno mencoba memberikan jalan lain.

Mila menghela napas. Ternyata madunya akan tinggal serumah dengannya. Belum bisa dia bayangkan akan tinggal serumah dengan madunya. Dia mengira bahwa mereka akan tinggal terpisah.

"Ibu dan Hana silakan keluar! Aku ada yang perlu dibicarakan dengan Mila," usir Adam kemudian menutup kembali pintunya.

"Sabar, Hana! Nanti kamu akan mendapatkan banyak waktu bersama dengan Adam," teriak Bu Retno.

''Maafkan Abang, Mila! Karena ternyata Hana diminta untuk tinggal di sini bersama kita. Abang tidak bisa menolak," tutur Adam.

Mila sebetulnya geram. Suaminya tidak bisa tegas. Hanya menurut apa katanya ibunya. "Ya sudah lah, Bang. Mau bagaimana lagi. Toh juga Hana sudah ada di sini."

"Kamu jangan sedih! Abang akan lebih banyak waktu sama kamu. Kita masih punya waktu bersamaan," sahut Adam. "Sekarang Abang mau keluar dulu. Kamu di kamar saja tidak apa-apa 'kan?"

Mila hanya berdehem. Melihat suaminya keluar untuk menemui istri barunya dan juga ibunya.

"Adam, kamu janji kan kalau Hana hamil akan menempati kamar utama itu?" tanya Bu Retno.

"Tapi, Bu. Itu kamar Mila. Ibu kenapa masih ikut saja dengan rumah tangga ku. Kasihan dia," tolak Adam.

"Ibu nggak mau tahu. Pokoknya kalau Hana hamil, Hana yang akan tinggal di kamar itu. Dengar kamu? Hana kalau kamu hamil segera ambil kamar utama, ya!" ucap Bu Retno.

"Iya, Mas. Pokoknya kalau aku hamil aku akan ambil kamar itu, ya? Aku sudah cukup mengalah nih mau menunggu sampai aku hamil. Tetapi aku yakin nggak lama lagi aku akan hamil. Kan aku subur," sahut Hana lalu merangkul Adam. Bersikap manja.

"Jangan seperti itu! Mila bisa melihat," tolak Adam.

"Kenapa memang kalau melihat? Kan dia juga sudah tahu kalau aku sudah menikah sama kamu. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan! Mas, ayo ke kamar aku capek," ajak Mila.

Adam kemudian ke kamar yang berhadapan dengan kamar utama.

Sementara itu, Bu Retno menuju kamar Mila.

''Hey, kamu. Ada Hana dan saya malah kamu berdiam diri di kamar. Harusnya kamu menyiapkan makanan untuk kami! Enak banget kamu jadi sok pemilik rumah di sini. Ini kan rumah anak saya. Dia sedang menikmati waktu berdua dengan istrinya. Jadi kamu yang siapkan makan, cepat!" bentak Bu Retno.

Mila bangkit. "Iya, Bu." Dia langsung ke dapur untuk melihat persediaan bahan makanan yang ada. Sebelumnya Mila juga sudah menyiapkan bahan makanan agar sewaktu-waktu membutuhkan bisa langsung memasak.

Melihat kamar depan Mila ditutup perasaan cemburu di hati Mila begitu tajam. Tidak pernah sekali pun Mila melihat suaminya bersama dengan perempuan lain. Namun, hari ini dia harus menerima kenyataan. Kalau mulai hari ini dan seterusnya dia akan melihat pemandangan itu.

Mila kemudian mulai memasak. Dia memang hanya memasak sedikit. Karena dia mengira kalau hari ini Adam bersama dengan Hana akan tinggal di rumah Hana. Sehingga dia perlu memasak lagi untuk kebutuhan empat orang.

Cukup lama Mila memasak karena dia juga kurang fokus. Beberapa kali dia menengok ke kamar seberang apakah Adam sudah keluar atau belum. Tetapi dari tadi Adam belum juga keluar dari kamar tersebut.

"Hey, kamu kenapa melamun saja? Kenapa? Kamu nggak terima kalau Adam menikah lagi? Makanya kamu itu hamil. Kalau kamu hamil kan kaku tidak perlu melihat suami kamu bersama dengan perempuan lain di kamar. Tetapi tidak ada yang salah kalau mereka sedang membuat cucu untuk saya. Kan kamu mandul jadi untuk apa kamu cemburu," cibir Bu Retno.

"Maaf, Bu. Selama ini saya sudah periksa ke dokter. Dan dokter menyatakan saya sehat. Hanya saja masalah waktu. Mungkin Tuhan belum mengizinkan saya untuk hamil. Jadi ibu jangan katakan saya mandul!" Sahut Mila. Dia merasa tersinggung dengan cap mandul yang diberikan oleh mertuanya.

"Lalu apa namanya kalau tidak mandul? Sudah jelas lima tahun menikah kamu tidak bisa memberikan keturunan. Masih saja kamu ngeyel kalau kamu tidak mandul. Saya tidak habis pikir. Sudah, cepetan masak! Saya sudah lapar. Tentu menantu saya juga sudah lapar," balas Bu Retno lalu pergi meninggalkan Mila.

Mila hanya bisa bersabar sambil meneruskan memasaknya.

Sementara di dalam kamar Adam dan Hana. Hana masih terus memeluk suaminya berharap agar Adam bisa segera luluh kepadanya.

"Mas, bantu aku melepaskan pakaian ini dong! Kan susah resleting belakang,'' pinta Hana.

"Iya, tapi lepaskan tanganmu dari diriku! Mana bisa aku membantu kamu melepaskan pakaian mu," sahut Adam.

Hana kemudian menguraikan tangannya dan membelakangi Adam untuk melepaskan gaun yang dipakai Hana. Setelah resleting dilepaskan Hana melepaskan gaunnya dan hanya ada penutup buah dada dan juga daerah sensitif nya saja.

Melihat pemandangan itu membuat jantung Adam berdegup kencang. Belum pernah dia melihat selain milik Mila.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status