“Lihat itu! Dia bawaan orang dalam katanya!” Dengkusan mengejek dan merendahkan pun terdengar samar di sekitar lokasi syuting. “Ha! Cantik sih! Cuma berasa banget kampungannya nggak sih?”“Kudengar dia memang butuh duit.” Sebuah kontradiksi pun terpampang di hadapan mereka, melahirkan sebuah kesimpulan negatif. “Tapi gaunnya bagus banget nggak sih?”“Gaun yang kemarin ada di manekin Madam Vega.”“Sudah pasti! Sugar Daddy!”Adelia yang sudah tidak tahan mendengar semua itu pun segera beranjak menuju kamar mandi untuk menyendiri. Ia tahu dunia yang dipilihnya bukanlah tempat indah yang menyenangkan. Tetap saja, rasanya menyakitkan mendengar semua omongan orang. ‘Memangnya salah kalau aku jadi artis buat cari uang? Apa salah orang miskin sepertiku punya kesempatan seperti ini?’Air mata mulai membasahi wajahnya. ‘Aduh! Wajahku sudah di make-up!’Panik, ia berusaha membersihkan wajahnya dengan saputangan. Namun, yang dilakukan malah membuat riasannya tersapu hilang. ‘Ah! Matilah aku!’
“Eh, bukannya itu mobil CEO kita?!” seru salah satu artis dengan wajah berbinar. Suasana syuting di sebuah area perumahan yang awalnya kondusif berubah ricuh karena kedatangan Bintang ke lokasi. CEO kesayangan para artis wanita itu memamerkan senyum menawannya ketika turun dari mobil. “Kyaaa! Pak Bintang!”Produser pun segera mendatangi Bintang dengan wajah sumringah. “Selamat siang, Pak Bintang! Bagaimana, Pak?”Sangat jarang bagi CEO itu untuk berkunjung ke lokasi syuting di awal-awal episode. Biasanya, bahkan ia tak pernah datang dan mengutus salah satu sekretarisnya saja. Jadi, produser sedikit takut kalau-kalau kedatangannya karena ketidakpuasan.“Ah … aku hanya mampir saja, Pak. Silakan syuting seperti biasa.”Wajah produser pun berubah cerah. Ia segera kembali ke posisinya dan melanjutkan syuting. Tak melihat Adelia di tempat syuting, Bintang cukup terkejut karena merasa kecewa. “Rara, apa jadwal mereka hari ini?”Tiara segera membuka email untuk mencari laporan soal variet
Ruang tamu sudah ramai dengan celotehan para anggota variety show karena kedatangan Bintang yang terasa mewarnai rumah syuting itu. Pembawa acara pun mulai memanggil mereka yang sudah siap menyajikan makanannya. “Nona Fleur! Makanan anda terlihat enak! Warna nasinya tidak terlihat mengkilat! Tidak seperti nasi goreng kebanyakan. Bagaimana bisa?” tanya pria berambut ikal yang ditunjuk menjadi host acara. Dengan wajah bangganya Fleur menyibakkan rambut dan berkata, “Saya mencampur nasinya dulu dengan telur! Itu akan melapisi nasinya sehingga tidak terlihat mengkilap. Dan juga, nasi jadi tidak saling menempel!”Semua bertepuk tangan. Walau banyak orang sudah tahu, tapi karena Fleur terlihat bangga, tidak ada yang berani mencelanya. “Kalau begitu langsung saja kita minta tamu spesial kita yang mencicipi masakan hari ini! CEO RAFTEN! Bintang Adinata!”Begitu Bintang masuk ke dalam area kamera, semua komentar yang masuk melalui pesan dimunculkan di bagian bawah tayangan. Kebanyakan tid
“Bos, mau sampai kapan sembunyi?” tanya Black yang tiba-tiba berdiri di samping Bintang. Anak pertama mantan CEO RAFTEN itu tengah bersembunyi dari para bodyguard sang ayah yang harus membawanya kembali ke rumah. Namun, Bintang merasa tidak sedang dalam kondisi bisa menerima semua celotehan orang tua dan adiknya saat ini. Ia meminta Black untuk menutupi jejaknya. “Sampai mereka pergi lah! Aku nggak berniat tertangkap hari ini,” keluh Bintang. “Mood-ku kacau.”Black melirik ke bawah, di mana Bintang sembarangan duduk di tanah, dekat tempat pembuangan sampah. Ia memang memilih mengabdi pada rumah Adinata setelah insiden terakhir saat Raffael hampir terbunuh karena kecelakaan lalu lintas. Namun, ia tak menyangka akan lanjut bekerja di bawah anak laki-laki Raffael. Dan dirinya yang selalu berusaha menolong Bintang dalam segala hal, membuatnya kesal sendiri. Ia mengirim pesan pada Chang dan Regan untuk tidak mencari Bintang sementara waktu. Juga menyuruh mereka mencari alasan sendiri
“Tentu!”Bintang menatap punggung Adelia yang beranjak dari sofa kecilnya menuju dapur. Tentu saja pertemuan mereka di dekat gang sama sekali tidak ada dalam rencana Bintang. Namun, dirinya yang melipir ke area itu adalah sebuah kesengajaan. Ia meminta Black untuk menghilang ke area di mana rumah Adelia berada. ‘Nggak nyangka malah ketemu seperti nggak sengaja. Kalau begini, aku kan aman,’ pikir Bintang lega. ‘Kami nggak sengaja ketemu. Lalu aku kelaparan dan makan dirumahnya. Daerah ini juga tidak akan dijangkau oleh para wartawan.’Tak lama, aroma masakan mulai tercium. Bintang tahu benar, wanita seperti Fleur tidak akan bisa memasak dan yang memasak di acara variety show tadi adalah Adelia. Hanya saja, lagi-lagi ia tak punya bukti atas intuisinya tersebut.“Maaf, Pak. Saya tadi cuma mau masak sedikit, jadi cuma ada ini.” Adelia meletakkan satu mangkok sedang berisi sapo tahu dan sepiring penuh ayam goreng. Jelas sekali si pemilik rumah menggoreng semua persediaan ayam yang ia p
“Tahan yang nganter, Auntie!” perintah Bintang sambil bergegas bangkit dan mendekati sang sekretaris.Raffael dan Manda hanya bisa tergagap tanpa suara melihat kelakuan putranya.“Nasi gorengnya siapa pula yang bikin dia blingsatan begini, Hon?” Raffael bertanya-tanya. “Mungkin dia kena jampi-jampi.”Manda hanya bisa menggelengkan kepala. ‘Susah emang orang ganteng masalahnya kelainan jiwa begini.’Penasaran dengan siapa yang mengirim makanan itu, Manda segera keluar dari ruangan untuk mencari tahu. Sayangnya, ia malah bertemu dengan Bintang yang tengah kecewa.“Kenapa, Nak?
“Apa yang Anda lakukan pada Nona Gloria, Pak Bintang?” Tiara sudah berdiri di belakang Bintang untuk mencatat evaluasi dari pertemuan itu. “Dia pergi dengan wajah yang tak bisa saya baca.”Bintang mendengus geli. “Memangnya kau cenayang yang bisa baca muka orang, Auntie? Yang penting dia nggak kelihatan marah, kan?”Tiara terdiam sesaat sebelum menganggukkan kepala. Mengiyakan pertanyaannya yang terakhir. “Kalau saya bilang wajahnya terlihat puas, tapi ada sedikit kecewanya. Saya nggak paham, Pak.”Bintang tertawa kecil. “Tunggu saja email dari sekretarisnya.”Tak bisa mengorek lebih jauh lagi, Tiara pun berhenti bertanya. Terlebih, karena kandidat kedua sudah terlihat memasuki pintu restoran. “Kalau begitu, saya permisi, Pak.”Pamitnya Tiara membuat Bintang langsung menatap pintu masuk. “Ah … aku merasa seperti barang jualan. Gila!”“Apa kau—”“Bintang Adinata.” Bintang berdiri dan menyodorkan tangannya. “Kau pasti Rania? Abimanu?” Wajah perempuan yang sarat make-up itu bersemu se
‘Ha? Nunggu aku? Apa aku nggak boleh kerja saat sedang membintangi acara ya?’ batin Adelia panik. Ia tak salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. “Saya antar pulang?” tanya Bintang menawarkan diri. Melihat Adelia tak kunjung menjawab, ia menambahkan, “Sepertinya kurang enak kalau bicara di sini. Kamu bakal ditanya-tanya oleh rekan kerjamu nanti.”“Ah! Benar juga! Ka–kalau begitu, saya ikut pulang ya, Pak.”Bintang tersenyum lega. “Sure. Ayo!”Mereka segera keluar dari restoran menuju mobil pribadi Bintang. Kali ini ia tidak memakai supir karena Tiara menggunakannya.“Pak Bintang.” Adelia memulai terlebih dahulu, sementara Bintang sudah mulai melajukan mobil. “Apa saya nggak boleh kerja sampingan?”Bintang tersenyum mendengar pertanyaan itu. “Kalau saya minta kamu berhenti, apa bisa?”“Kalau memang dilarang, saya harus segera mencari pengganti sebelum berhenti kerja, Pak.”Lagi-lagi Bintang tersenyum puas. “Tidak ada larangan untuk sekarang, tetapi memang lebih baik tidak melakuka
Hai! Romero Un menyapa!Novel ini akhirnya tamat ya ^_^Terima kasih buat para pembaca yang mendukung novel ini sampai selesai. Terima kasih juga untuk pembaca yang sudah memberikan komentar dan hadiah. Sampai ketemu di novel selanjutnya ya!Sayonara!
“Bos, sudah keluar hasilnya.”Bintang mengangguk. Ia segera mengecek hasilnya dan menemukan komposisi larutan yang tertulis dapat menyebabkan kerusakan pada pita suara. Ia pun langsung memberitahu Dennis. “Segera suruh Luna menemui dokter Gilian. Kuharap belum terlambat memperbaiki pita suaranya.”“Black, tangkap Kanya dan 2 temannya. Bawa mereka ke kapten. Aku sudah malas mengurusi mereka.”“Baik, Bos!”Sepeninggalan Black, Bintang langsung menyandarkan kepala, sambil memijat-mijat dahinya yang mulai pusing. Dengan posisi tak berubah, ia mencoba meraih gagang telepon dan menghubungi Tiara. “Auntie, tolong ke ruanganku.”2 menit setelahnya, Tiara sudah duduk di hadapannya. “Ada apa, Pak Bintang?”“Aku mau keluarkan berita dan juga peraturan baru.”Sang sekretaris senior itu mengangguk.‘Apa ini masalah artis Luna itu? Kurasa memang sudah keterlaluan sekali Kanya itu.’ Tiara membatin, sementara tangannya membuka laptop di pangkuan.Dalam berita internal itu, Bintang menjelaskan perka
“Oh! Lex, aku cari kamu. Ayo, ikut!”Bintang mengambil kesempatan untuk lepas dari Kanya. Ia segera pamit, menggeret adik perempuannya bersama. “Kau dikerjai si Kanya?” tanya Alexa setelah mereka cukup jauh dari target pembicaraan.Bintang menggeleng. “Sepertinya dia nggak suka dengan Lia dan membuat skandal untuk menghancurkan karir Lia sebelum debut.”Alexa mengerutkan dahi. “Kukira sasaran Kanya si Luna. Dia sering banget dipanggil Kanya sebelum latihan mulai. Dan pagi ini Luna kena marah karena suaranya tiba-tiba hilang.”Kali ini dahi Bintang yang berkerut tak mengerti. “Kenapa kau diam saja? Kanya sepertinya bukan perempuan yang baik, Lex. Hati-hati.”Alexa mendengus geli. “Siapa yang berani denganku?!”“Jadi, ini yang kemarin kakak tanyain ke aku? Skandal itu disengaja oleh Kanya?” Alexa kembali bertanya. Kepala Bintang bergerak naik-turun. “Kebetulan aku melihatnya.”Mereka terdiam sesaat, sebelum akhirnya Bintang memutuskan untuk pergi menemui Dennis. “Kau juga hati-hati. A
“Aku nggak peduli.” Bintang membalas pertanyaan Adelia dengan pernyataan keras kepala. “Kita bisa menyembunyikan pernikahan ini, untuk sementara.”“Buat apa?” tanya Adelia tak mengerti. “Kalau aku menikah, aku ingin bisa menceritakannya pada semua orang.”Mendengar itu Bintang tak bisa berkelit. Ia tak menyangkal. Mungkin dirinya yang paling sulit untuk menyembunyikan hubungan mereka. Bahkan sejak awal, dirinya lah yang tak bisa menahan diri untuk mengumbar kedekatannya dengan Adelia. “Tapi kalau tunangan, kurasa aman. Gimana?” usul Adelia yang merasa bersalah setelah pertanyaannya tadi. Bagaimanapun, saat ini, seorang CEO besar melamarnya. Dia, yang hanyalah seorang gadis biasa.Namun, Bintang menolak usulannya. “Aku ingin menikahimu karena aku mau semalam-malamnya kamu pulang, aku ada di rumah.”Wajah Adelia bersemu merah. Sebuah senyum tak sadar terbentuk di sana. “Hanya karena alasan itu?” gumamnya tak percaya.“Itu bukan ‘hanya’, My dear.” Bintang memeluk tubuh sang kekasih er
“Bos, Regan mengitrogasiku. Sepertinya Bos Raffael mencari Anda.”Black melapor pada Bintang, tepat di saat ia yakin kalau Adelia sudah masuk ke kamar mandi hotel. Ini adalah hari kedua Bintang dan Adelia berada di hotel. Seharian kemarin mereka menikmati renang dan layanan spa dari hotel itu. Dan pagi ini, seperti yang sudah ia perkirakan akan terjadi. Foto dirinya melangkah keluar dari apartemen para artis RAFTEN sambil merangkul seorang perempuan tak dikenal, menghiasi halaman depan media berita artis ibukota.Tentu saja, Raffael dan Manda akan marah besar, mengira bahwa putranya berselingkuh di belakang Adelia. “Mereka pikir Anda membalas dendam atas skandal Nona Adelia.”“Ah ….” Bintang terkekeh geli dengan tebakan orang tuanya. “Aku mematikan ponselku. Kau saja yang beritahu mereka kalau foto itu adalah fotoku dengan Lia.”Black mengangguk. “Baik, Bos.”“Tapi, jangan kasih tahu kami di hotel ini,” tambah Bintang, mengingatkan. “Aku dan Lia sedang liburan.”“Siap, Bos!”Sege
Ha! Ha! Ha! “Pertanyaan dari mana itu?” Bintang tergelak mendengar kenyataan bahwa Adelia tak merasakan cintanya.CEO RAFTEN bahkan tak bisa menyalahkan siapapun kecuali dirinya, karena sudah membuat Adelia bertanya demikian. Cinta yang ia berikan sepertinya tidak nyata. Seperti apa kata sang ibunda. Hambar.“Kau nggak tahu saja, tiap malam aku datang ke sini. Tapi kau nggak pernah ada.”Netra Adelia membulat kaget. “Bohong! Aku nggak pernah ketemu kamu! Nggak pernah ada tanda-tanda kamu mengunjungi apartemenku.”Bintang mengecup bibir sang kekasih, singkat. Kemudian berkata, “Aku malas kalau harus mengakui perbuatanku. Jadi, terserah kamu percaya atau nggak. Aku nggak masalah, Lia.”Melihat Bintang tidak bersikeras membuktikan ucapannya, Adelia memutuskan untuk percaya. “Terus, kenapa kau ke apartemenku nggak bilang-bilang?” tanyanya heran. Bibir Bintang bergerak ke kanan lalu ke kiri, menimbang apa juga yang membuatnya datang ke apartemen Adelia.“Awalnya mau kasih kejutan. Tapi
‘... dia nangis karena sudah lama nggak bisa ketemu kamu, Kak.’Ucapan Alexa tadi kembali terngiang di telinga Bintang, walau sambungan telepon sudah terputus sejak tadi. Senyuman lebar tak bisa ia tahan. ‘Kurasa aku terlalu percaya pada hubungan kami. Percaya bahwa kami mengerti satu sama lain, tanpa perlu banyak interaksi.’“Ternyata aku salah,” keluhnya menyimpulkan apa yang terjadi. Dengan cepat ia mengirim pesan pada Tiara, sekretarisnya. To Tiara:Besok saya libur satu minggu. Jangan cari saya!Pesan terkirim!Kemudian ia juga mengirim pesan yang sama pada Theo, tetapi terkait Adelia. To Theo:Besok Adelia libur 3 hari. Jangan cari dia!Pesan terkirim!Bintang mematikan ponselnya dan juga Adelia begitu saja dan mulai fokus mengurus sang kekasih. Ia menggulung lengan kemejanya dan mulai menyeka bagian tubuh Adelia yang terlihat. Malam itu ia memutuskan untuk menemani sang kekasih, tidur di ranjang yang sama.‘Ah … sebaiknya aku juga ganti saja itu!’*** Keesokan paginya, Ad
‘Kalau diingat-ingat … aku terakhir lihat Lia dari jendela pintu ruang latihan. 3 minggu lalu, kalau nggak salah.’Bintang menatap lurus tanpa berkedip. Pandangannya kosong, sementara ia menggenggam gelas wine di tangannya. Ia sedang duduk di sofa apartemen sang kekasih. Masih terdiam, pikirannya kembali mengingat hari itu. ‘Setelah itu, aku pergi dinas. Dennis bilang kalau Lia sangat bersemangat siap debut.’“Nggak ada yang salah dengan kami. Kurasa.”Pria yang tengah bingung dengan komentar ibu dan rekan kerjanya itu kembali menghela napas panjang. Ia tak tahu apa yang membuat hubungannya dicap hambar. Sejauh mereka belum menikah, jelas tidak ada yang bisa mereka lakukan selain pergi kencan. Sesekali berciuman atau tidur di kasur yang sama. “Apa aku harusnya menikahi Lia?” Lagi, ia berbicara dengan diri sendiri. “Tapi dia sedang bersiap debut. Bagaimana kalau langsung hamil dan merusak karirnya?”Sudah pukul 11 malam dan Adelia tak juga tiba di rumah. Mungkin penantian Bintang ma
“Dia tidur sambil berendam.”Bintang menggelengkan kepala, heran dengan kelakuan absurd sang kekasih kecilnya. Sekarang ia tidak tahu harus berbuat apa untuk mengangkat tubuh Adelia tanpa melihat. “Lia.” Bintang mencoba membangunkannya. “Adelia!”Dengkuran halus malah menjadi jawaban dari panggilan itu. Membuat Bintang mulai kehabisan akal setelah beberapa kali mencoba membangunkannya. Ia memutuskan untuk mengambil handuk dan menutupi tubuh gadis itu setelah berhasil mengangkatnya dengan menutup mata. Setelah bekerja keras, Bintang pun berhasil membaringkannya di tempat tidur. Namun, sampai di sana, Adelia malah terbangun. “Kenapa kau baru bangun sekarang, hm?” keluh Bintang. “Kau mengerjaiku ya?”Adelia mengerjapkan netranya beberapa kali, kemudian tersadar bahwa ia sudah ada di kasurnya, masih dengan tubuh yang basah. “Astaga! Apa aku ketiduran?”Melihat dari respon Adelia, Bintang tahu kalau gadis itu pasti kelelahan setelah beberapa minggu terus berlatih dan hanya bisa tidur 2