“What?!”Bintang yang baru saja terbangun karena dering ponsel kini melompat dari kasur, kaget mendengar ucapan Alexa, adik satu-satunya itu. “Lah! Kok kaget sih?! Bukannya Kak Bintang sendiri yang bilang sama Uncle Damian, kalau udah punya pacar?!” tukas Alexa, mulai mengendus ketidakjujuran sang kakak.Ditanya begitu, Bintang kalang kabut. Ia baru saja bangun dan otaknya belum panas.“Erm … maksudku, ehm! Kau tahu kan dia siapa?” Bintang mencoba memancing, seberapa jauh mereka tahu soal keberadaan wanita yang berlabel ‘pacar’ ini. “Nggak tahu lah!” keluh Alexa. “Makanya Papa suruh Kak Bintang ajak, buat liburan bareng. Sekalian perkenalan.”Bintang menghembuskan napas panjang selagi ia duduk di pinggiran kasurnya. “Dengar, Lex. Bisa nggak kau tolong kakakmu ini?”“Apa?” Suara Alexa terdengar tak setuju, karena ia tahu apa yang mungkin ada di balik pengakuan ‘sudah punya pacar’ itu. “Kau bohong soal punya pacar? Hm?”Tebakan Alexa membuat Bintang terkejut. Apa yang disebutkan Alexa
“Sudah, Pa.”Bintang menjawab singkat. Ia baru akan melanjutkan ucapannya, tetapi Manda datang dengan dua piring nasi goreng. Untuknya dan untuk ayahnya. “Sudah. Makan dulu, baru bahas urusan lain.” Manda melirik Bintang, seolah memberi isyarat kalau ia sudah tahu isi percakapannya dengan Alexa pagi tadi.“Wah! Nasi goreng favorit, Honey! Thanks!” seru Raffael sambil merangkul pinggang istrinya. “Ayo, ayo! Makan dulu.”Sepanjang makan, topik pembicaraan beralih pada urusan kantor. Raffael memuji Bintang yang sudah mulai mengurangi hobinya membuat skandal. Namun, hingga saat ini, kedua orang tuanya itu masih menganggap Bintang sebagai playboy yang sudah meniduri banyak perempuan. Karena tidak menyebabkan kisruh berkepanjangan, Raffael dan Manda memutuskan untuk mengubur semua itu. “Kalau kau sudah yakin dengan perempuan yang membuatmu jatuh cinta, sebaiknya kau segera menikah, Bint.” Raffael mulai mengembalikan topik pembicaraan saat makanan di piring sudah hampir habis. “Papa ngga
“Raffa, nggak semua artis begitu kali!” tukas Manda, memberi waktu putranya untuk berpikir ulang jawaban untuk sang ayah. “Ya, mostly, Hon.” Raffael mengangkat bahu. Namun, ucapan Manda jadi membuatnya semakin penasaran. Kepala keluarga itu menoleh pada putranya dan menuntut jawaban, “Apa memang artis? Kau yakin?” Bintang terdiam. Tidak mungkin juga dia bisa menipu sang ayah. Ke depannya Adelia akan lebih banyak muncul di layar kaca. Jelas tidak akan bisa terlewat dari pandangan Raffael. “Dia artis pendatang baru.” Bintang akhirnya mengaku.Raffael menepuk meja makan sedikit keras. “Ha! After all your bullshit nggak mau nikah dengan artis, sekarang bahkan artis pendatang baru. Jelas-jelas cari pamor!”“Raffael!” Manda berharap suaminya berhenti berkomentar pedas. Sejujurnya, Manda pun tak punya jaminan Adelia akan berbeda dari mereka yang mencari pamor. “Kalau itu Lia, Bintang nggak keberatan, Pa!”Raffael ingin menghardik putranya, tetapi ia merasakan tatapan tajam sang istri.
“Inget ya, Raff, Lex! Jaga sikap!”Alexa dan Raffael mengangguk paham. Mereka tengah duduk menunggu kedatangan Bintang dan kekasih yang baru dipacarinya itu. “Lexa denger dia orang nggak punya, Ma. Mama tahu sesuatu?” tanya Alexa membuat Manda menyesal sudah membawanya. Karena pertanyaan itu membuat Raffael berprasangka buruk lagi. “Dan dia jadi artis karena nggak punya uang?”“So what?!” tegur Manda kesal. “Emangnya dulu aku kerja jadi sekretaris, bukan karena uang? Aku jadi pacar pura-pura kamu, bukan karena uang?”Alexa mengangakan mulutnya, terkejut mendengar kenyataan yang baru saja sembarangan keluar dari mulut sang ibu.Sementara itu, Raffael terlihat panik. “Sayang, sabar dulu. Bukan itu maksudku.”“Nada bicaramu mengarah ke sana, Raff!” sentak Manda. Untungnya mereka ada di dalam ruang VIP restoran. Sehingga apapun isi percakapan mereka, tidak akan terdengar keluar.“Oke, oke. Aku jujur kaget. Aku nggak masalah dia orang biasa atau orang kaya. Tapi kalau kayak gini, ada ke
“Ah … sorry. Ada telpon dari Surabaya.” Bintang bergegas berdiri, hendak meninggalkan ruang VIP restoran itu. Sebelum pergi, ia sempat membungkuk dan bertanya pelan pada Adelia, “Lia, kamu nggak apa-apa kan, kutinggal?”Adelia jelas takut, tapi ia sedang berakting sebagai Lia yang sedang jatuh cinta pada Bintang. Tentu saja, mau tak mau ia mengangguk. “Nggak apa-apa. Tapi cepet kembali ya.”Bintang meremas pelan pundak artis perempuan muda itu sebelum akhirnya keluar dari ruangan.Untungnya, mereka masih menikmati hidangan penutup, sehingga gerak-gerik Adelia tak terlalu canggung.“Hon, tolong tanyakan apa ada sup burung dara di sini.” Raffael tiba-tiba meminta Manda untuk keluar mencari tahu. Ia juga melirik Alexa dan menambahkan, “Kamu temani Mama!”Tak bisa membantah, Manda dan Alexa wajib menurut kalau nada suara sang kepala keluarga sudah terdengar singkat walau wajahnya tersenyum. Manda menatap Raffael dengan tajam dari belakang tubuh Adelia, kemudian menepuk pelan pundak keka
“Kayaknya ….”Dahi Raffael berkerut sebelum akhirnya tergelak mendengar pernyataan penuh keraguan dari Adelia. “Fine! Om percaya sama kamu.” Raffael menyerah.Baginya, mengetahui kalau hubungan Bintang dan Adelia tidak dimulai dari kesalahan, sudah cukup melegakan. “Terus, apa Bintang sudah bilang, kapan kalian akan menikah, hm?”Kali ini giliran Adelia yang hampir saja menjatuhkan sendok kecilnya. “Me–menikah?!”Melihat Adelia yang terkejut mendengar pertanyaannya, Raffael pun murka. “Apa Bintang nggak pernah bahas soal pernikahan?! Apa anak itu cuma main-main?!”“Nggak, Om. Itu—”Cklak!Pintu ruang VIP terbuka dengan kasar. Bintang masuk dan segera memeluk Adelia dari belakang. “Pa! Kenapa Papa teriak-teriak ke Lia?!”Melihat Bintang ada di hadapannya, Raffael pun langsung menunjuknya. “Kamu! Kamu belum bahas soal pernikahan sama Adel?!”“Astaga, Raffa!” Manda yang juga bergegas kembali setelah melihat Bintang berlari ke dalam ruang VIP, mulai menegur sang suami. “Mereka baru juga
Duk!“Aduh!”Kepala Adelia menghantam langit-langit kulkas, saking terkejutnya karena Bintang berada dekat dan mendengarkan ucapannya tadi. “Astaga!” Bintang bergegas mendekat, memeriksa kalau-kalau ada bagian tubuhnya yang terluka. “Kau nggak hati-hati, Lia.”“Kamu ngagetin!” keluh Adelia, lupa dengan kecanggungannya berakting saat hanya berdua. “Kukira kamu di sofa tadi.”Bintang terkekeh. “Sakit?” tanya Bintang sambil mengusap-usap kepalanya. “Katanya usap pakai rambut, tapi rambutku nggak panjang.”Adelia merasa perutnya seperti diserbu ratusan bulu-bulu menggelitik. Karena tak juga menjawab, Bintang mengambil kesempatan itu untuk melingkarkan tangannya di pinggul Adelia. Membuat gadis itu terkejut dan mendongak untuk melihat wajah seperti apa yang ditunjukkan sang CEO.Semua sentuhan Bintang membuatnya lemah. Namun, bukan berarti ia tak suka. Kebalikannya, ia tak ingin Bintang melepas dekapannya itu. “Jadi, beda apanya?” Bintang bertanya ulang. “Kau dan Fleur kan sama-sama ar
“Nomor yang anda tuju—”Brak! Raffael menghantam gagang telepon. Kesal karena ternyata bukan putranya yang menerima panggilan itu. Manda berhenti tepat di ambang pintu ruang kerja sang suami. “Raffa! Apa kata Bintang?”“Masuk mailbox!” keluhnya sambil menghempaskan tubuh di atas kursi kerja.Manda menghela napas lega. Ia punya waktu untuk memberitahu Bintang kalau dirinya kelepasan bicara.“Manda, apa yang kamu bilang itu benar?” tanya Raffael sekali lagi. “Raffael, Honey.” Manda mencoba menenangkan hati suaminya dengan panggilan sayang yang sangat jarang digunakan olehnya. “Dengar dulu ceritaku. Jangan judge Bintang.”Raffael membuka kedua tangannya, meminta sang istri untuk duduk dipangkuan, sementara cerita yang dijanjikan itu bergulir. “Sepertinya Bintang belum tahu apa Adelia suka sama dia. Ditambah dia ditekan oleh kamu dan Damian untuk menikahi Yara. Akhirnya dia membuat keputusan itu.”Dahi Raffael berkerut. “Tapi kulihat Adelia cukup menyukai Bintang, Honey. Dia bahkan mem
Hai! Romero Un menyapa!Novel ini akhirnya tamat ya ^_^Terima kasih buat para pembaca yang mendukung novel ini sampai selesai. Terima kasih juga untuk pembaca yang sudah memberikan komentar dan hadiah. Sampai ketemu di novel selanjutnya ya!Sayonara!
“Bos, sudah keluar hasilnya.”Bintang mengangguk. Ia segera mengecek hasilnya dan menemukan komposisi larutan yang tertulis dapat menyebabkan kerusakan pada pita suara. Ia pun langsung memberitahu Dennis. “Segera suruh Luna menemui dokter Gilian. Kuharap belum terlambat memperbaiki pita suaranya.”“Black, tangkap Kanya dan 2 temannya. Bawa mereka ke kapten. Aku sudah malas mengurusi mereka.”“Baik, Bos!”Sepeninggalan Black, Bintang langsung menyandarkan kepala, sambil memijat-mijat dahinya yang mulai pusing. Dengan posisi tak berubah, ia mencoba meraih gagang telepon dan menghubungi Tiara. “Auntie, tolong ke ruanganku.”2 menit setelahnya, Tiara sudah duduk di hadapannya. “Ada apa, Pak Bintang?”“Aku mau keluarkan berita dan juga peraturan baru.”Sang sekretaris senior itu mengangguk.‘Apa ini masalah artis Luna itu? Kurasa memang sudah keterlaluan sekali Kanya itu.’ Tiara membatin, sementara tangannya membuka laptop di pangkuan.Dalam berita internal itu, Bintang menjelaskan perka
“Oh! Lex, aku cari kamu. Ayo, ikut!”Bintang mengambil kesempatan untuk lepas dari Kanya. Ia segera pamit, menggeret adik perempuannya bersama. “Kau dikerjai si Kanya?” tanya Alexa setelah mereka cukup jauh dari target pembicaraan.Bintang menggeleng. “Sepertinya dia nggak suka dengan Lia dan membuat skandal untuk menghancurkan karir Lia sebelum debut.”Alexa mengerutkan dahi. “Kukira sasaran Kanya si Luna. Dia sering banget dipanggil Kanya sebelum latihan mulai. Dan pagi ini Luna kena marah karena suaranya tiba-tiba hilang.”Kali ini dahi Bintang yang berkerut tak mengerti. “Kenapa kau diam saja? Kanya sepertinya bukan perempuan yang baik, Lex. Hati-hati.”Alexa mendengus geli. “Siapa yang berani denganku?!”“Jadi, ini yang kemarin kakak tanyain ke aku? Skandal itu disengaja oleh Kanya?” Alexa kembali bertanya. Kepala Bintang bergerak naik-turun. “Kebetulan aku melihatnya.”Mereka terdiam sesaat, sebelum akhirnya Bintang memutuskan untuk pergi menemui Dennis. “Kau juga hati-hati. A
“Aku nggak peduli.” Bintang membalas pertanyaan Adelia dengan pernyataan keras kepala. “Kita bisa menyembunyikan pernikahan ini, untuk sementara.”“Buat apa?” tanya Adelia tak mengerti. “Kalau aku menikah, aku ingin bisa menceritakannya pada semua orang.”Mendengar itu Bintang tak bisa berkelit. Ia tak menyangkal. Mungkin dirinya yang paling sulit untuk menyembunyikan hubungan mereka. Bahkan sejak awal, dirinya lah yang tak bisa menahan diri untuk mengumbar kedekatannya dengan Adelia. “Tapi kalau tunangan, kurasa aman. Gimana?” usul Adelia yang merasa bersalah setelah pertanyaannya tadi. Bagaimanapun, saat ini, seorang CEO besar melamarnya. Dia, yang hanyalah seorang gadis biasa.Namun, Bintang menolak usulannya. “Aku ingin menikahimu karena aku mau semalam-malamnya kamu pulang, aku ada di rumah.”Wajah Adelia bersemu merah. Sebuah senyum tak sadar terbentuk di sana. “Hanya karena alasan itu?” gumamnya tak percaya.“Itu bukan ‘hanya’, My dear.” Bintang memeluk tubuh sang kekasih er
“Bos, Regan mengitrogasiku. Sepertinya Bos Raffael mencari Anda.”Black melapor pada Bintang, tepat di saat ia yakin kalau Adelia sudah masuk ke kamar mandi hotel. Ini adalah hari kedua Bintang dan Adelia berada di hotel. Seharian kemarin mereka menikmati renang dan layanan spa dari hotel itu. Dan pagi ini, seperti yang sudah ia perkirakan akan terjadi. Foto dirinya melangkah keluar dari apartemen para artis RAFTEN sambil merangkul seorang perempuan tak dikenal, menghiasi halaman depan media berita artis ibukota.Tentu saja, Raffael dan Manda akan marah besar, mengira bahwa putranya berselingkuh di belakang Adelia. “Mereka pikir Anda membalas dendam atas skandal Nona Adelia.”“Ah ….” Bintang terkekeh geli dengan tebakan orang tuanya. “Aku mematikan ponselku. Kau saja yang beritahu mereka kalau foto itu adalah fotoku dengan Lia.”Black mengangguk. “Baik, Bos.”“Tapi, jangan kasih tahu kami di hotel ini,” tambah Bintang, mengingatkan. “Aku dan Lia sedang liburan.”“Siap, Bos!”Sege
Ha! Ha! Ha! “Pertanyaan dari mana itu?” Bintang tergelak mendengar kenyataan bahwa Adelia tak merasakan cintanya.CEO RAFTEN bahkan tak bisa menyalahkan siapapun kecuali dirinya, karena sudah membuat Adelia bertanya demikian. Cinta yang ia berikan sepertinya tidak nyata. Seperti apa kata sang ibunda. Hambar.“Kau nggak tahu saja, tiap malam aku datang ke sini. Tapi kau nggak pernah ada.”Netra Adelia membulat kaget. “Bohong! Aku nggak pernah ketemu kamu! Nggak pernah ada tanda-tanda kamu mengunjungi apartemenku.”Bintang mengecup bibir sang kekasih, singkat. Kemudian berkata, “Aku malas kalau harus mengakui perbuatanku. Jadi, terserah kamu percaya atau nggak. Aku nggak masalah, Lia.”Melihat Bintang tidak bersikeras membuktikan ucapannya, Adelia memutuskan untuk percaya. “Terus, kenapa kau ke apartemenku nggak bilang-bilang?” tanyanya heran. Bibir Bintang bergerak ke kanan lalu ke kiri, menimbang apa juga yang membuatnya datang ke apartemen Adelia.“Awalnya mau kasih kejutan. Tapi
‘... dia nangis karena sudah lama nggak bisa ketemu kamu, Kak.’Ucapan Alexa tadi kembali terngiang di telinga Bintang, walau sambungan telepon sudah terputus sejak tadi. Senyuman lebar tak bisa ia tahan. ‘Kurasa aku terlalu percaya pada hubungan kami. Percaya bahwa kami mengerti satu sama lain, tanpa perlu banyak interaksi.’“Ternyata aku salah,” keluhnya menyimpulkan apa yang terjadi. Dengan cepat ia mengirim pesan pada Tiara, sekretarisnya. To Tiara:Besok saya libur satu minggu. Jangan cari saya!Pesan terkirim!Kemudian ia juga mengirim pesan yang sama pada Theo, tetapi terkait Adelia. To Theo:Besok Adelia libur 3 hari. Jangan cari dia!Pesan terkirim!Bintang mematikan ponselnya dan juga Adelia begitu saja dan mulai fokus mengurus sang kekasih. Ia menggulung lengan kemejanya dan mulai menyeka bagian tubuh Adelia yang terlihat. Malam itu ia memutuskan untuk menemani sang kekasih, tidur di ranjang yang sama.‘Ah … sebaiknya aku juga ganti saja itu!’*** Keesokan paginya, Ad
‘Kalau diingat-ingat … aku terakhir lihat Lia dari jendela pintu ruang latihan. 3 minggu lalu, kalau nggak salah.’Bintang menatap lurus tanpa berkedip. Pandangannya kosong, sementara ia menggenggam gelas wine di tangannya. Ia sedang duduk di sofa apartemen sang kekasih. Masih terdiam, pikirannya kembali mengingat hari itu. ‘Setelah itu, aku pergi dinas. Dennis bilang kalau Lia sangat bersemangat siap debut.’“Nggak ada yang salah dengan kami. Kurasa.”Pria yang tengah bingung dengan komentar ibu dan rekan kerjanya itu kembali menghela napas panjang. Ia tak tahu apa yang membuat hubungannya dicap hambar. Sejauh mereka belum menikah, jelas tidak ada yang bisa mereka lakukan selain pergi kencan. Sesekali berciuman atau tidur di kasur yang sama. “Apa aku harusnya menikahi Lia?” Lagi, ia berbicara dengan diri sendiri. “Tapi dia sedang bersiap debut. Bagaimana kalau langsung hamil dan merusak karirnya?”Sudah pukul 11 malam dan Adelia tak juga tiba di rumah. Mungkin penantian Bintang ma
“Dia tidur sambil berendam.”Bintang menggelengkan kepala, heran dengan kelakuan absurd sang kekasih kecilnya. Sekarang ia tidak tahu harus berbuat apa untuk mengangkat tubuh Adelia tanpa melihat. “Lia.” Bintang mencoba membangunkannya. “Adelia!”Dengkuran halus malah menjadi jawaban dari panggilan itu. Membuat Bintang mulai kehabisan akal setelah beberapa kali mencoba membangunkannya. Ia memutuskan untuk mengambil handuk dan menutupi tubuh gadis itu setelah berhasil mengangkatnya dengan menutup mata. Setelah bekerja keras, Bintang pun berhasil membaringkannya di tempat tidur. Namun, sampai di sana, Adelia malah terbangun. “Kenapa kau baru bangun sekarang, hm?” keluh Bintang. “Kau mengerjaiku ya?”Adelia mengerjapkan netranya beberapa kali, kemudian tersadar bahwa ia sudah ada di kasurnya, masih dengan tubuh yang basah. “Astaga! Apa aku ketiduran?”Melihat dari respon Adelia, Bintang tahu kalau gadis itu pasti kelelahan setelah beberapa minggu terus berlatih dan hanya bisa tidur 2