Share

07. Foto Mesra Suamiku

"Tuh lihat suamimu katanya lulusan S1 tapi kelakuannya kaya nggak pernah sekolah saja."

"Memang suamimu itu mau ngajak perang kayanya sama kita, belum tahu dia siapa kita," ucap Ibu dengan emosi.

"Gimana sih Bu, tadi katanya Arum harus santai nggak boleh terbawa emosi, tapi malah Ibu yang marah-marah," gerutuku.

"Gimana ndak emosi lihat foto suamimu lagi bermesraan dengan wanita lain, dan posenya itu loh, malah di tempat umum gitu, memang perlu di ajari lagi sopan santunnya ini," terang Ibu.

"Sabar Bu, banyak jalan menuju Roma, bentar lagi dia nggak bisa begituan, mana ada wanita yang mau dengan laki-laki yang kantongnya bolong alias kantong kempes."

Suamiku mas Ariel terlihat jelas dia bergandeng tangan bersama wanita lain, ternyata betul adanya jika tadi yang kulihat di F******k hanya tangannya, sedangkan yang di kirim melalui temanku terlihat mesra bahkan sempat berfoto dengan pengantinnya.

Ada tiga foto terakhir yang membuatku emosi, dengan fose yang begitu sensasional menurutku, apa dia nggak sadar sih di foto begituan.

"Bu, tapi ini beda dengan yang di caffe itu, yang ini juga cantik sih tapi yang tadi pagi itu dia memakai gamis yang indah, wajahnya pun sangat berbeda, apakah Mas Ariel mengoleksi wanita ya?" Pikirku.

"Apa maksudmu di caffe tadi, berarti ada lagi wanita lain selain dia, kok kamu nggak cerita sih, Rum?" tanya Ibu penasaran.

"Maaf Bu, Arum pikir ....

"Sudahlah ... jangan kamu hapus foto itu, sebentar."

Ibu masuk ke dalam ternyata membawa ponselnya, tetapi untuk apa ya91?" pikirku.

"Mau ngapain Bu, jangan macam-macam loh, nanti malah kita yang masuk penjara," jawabku dengan heran.

"Kamu pikir Ibu bodoh apa? ya enggak lah."

Ibu langsung mengcopy rekamanku itu dan foto-foto vulgar suamiku bersama wanita lain, dan menelpon seseorang untuk diberi tugas mencari informasi wanita yang ada di dalam foto itu, tetapi aku bingung kok ada foto suamiku ini sama Shakira, aku harus tau jawabanya. Segera ku ketik pesan ke Shakira.

"Hallo say, sudah aku terima nih foto-fotonya, cuma ada yang mau aku tanya, maaf ya itu foto yang terakhir kamu darimana ya?

"Alhamdulillah terbaca Bu, sudah conteng 2 biru, tapi nggak ada tanggapan.

Satu Menit, lima menit, sepuluh menit sampai lima belas menit tidak ada balasannya.

"Duh lama banget di balas, apa Shakira lagi sibuk ya Bu?"

"Mana Ibu tau, 'kan Ibu bukan paranormal!"

Aku mondar mandir seperti setrikaan, setiap satu menit melihat layar ponselku, tetapi tidak berbunyi.

Setengah jam berlalu, tiba-tiba ponselku berdering dan kulihat di layar ponsel itu tertulis nama 0Shakira, tanpa ragu langsung kuangkat dan berbicara.

" Hallo, Assalamualaikum, Say!"

"Walaikumsalam, Say."

"Maaf ya Say, baru respon, biasa lagi banyak pelanggan nggak bisa di tinggal."

"Iya nggak apa-apa, Say ngerti kok."

"Oh ya Say, sudah aku baca pesanmu, makanya aku buru-buru telpon setelah nggak ramai pembeli."

"Aku dapat dari sepupuku yang satu lagi, soalnya aku nggak periksa semuanya yang dia kirim, ternyata ada koleksi pribadinya juga, tolong dihapus saja, Say, maklum namanya juga bucin."

"Kalau dilihat-lihat prianya tampan banget ya tajir pula, siapa sih yang nggak mau cowo sekeren dia?"

Hatiku mulai panas padahal langit mendung mendengar apa yang diucapkannya. Ku atur napas yang sudah tidak beraturan ini, sedangkan ibu hanya sebagai pendengar setia seperti mendengarkan serial cerita Mak Lampir di radio.

"Oh dari sepupumu yang mana Say, aku 'kan kenal semua keluargamu, nggak pernah lihat, apa yang di foto itukah?"

"Iya tepat sekali Say, namanya Lira Anggraini mantan pramugrari, dia itu anak dari adiknya papah yang terakhir maksudnya gimana ya jelasinnya, begini Om ku itu nikah lagi yang kedua nah itu anaknya, tapi orangnya baik banget loh."

Dia tinggal di Solo, Say makanya kamu nggak tau."

"Oh pantesan nggak pernah lihat, terus itu cowoknya atau suaminya sih ganteng banget, tapi masih gantengkan suamiku sih ...hahaha.

"Suaminya lah, tapi katanya sih masih nikah siri dulu, soalnya suaminya itu belum bercerai sama istrinya. Mereka juga sudah punyak anak perempuan cantik kaya Lira mukanya, cuma yaitu?

"Memang istrinya kenapa kok mau cerai, nanti takutnya sepupumu itu dibilang pelakor loh kalau ketahuan, kenapa nggak cari pria lain sih daripada suami orang, padahal cantik banget sepupumu itu,Say pasti biisa dapat yang lebih baik dari itu."

"Ya namanya juga bucin, budak cinta mereka kan dulu kuliah bareng sampai lulus dan pacaran selama 5 tahun, terus ya gitu dech daripada zina lebih baik nikah siri.

"Kalau tentang istrinya sih katanya istrinya itu jelek, hitam, mata duitan, suka berantem sama ibu mertua, suka ghibah sama tetangga ya mana mau punya istri begitu ya 'kan?.

"Terus anaknya dimana, kok nggak ada di foto itu?"

"Say, udah dulu ya, ada pelanggan nih, nanti kapan-kapan ku kenalin deh sama sepupuku itu, orangnya mudah bergaul, enak buat curhat tau."

"Dah, assalamualaikum!"

"Walaikumsalam!"

Aku terduduk lemas, diam, menatap kosong ke depan, tak kusangka suamiku ternyata mempunyai istri selain diriku.

"Sabar Rum, kendalikan emisimu, jangan terpancing toh."

"Gimana nggak emosi Bu, selama ini nggak ada tanda-tanda mencurigakan dari tingkah laku mas Ariel, seperti biasa, cuma ...

"Cuma apa Rum?" tanya ibu penasaran.

"Cuma 3 tahun terakhir ini mas Ariel memang sering ke luar kota dua minggu sekali, katanya urusan bisnis."

"Kamu tau suamimu ke luar kota mana?"

"Setiap Arum tanya selalu dia bilang nggak usah ikut campur yang penting perusahaan tetap aman, gitu bu katanya."

"Ya elah Rum, kamu itu jangan terlalu lugu toh jadi perempuan, di cek, kalau perlu cari tau pergi kemana jangan terima beres aja, memang Bapak suruh kamu berubah jadi perempuan feminin tapi jangan kelewatan,"kan ibu sudah wanti-wanti toh?

"Ya, mana Arum tau Bu kalau kejadiannya begini, berarti dia suruh Arum seperti ini itu hanya untuk segera mendapatkan harta warisan Almarhum Papah Sugeng."

"Makanya mulai sekarang rubah penampilanmu, Arum."

"Berubah kaya dulu, yang tomboy, suka manjat genteng orang , atau preman kampung kalau itu Arum mau, Bu," jawabku dengan senang.

"Bukan jadi preman toh Rum, penampilannu itu jangan kucel kaya gini, katanya istri seorang direktur tapi dandanan kaya gembel gini."

"Jangan bilang kamu nggak pernah diajak kalau ada undangan git?" Selidik Ibu.

"I- iya bu, nggak pernah, mas Ariel selalu membawa Mbak Sukma kalau ada undangan atau apapun."

***

Hatiku jadi panas membara, hampir emosi ku tertumpah namun ketika Raina gadis kecil itu datang dan langsung memelukku, ada rasa hangat kembali menyelimuti perasaanku.

"Loh, kok Raina sudah bangun, kenapa?"

"Sudah Mah, Raina mau mimik cucu, hauch ...

"Bentar ya sayang, Raina duduk di sini dulu sama Nenek, Mamah buatkan dulu susunya ya," jawabku sambil mencium pipi Raina yang tembem.

Raina memang memanggilku dengan sebutan Mamah, entah anak itu sangat dekat denganku, merasa nyaman di dekatku, bahkan yang aku herankan jika bersama ibu kandungnya yaitu Mbak Sukma Raina tampak murung dan banyak diamnya, tidak ceria, tidak mau berceloteh seperti ini jika bersamanya.

Umurnya baru 2 tahun, tetapi tingkat kemampuan dalam berbicara hampir sempurna untuk usia seperti Raina, bahkan Raina mampu menangkap atau mengerti pembicaraan orang dewasa.

Aku memang sedikit curiga, mengapa bila Raina bersama Mbak Sukma, ia merasa ketakutan, dan pendiam, seperti karena keterpaksaan.

Aku bergegas masuk ke dapur dan membuatkan susu coklat kesukaannya, bahkan Mbak Sukma pun tidak tahu kesukaan anak kandungnya sendiri, sangat acuh dan tidak perduli.

Setelah selesai aku keluar kembali, aku melihat Naina lagi mengutak atik HP ku, aku biarkan sebentar, Ibu saja sangat gemes banget dengan Raina, beliau selalu mencubit kedua pipinya yang tembem.

"Sudah dong Bu, masa dicubitin melulu, kasian Raina nya!"

"Habis pipinya nah montok kaya bakpao, gemes Ibu ini."

"Nih sayang susunya diminum numpung masuh hangat."

"Iya mah, bental" jawabnya dengan polisnya sambil melihat-lihat foto-foto.

Nanum belum sempat aku meraik ponselku tiba-tiba Raina kembali berceloteh.

"Loh ini 'kan mamah Liya mamahnya Yaina, mamah kok nggak ngajak-ngajak cih, tuh papah juga, nggak ada yang cayang ama Yaina, hanya Mamah Ayum yang cayang," celoteh Raina.

Aku dan Ibu saling pandang, apa mungkin kalau Raina ini anaknya Mas Ariel dengan wanita itu, bukan anak kandungnya Mbak Sukma?

Kucoba mengatur napas yang naik turun tidak beraturan, seperti mimpi di siang bolong. Kata orang omongan anak kecil selalu jujur, apa betul ya?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dian Rahmat
Arum aruuuum.... beneran oon kamu ya... duh thor, kok karakter Arum dibuat segitu oonnya sih. gemeees bacanya ... masih pinteran ibunya Arum.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status