Untung saja tidak ada orang yang melihat karena mereka sudah lama pergi meninggalkan masjid.Aku merintih kesakitan di bagian punggung seperti ngilu. Dan laki-laki itu bukannya menolong malah beristigfar beberapa kali.Ibu hanya memperhatikan tingkah laku kami berdua, di saat anaknya jatuh tidak di tolong, Ibu malah asyik melihat wajah laki-laki itu, kesal banget."Bu, tolongi, masa anaknya jatuh dibiarin, sakit tau Bu," ucapku cemberut."Oh ... iya maaf Rum, habis lihat itu anak ganteng banget!" sahut Ibu mengulas senyum."Ih ganjen banget deh Ibu, malu Bu, sudah tua beginian!""Memang ada yang lihat nggak ada tuh!" balas Ibu santai. "Maaf saya nggak sengaja memegang mbak, maafkan saya!" jawab laki-laki itu tertunduk malu."Uuuh ... kenapa Masnya tadi lepaskan, jadi saya jatuh begini, aawwh sakitnya, niat bantuin nggak sih tadi lebih baik jatuh sekalian daripada ditolong sama Masnya malah di jatuh in!" gerutu kesal."Sekali lagi maafkan saya Mbak, saya tidak sengaja menjatuhkan Mbak
"Begini kami kesini tadi ingin mencari sesuatu ternyata kami sampai masuk ke dalam dan kami lupa jalan pulangnya tepatnya kami kesasar kayanya,” jelas Ibu kepada pria itu."Bukan kayanya lagi Bu, memang kita nggak tau jalan pulang," kilahku."Sepertinya kalian bukan orang sini?" tanyanya penasaran."Gimana sih Mas nya, tadi kan Ibu saya sudah bilang kesasar ya otomatis kami bukan orang sini!" kilahku sedikit emosi."Iya maaf, terus apa yang kalian cari apa sudah dapat?" Justru itu masih di cari, Mas nya kalau mau bantu silakan, saya jadi tambah semangat nyarinya!""Ah Ibu bisa saja, ngomong-ngomong Ibu tinggal di mana?""Wah, sudah tanya alamat mau ngapel nya, nggak apa-apa sih, kebetulan Ibu dan anak saya lagi tinggal di rumah kontrakan Pak Haji Husein.""Oh di situ yang baru meninggal Pak Ariel dan Bu Sumi?" "Iya Mas, mereka dulu mantan suami anak saya!""Oh ya kita belum kenalan, kata orang dulu tak kenal maka tak sayang," ucap Ibu semangat."Iya Bu, say juga sampai lupa, kenal
"Ibu rasa wajah Pak Alex dengan Lingga itu sedikit berbeda, coba kamu ingat-ingat wajah Pak Alex."Pak Alex itu kulitnya sawo matang, agak pendek dan wajah sedikit ada bule-bulenya gitu, sedangkan Lingga seperti keturunan Arab, alisnya tebal dan brewokan.""Iya sih Bu, cuma ... ""Saat ingin melanjutkan percakapan kami, tiba-tiba Mas Fahri ke luar dengan membawa laptop pribadinya, lalu dia masuk kembali dan keluar lagi membawa tiga cangkir teh hangat beserta cemilan kue jajanan pasar.""Wah tau saja kalau Ibu lapar, terima kasih yan Nak Fahri.""Sama-sama Bu, soalnya dari tadi pasti kalian belum makan apa-apa, sekalian di makan Bu, Arum lumayan buat ganjal perut yang kosong," jawabnya tersenyum."Ya sudah cepat Rum kita cek dulu, isi dari flashdisk itu," ucap Ibu yang tidak sabar melihat isinya.Aku, Ibu dan tentu saja teman baruku itu Mas Fahri ikut nimbrung bersama kami, mau di usir nggak enak juga, mungkin siapa tahu dia bisa membantu kami dalam memecahkan masalah rumit ini.Jujur
"Oke, Mas Fahri aku minta maaf mungkin sedikit keterlaluan karena kita baru kenal dan langsung meminta bantuan sama kamu Mas.""Huuuf ... apakah kamu bersedia membantu aku Mas Fahri?" ucapku mengiba agar dia mau membantuku."Benar kata Ibu kalau di pikir-pikir dia memang tampan, tetapi mengapa sekilas mirip dengan almarhum Mas Ariel ya?""Ah atau hanya perasaan aku saja karena belum lama ini Mas Ariel datang di dalam mimpiku juga.""Aku bersedia, Rum!""Yes, terima kasih Mas!"Sontak Mas Fahri kaget bukan kepalang entah apa yang meracuniku aku langsung memeluknya dengan erat."Bahkan aku mencium aroma tubuhnya yang wangi, aku terbuai di dalam pelukan yang hangat, aku menyandarkan kepalaku di dada bidangnya, tapi mengapa pelukannya sama dengan Mas Ariel?Mengapa selalu dia yang muncul dalam ingatanku?Entah apa yang terjadi kepada diriku, tidak terasa air mataku jatuh sudah membasah kedua pipiku, aku menangis di dalam pelukan Mas Fahri.Ternyata Mas Fahri membalas pelukanku dan dia mem
Aku bertemu dengan Pak Dani, kami bicara banyak tentang proyek yang akan di bangun. Sebuah hotel bintang lima yang di rendahkan dengan fasilitas.Namun, Mas Lingga lebih banyak berkomentar dan memberikan banyak ide sehingga aku bingung untuk mengambil keputusan. Dia menekanku agar mau menuruti permintaannya.Pak Dani sampai bingung dengan kami, mana yang bos dan mana asisten bos. “Rum, apa yang kamu pikirkan lagi, targetnya ini sudah sesuai, dan kamu tinggal menyetujuinya.”“Maaf Bu, tolong dipikirkan lagi, jika Ibu mengambil lahan sedikit saja dari warga tentu mereka akan marah karena tidak diberitahu duku dan walaupun Ibu menggantinya dengan sejumlah uang, tetapi itu tidak seberapa, mereka yang akan rugi,” pendapat Pak Dani.“Pak Dani, mereka itu warga kampung yang bodoh, jika kita menawarkan uang walau jumlah sedikit pasti diambil juga kok, nggak ada ruginya.”“Dengar Arum, dunia bisnis itu sangat banyak persaingan jika kita lemah maka kita yang tersingkirkan dan akan tertinggal
{Sayang, kamu harus membuat Lingga memang jatuh cinta sama kamu, buat dia sangat cemburu dan tidak ingin meninggalkan kamu. Kamu tahu sendiri kan kita belum mencari bukti tentang siapa Lingga sebenarnya secara detail, yang kita dengar adalah baru sebagian atau dia hanya mengarang tentang hidupnya}{Buat dia merasa nyaman dan tidak biasa membuatmu menangis atau meninggalkan kamu seperti tadi}{Maksud ibu menjadi wanita penggoda untuk Mas Lingga?}{Iya siapa lagi yang kamu mau goda, di Fahri jangan dia buat Ibu aja ya?}{Ibu, Mas Fahri itu sepantaran dengan Mas Lingga, Arum nggak mau punya Bapak tiri berondong seperti dia?}{Memangnya kenapa? Supaya awet muda lah mas kamu aja yang masih mencari cinta?}{Katakan sama Ibu kamu ada perasaan dengan Lingga nggak?}{ Ah sudahlah, tambah pusing bicara sama Ibu}{Arum dengarkan ibu, pria itu jika dipancing dia akan melambung tinggi, gunakan akal, kau hanya ciuman saja nggak masalah asalkan tidak berlebihan toh ini supaya kamu mau tahu apa ren
“Maaf Mas, aku tidak bisa!” Aku berisi keras untuk tidak melampaui batasku walaupun dalam hati sangat ingin di manja. Aku pergi dari ruangan itu tanpa melihat wajahnya, aku sangat malu dengan perilaku sendiri. Kumelangkah dengan cepat sampai aku tidak sengaja menabrak dinding yang membuatku meringis kesakitan.“Augh, sialan kenapa juga ada dinding di sini,” rutukku kesal.“Ibu nggak apa-apa?” tanya Nia sekretaris Mas Lingga.Dia pun menghampiriku dan memastikan kalau aku tidak apa-apa.“Saya nggak apa-apa, mungkin hanya kecapean saja permisi,” jawabku tanpa melihatnya.Aku menutup keras ruanganku dan memberitahukan kepada Yola sekretarisku untuk tidak mengganggu ku saat ini.“Bagaimana ini aku terlalu malu apa yang aku lakukan tadi?”“Ah ini semua karena ibu yang biang aku harus menjadi wanita penggoda dan sekarang Mas Lingga malah ingin lebih, bagaimana ini?” “Bagaimana aku berhadapan dengan dia lagi?” Aku semakin bingung dan mengumpat untuk diriku sendiri, tetapi sentuhan itu tid
Mataku membulat dan melotot kepadanya karena baru kali ini ada yang menolak pesona dari ketampananku yang paripurna ini.Apa yang kurang dariku, banyak wanita tergila-gila kepadaku , bahkan mereka datang sendiri untuk bisa aku bawa ke mana saja tanpa ikatan apa pun.Namun, sekarang ada wanita yang susah aku taklukkan dia tidak ingin berhubungan lagi dengan seorang pria Karen trauma pernikahan yang ternyata hanya kepalsuan.Namanya Arumbi Lestari wanita yang pernah singgah di dalam hidupku lima belas tahun yang lalu. Anaknya tomboi dan apa adanya.Di sekolah dia termasuk anak yang pintar juga dan pembuat masalah, dan berakibat dia harus keliling lapangan sebanyak lima kali atau hukumannya adalah membersihkan toilet wanita. Banyak teman menjadikan Arum sangat disukai, sebagai teman curhat pun, pandai menyimpan rahasia. Aku pun sebenarnya diam-diam menyukainya.Aku hanya melihatnya dari jauh, aku kakak kelasnya berbeda satu tingkatan saja dengan dia. Dia tidak pernah pacaran pada