Share

Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius
Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius
Author: Lefayesme

1. Pemakaman dan Penawaran

Author: Lefayesme
last update Last Updated: 2025-06-01 19:35:57

Hujan mengaburkan air mata Aurora Vallen. Sorot matanya masih menatap makam baru milik sang Ayah, Matthew Vallen. Seakan semua hal baik telah ditarik dari kehidupannya, Aurora hanya mampu terdiam, menyadari bahwa saat ini ia tidak memiliki siapa pun di dunia ini.

Ibunya—Isabelle, telah meninggal. Kini ia harus merelakan ayahnya juga, dan menerima kenyataan bahwa ia harus menanggung semua hutang peninggalan ayahnya, dan juga harus segera angkat kaki dari mansion mewahnya yang telah menjadi disita sebagai jaminan.

Bahkan itu pun tak lantas membebaskan Aurora dari warisan hutang. Entah apa yang harus ia lakukan setelah ini. Ia tak lagi memiliki sandaran dan pijakan untuk bertahan.

Lonceng gereja berdentang beberapa kali, menandakan bahwa ia telah terlalu lama berada di sini. Tubuhnya basah, terlihat sedikit menggigil, tapi ia tahan sebisa mungkin karena tak lagi memiliki tempat untuk kembali.

 “Dad, aku harus kemana sekarang?” gumamnya pelan. 

“Nona, sudah waktunya untuk pergi. Saya tidak bisa menunggu terlalu lama lagi.” Petugas gereja mendekat, memberikan peringatan terakhir pada Aurora untuk segera pergi dari pemakaman.

Aurora mendongak, menatap petugas itu dengan air mata yang tertutup guyuran hujan. “Maaf… aku akan segera pergi setelah ini. Anda boleh kembali, tak perlu menungguku lagi.”

“Tapi saya harus memastikan Anda untuk pergi dari sini sekarang juga, Nona. Gerbang utama pemakaman akan segera ditutup oleh penjaga.”

Ya, ini adalah pemakaman tertutup milik gereja tempat ayahnya biasa beribadah. Mereka memberikan bantuan pemakaman yang layak, dan saat ini Aurora harus mengikuti aturan dari mereka. Ia memang terlalu lama menunda waktu perginya sejak beberapa jam yang lalu.

“Baik, saya akan pergi sekarang juga. Terima kasih atas bantuannya, Tuan. Saya akan berkunjung lagi setelah semua urusan saya selesai.” Aurora mencoba tersenyum, berlagak tegar di tengah kekacauan yang bahkan ia sendiri belum bisa menemukan jalan keluarnya.

Aurora berjalan menuju pelataran gereja untuk mengambil koper besar miliknya—satu-satunya harta yang tersisa. Untuk kali ini, ia tak ada pilihan lain untuk menginap di penginapan kecil yang tak memerlukan banyak biaya sambil menyusun kembali rencana hidupnya.

Ah, sial.

Seharusnya Aurora saat ini sedang merayakan kelulusannya sebelum menjalankan perusahaan milik ayahnya. Namun siapa sangka, hanya dalam satu malam, takdir telah mempermainkannya.

Di ujung jalan sebelum jalan raya, ia melihat ada penginapan kecil. Sambil menyeret kopernya, langkahnya terlihat enggan menuju ke sana.

Petugas gereja tadi tidak berbohong. Penjaga telah menutup gerbang makam saat ia menoleh untuk terakhir kalinya. Aurora menghela napasnya panjang, kembali mencoba tersenyum sambil melambaikan tangan.

Bye, Dad. Aku akan kembali lagi lain waktu.”

Langkah kaki Aurora kembali menjejak di pinggiran aspal yang kotor terkena cipratan tanah basah. Bekas tapaknya terlihat jelas, meski sedetik kemudian telah menghilang karena guyuran hujan.

Sampai akhirnya, sebuah mobil hitam mendadak berhenti di hadapannya, memaksa Aurora untuk berhenti sejenak. Ia memicingkan mata, mencari tahu siapa yang berada di dalam sana, tapi semua jendela dipasang kaca film hitam yang membuatnya tak mampu menembus ke dalam.

Pintu kemudi terbuka perlahan, satu payung besar berwarna hitam menggantung di bawah pria berperawakan tinggi besar, mengenakan setelan jas hitam. 

“Nona Aurora Vallen?” 

Aurora memperhatikan pria itu sejenak. Garis wajahnya tegas, membuatnya sedikit bergidik ngeri. “Ya, itu namaku. Ada masalah apa?” 

Pria berjas hitam itu mengambil sebuah kartu nama dari saku jasnya, lalu menyodorkan pada Aurora. “Tuan Vireaux ingin bertemu. Ada tawaran yang bisa mengubah hidupmu”

Aurora menerima kartu nama itu, membaca sekilas satu nama yang tertera di sana—Kael Vireaux.

“Apa maksudnya ini? Siapa Kael Vireaux?” 

Sekeras apa pun Aurora mencoba mengingat satu nama itu, tapi ia tak pernah mendengarnya. Tawaran apa yang dimaksud? Seolah-olah pria misterius itu telah mengetahui masalah yang sedang ia hadapi saat ini.

“Kalau kau ingin tahu siapa Tuan Vireaux, silakan hubungi nomor yang ada di sana, atau langsung datang ke alamat yang ada di belakang kartu nama. Itu adalah alamat penthouse milik Tuan Vireaux. Kau bisa menemuinya di sana.”

Pria itu tak menunggu jawaban dari Aurora. Ia segera berbalik, bersama dengan payung hitamnya yang tak sedetik pun dibagi dengan Aurora.

“Tunggu!” seru Aurora.

Hujan mulai mereda, menyisakan rintik halus. Namun ia tetap tak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu. 

Pria berjas tadi berbalik, menunggu Aurora berkata.

“Darimana kau tahu namaku? Apa aku pernah mengenalmu sebelumnya? Atau… Kael Vireaux?”

“Kalau kau ingin mengetahui hal-hal itu, silakan bertanya pada Tuan Vireaux. Aku yakin beliau akan menjawabnya dengan baik. Datanglah secepatnya. Tuan Vireaux tahu bahwa kau tak memiliki waktu banyak untuk berpikir. Selamat sore.”

Tak ada percakapan lagi. Pria berjas itu kembali masuk ke dalam mobil, meninggalkan Aurora yang masih berdiri di bawah gerimis halus. Setelah mobil itu berlalu, Aurora kembali melihat kartu nama yang telah basah. 

“Kael Vireaux? Aku tidak pernah mendengar nama ini sebelumnya. Siapa dia? Kenapa tiba-tiba memberi penawaran? Aneh sekali.”

Meskipun begitu, Aurora tetap menjejalkan kartu nama itu di saku celananya. Tubuhnya semakin menggigil. Ia mempercepat langkahnya ke penginapan sambil terus menyeret koper besarnya, berharap tidak ada basah yang menyelinap kesana. 

***

Ruangan yang disewa Aurora tidak begitu buruk. Semuanya layak, meski sangat berbeda jauh dengan kamarnya sendiri. Kasurnya tetap empuk, hanya sprei nya saja yang terlihat usang, dan sedikit bau pengap.

Namun Aurora tidak sedang dalam keadaan bisa menawar semua itu. Hanya ruangan ini yang mampu ia sewa untuk beberapa hari. 

Setelah mandi dan mengganti pakaian, ia membenamkan tubuhnya di bawah selimut. Kartu nama yang diberikan oleh pria berjas hitam tadi kembali dia ambil. Ia kembali mengulang nama yang tertera di sana.

“Kael Vireaux… Kael… apa temannya daddy? Kenapa dia tahu namaku?”

Ucapan pria berjas tadi kembali terngiang, membuat Aurora merasa kesal. 

“Hah! Tawaran yang bisa mengubah hidupku? Tahu apa dia soal hidupku??”

Harga dirinya seakan tercoreng karena ucapan itu. Meskipun pada faktanya ia memang sedang berada di dasar dan tak ada tangga keluar yang bisa menyelamatkannya, tapi entah kenapa harga dirinya masih terlalu tinggi untuk menggapai pertolongan misterius itu.

“Apa dia tahu kalau aku terlilit utang?” bisiknya lagi, setelah berguling beberapa kali ke kiri dan kanan, mencari posisi nyaman untuk tidur.

“Tapi… kenapa dia tidak datang sendiri? Malah menyuruh orang untuk memberikan kartu nama ini.”

Aurora kembali membaca jabatan yang tertera di bawah nama Kael Vireaux. 

“CEO… wajar saja,” gumamnya lagi. “Tapi... sorry, Tuan CEO, aku akan berusaha sendiri. Lagipula… tidak seharusnya aku percaya dengan orang asing.”

Aurora meletakkan kartu nama itu di nakas samping ranjang, lalu memejamkan mata. Hari ini terlalu berat untuknya, sampai ia tak tahu harus bereaksi apa selain mencerna semuanya secara perlahan.

Urusan utang dan lainnya, akan ia pikirkan setelah bangun nanti. Setidaknya… malam ini… ia hanya ingin tidur dengan tenang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   44. Rencana Penyelamatan

    Berat.Terlalu pusing untuk bergerak. Aurora mengerang pelan, merasakan denyut kepalanya yang mengencang. Aroma antiseptik menguar pekat, kabut tipis di pandangannya perlahan tersibak. “Aku di mana?” Suara Aurora sedikit serak, tenggorokannya tercekat.“Nyonya Vireaux, Anda bisa mendengarku?”Aurora mengenyit, lalu mengangguk pelan. “Luther…”Luther tak segera menjawab. Ia dengan cepat menekan tombol perawat beberapa kali. “Anda di rumah sakit saat ini. Tuan Vireaux yang membawa Anda kemari.”Rumah sakit? Aurora mengerjap matanya beberapa kali. Ah, benar. Pertengkarannya dengan Kael pagi ini, Celeste yang menindihnya. Ah, sial. Rasanya sesak. Tunggu. Dua orang yang menerobos kamarnya. Aurora mengingat jelas ketika mereka tiba-tiba menyerangnya. Tangannya dengan cepat meraba leher. Tajamnya belati masih bisa ia rasakan, tapi syukurlah tak sampai menggoresnya. Lalu, benturan di kepalanya ketika terjatuh ke lantai. Ah, benar. Pasti dari situ ia kehilangan kesadaran.Aurora mencoba ban

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   43. Kebenaran Terungkap

    Suara gebrakan pintu membuat Ezra dan Celeste menoleh cepat. Kael, dengan wajah kusut dan rambut berantakan melangkah cepat. Ezra segera melompat berdiri, wajahnya tegang.“Bagaimana Aurora??” tanyanya, tanpa basa-basi. Celeste yang baru menyesap teh panasnya pun ikut berdiri—dengan memeluk bantal sofa kecil.Suara Kael bergetar, tak seperti biasanya. “Bersama Luther. Dia… keguguran.”Ezra terdiam. Celeste benar, Aurora hamil. Ia tahu, cemburu ataupun rasa tidak terima yang tengah ia rasakan bukanlah haknya. Namun sebagai seorang yang memiliki perasaan pada Aurora, ia tak menyukai kenyataan bahwa hubungan antara Aurora dan Kael lebih dalam daripada yang ia kira.“Dia baik-baik saja?” Ezra bertanya dengan mata nanar menatap lantai.“Baik.” Kael menghela napas. “Dia masih dalam pengaruh obat bius. Aku segera pergi begitu dia dipindah ke ruang perawatan. Di mana dua orang itu?”Ezra mengepalkan kedua tangannya. “Tetap di ruangan tadi. Aku dan Celeste mengikatnya di sana.”Kael tak menja

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   42. Mendadak Kehilangan

    Tenang, semuanya sedang diatasi. Hanya itu ucapan yang dari tadi didengar oleh Kael.Damn it!Bagaimana bisa tenang jika Aurora terbaring pucat di dalam sana?!“Nyonya Aurora pasti baik-baik saja.” Luther kembali mengingatkan.Tangan Kael mengepal kuat. Ucapan Luther hanya terdengar seperti gumaman dari dalam gelembung kecemasan. Tak ada satu kata pun yang mampu menenangkannya saat ini. Sampai akhirnya dokter keluar dari ruangan tindakan. “Dokter Warren, katakan apa yang terjadi pada Aurora?!” Kael bergegas menanyakan, sorot matanya jelas terlihat cemas.Dokter Warren tak segera menjawab. Situasi seperti ini hampir sering ia alami—menyampaikan berita buruk pada pasien. Namun jika menyangkut tentang keluarga Vireaux, secara tidak langsung harus memilih kata yang tepat agar emosi Kael tak meledak.“Apakah Anda tahu kalau nyonya Vireaux sedang hamil?”Apa? Hamil?Pandangan Kael bergetar. Sampai detik ini, ia belum pernah mendengar itu dari mulut Aurora. Mungkinkah istrinya benar-benar h

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   41. Ledakan Aksi dan Emosi

    Kesadaran Kael berangsur kembali. Nyeri di tengkuk masih terasa, sementara Ezra menindih tangannya yang terikat ke belakang. Punggung mereka saling berhimpitan, sementara Kira masih mendebat sikap Nick yang sudah keluar dari rencana.“Taruhannya nyawa kita!” sentak Kira, sambil menyibak kasar rambutnya ke belakang.“Tidak jika kita habisi dulu nyawa mereka semua.” Nick terdengar santai, kontras dengan Kira yang meledak-ledak.“Semua? Pria berambut hitam itu bagian dari kita juga, kan?” Kira melirik sekilas ke arah Ezra. “Kau juga mau membunuhnya?”“Bos bilang bunuh semua yang ada di rumah ini. Dia ada di sini, berarti dia juga termasuk target.” Nick kembali mengikat tali di pergelangan tangan Aurora.Kira menghela napas, lalu berjongkok di hadapan Aurora yang kehilangan kesadarannya. “Harusnya kau menurut sejak ancaman pertama dikirim. Sekarang kau harus menanggung risikonya, Princess.”Rahang Kael mengetat saat mendengar ucapan Kira. Dadanya bergemuruh, tak tahan dengan ocehan sampah

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   40. Kejutan Tetangga Baru

    Membutuhkan beberapa saat bagi Aurora untuk memutuskan keluar kamar. Meskipun sebenarnya ada perasaan enggan untuk melihat wajah Kael, tapi pria itu pasti butuh masuk kamar untuk menyiapkan diri sebelum berangkat kerja.Bunyi klek pelan terdengar ketika Aurora memutar kunci. Hening. Tak ada suara sama sekali ketika ia melangkah. Sofa yang seharusnya menjadi tempat tidur Kael pun kosong. Kemana pria itu? Apa mungkin pria itu berada di ruang kerjanya?Penasaran, langkah Aurora mendekat pada ruangan yang selalu tertutup itu. Namun pagi ini pintunya terbuka sedikit—tidak biasanya. Tangan wanita itu meraih gagang pintu tanpa banyak berpikir, namun napasnya tertahan saat menatap hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.“Kael?” Suara Aurora bergetar, berhasil membuat Kael menoleh cepat, wajahnya terlihat panik. Sementara Celeste yang menindih pria itu menyeringai puas ketika Aurora membelalak di ambang pintu. “Apa yang kalian lakukan?” Suara Aurora pecah, terdengar penuh luka.Lengan K

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   39. Beri Aku Waktu Sendiri

    Hanya karena pria memiliki insting berburu, bukan berarti ia bebas memburu siapa pun dan menerkamnya, kan? Ada aturan dan norma dalam sebuah hubungan—setidaknya bagi Aurora. Bercinta tanpa cinta, bagaimana bisa Kael melakukannya?Pria itu tak mengejarnya. Cukup mengecewakan, tapi juga melegakan. Saat ini Aurora tak ingin menatap wajahnya. Bayangan Kael dan Celeste sedang bergelut di atas kasur, membuatnya murka. Bagaimana pria itu mengecup, mengecap, dan menghentak. Oh, shit! Aurora tak sanggup membayangkannya.“Rora?”Aurora buru-buru menghapus air matanya. “Kau kah itu?” Ezra mendekat, menyusuri dermaga kayu menuju tepi danau—tempat Aurora dan Kael menikmati sunset waktu itu.Tak ada jawaban, hanya dehaman pelan untuk menyamarkan suara yang serak setelah terisak.“Benar kau,” ucap Ezra, lalu duduk di sebelah Aurora. “Sedang apa di sini? Ada masalah dengan Kael? Aku mendengar kalian saling teriak.”Desah frustrasi menjadi jawaban pertama yang lolos dari bibir Aurora. Tangannya salin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status