Share

4. Pernikahan Tanpa Rasa

Author: Lefayesme
last update Last Updated: 2025-06-01 20:04:41

“Malam ini??” Aurora benar-benar berteriak, membuat Luther yang dari tadi berdiri di dekat pintu penthouse menoleh cepat.

“Lebih cepat lebih baik, Rora. Kau sudah mengulur banyak waktu untuk keputusan ini. Jadi, saat ini kau hanya perlu mengikuti semua aturanku.” Suara Kael dingin, tak memiliki celah untuk dibantah.

Jemari Aurora saling meremas, menyembunyikan gemetar yang seketika ia rasakan. Ia memang menyetujui untuk menikah dengan Kael, tapi… ia tak pernah menyangka akan secepat itu. 

“Maksudku, bagaimana persiapannya? Aku tidak memiliki apa-apa untuk pernikahan.” Aurora berusaha menyembunyikan ketegangannya.

Kael tertawa kecil. Ia berdiri, merapikan rambutnya sebentar, kemudian mendekat pada Aurora yang masih duduk. Tubuh Kael menunduk ketika berada di hadapan Aurora, menghilangkan jejak yang sejauh ini berhasil terjaga.

“Aku sudah menyiapkan semuanya. Luther akan mengantarmu ke kamar, dan kau bisa bersiap untuk pernikahan kita.” 

Kael menoleh sejenak ke arah jam dinding, empat jam lagi sebelum tengah malam. “Kau memiliki cukup waktu untuk memakai gaun. Sebentar lagi pengacaraku akan datang membawa surat resmi, dan kita akan menikah tepat tengah malam ini.”

Aurora menarik tubuhnya mundur. Tatapan Kael membuatnya tak bisa bernapas dengan baik. “T-tapi… kenapa harus tengah malam?”

Kael menghela napas, tampaknya terganggu dengan semua pertanyaan Aurora. Meskipun begitu, ia tetap menjawabnya walaupun dengan desisan tak sabar dan sorot mata yang semakin tajam. 

“Sudah kubilang kau telah membuang banyak waktuku, Rora. Aku kehabisan waktu, dan tengah malam nanti adalah waktu yang tepat untuk menikah. Anggap saja, pergantian hari yang juga sebagai simbol pergantian status kita.”

Tanpa sadar, Aurora tertawa pelan. Kael mengerutkan keningnya, tak memiliki jawaban tentang alasan Aurora menertawakan jawabannya.

“Ada yang lucu?” tanya Kael.

Aurora menggeleng. Ia mendorong pelan tubuh Kael sampai pria itu tegak lagi. “Aku tidak menyangka kau ternyata puitis juga. Pergantian hari yang diibaratkan dengan pergantian status, aku tidak tahu kau bisa mengucapkan hal itu.”

Wajah Kael memerah sesaat. Entah malu atau marah, Aurora tak bisa memutuskannya. Yang jelas, saat ini ia telah digiring oleh Luther menuju satu kamar yang secara mengejutkan, telah disiapkan Kael untuk dirinya.

“Bersiaplah, Tuan Vireaux tidak suka jika rencananya terlambat. Tidak perlu mengenakan makeup berlebihan, karena ini hanya sebagai syarat saja.” Luther mengatakannya sebelum menutup pintu.

“Aku tahu, Luther. Aku juga tidak memiliki rencana berdandan untuk Kael. Tapi… aku penasaran satu hal.” Aurora kembali menatap kamar bernuansa krem putih dan sedikit corak krem di beberapa furniture nya.

“Apa itu? Tanyakan saja sebelum pintu ini kututup.” Tangan Luther masih menggenggam gagang pintu.

“Sejak kapan kamar ini disiapkan? Dan… gaun itu,” tunjuk Aurora ke atas kasur. “Sejak kapan Kael memilikinya?”

Luther ikut menatap gaun itu sejenak, lalu tersenyum samar. “Sejak Tuan Vireaux memilihmu untuk menjadi istrinya. Sekarang, persiapkan dirimu. Aku harus menjemput Rudolf, pengacara Tuan Vireaux.”

Aurora tak menghalanginya lagi. Ia membiarkan Luther menutup pintu, sementara dirinya berjalan perlahan menuju ke gaun yang telah disiapkan di atas kasur. 

Gaun putih dengan pola sederhana, tapi terlihat sangat elegan. Ada seni di tiap lekukan kainnya, dan Aurora yakin gaun itu pasti berharga sangat mahal. 

Jantungnya berdebar kencang saat tangannya menyentuh gaun itu. Ia tak pernah memikirkan menikah di umurnya saat ini. Lebih tepatnya, ia belum pernah sekalipun memikirkan pernikahan dalam hidupnya. 

Kain satin terasa lembut, putih ivory yang tak terlihat kaku, seakan sedang menggoda Aurora untuk segera mengenakannya.

“Sejak kapan gaun pernikahan menjadi secantik ini?” bisik Aurora, masih menatap lekat-lekat pada gaun itu.

***

Cincin sederhana, terlihat seperti cincin pernikahan pada umumnya, baru saja tersemat di jari manis Aurora. Cincin yang serupa pun telah berada di jari manis Kael, membuat Aurora menahan napasnya sejenak. 

‘Demi apa pun di dunia ini, aku benar-benar telah menikah,’ Aurora membisikkan kalimat itu dalam hati, tepat ketika pendeta mengesahkan pernikahan mereka.

“Bahkan kau bisa memanggil pendeta selarut ini,” gumam Aurora pada Kael yang berdiri di sebelahnya.

Kael terdengar sinis dalam dengusannya. “Apa pun bisa kulakukan, Rora. Bahkan untuk menikahimu pada malam ini.”

“Kenapa aku merasa seperti dijebak olehmu,” bisik Rora, mulai menatap tajam pada Kael.

Kael tersenyum, menoleh dan membalas tatapan Rora dengan gayanya yang selalu mengintimidasi. “Bahkan jika kau merasa seperti itu, tak ada jalan keluar lagi untukmu, Mrs. Vireaux.”

“Ya… ya… aku tahu itu. Tinggal tepati saja semua yang kau janjikan untukku.” Rora dengan tak punya rasa takut menantang sosok di hadapannya, yang bahkan belum ia kenal sama sekali.

Kael menunduk, sangat dekat melewati pipinya. Embus napasnya terasa hangat, meremangkan tubuhnya tanpa ada aba-aba. “Kau selalu bisa memegang ucapanku. Selebihnya, kau hanya perlu untuk menuruti semua ucapanku.”

***

Ketika Aurora merasakan hidupnya terombang-ambing, ia tak pernah mengira akan terdampar di sebuah penthouse mewah dengan pernikahan kontrak yang baru saja ia sepakati. 

Sejak beberapa waktu yang lalu, ia masih berusaha untuk mencerna takdir yang tengah ia jalani. Jika ternyata ini adalah jalannya menuju neraka, well… maka Aurora rasa neraka tak seburuk itu. Ia hanya perlu untuk memegang teguh perjanjian kontraknya dengan Kael agar bisa selamat di dalam neraka ini.

Malam ini, Kael telah membiarkannya untuk tinggal di penthouse miliknya. Ia bahkan memberikan kunci utama dari tempat ini, dan tak ada aturan spesifik, kecuali aturan untuk tidak pernah membuka ruangan di ujung lorong.

Tak menjadi masalah menurut Aurora. Karena memang ia tak ingin masuk ke sana, dan ia pun tak memiliki kuncinya. Ia hanya perlu mondar-mandir dari kamarnya ke dapur. Selebihnya, ia tak peduli.

Namun, Aurora tak pernah mempertimbangkan tentang hal-hal lain yang bisa saja terjadi tanpa ia inginkan. Tepat ketika ia akan kembali dari dapur untuk tidur, tiba-tiba saja terjadi pemadaman listrik yang sebelumnya tak pernah terjadi di gedung itu. 

Aurora membeku, dari semua hal yang tidak ia sukai di dunia ini, gelap adalah salah satunya. Namun ia menahan diri untuk tidak berteriak. Baru malam pertama di tempat ini, ia tak boleh bertingkah jika tak ingin ditendang Kael ke jalanan.

Langkahnya pelan, tangannya meraba apa pun yang ada di hadapan dan sekitarnya. Ia mencoba mengingat jalan menuju kamarnya menggunakan insting. Ia yakin sekali dengan arah yang sedang ia tuju.

“Ah, ketemu,” ujarnya, ketika berhasil menggenggam gagang pintu. 

Tanpa bicara lagi, ia mendorong pintu, dan masuk tanpa ada pikiran lain. Ia terus melangkahkan kakinya, sampai ujung kaki menendang pelan ranjang. Dan tanpa memikirkan apa-apa lagi, ia segera menghempaskan badannya di kasur, sampai detik selanjutnya ia kembali menegang. 

Bukan karena gelap atau hening yang mencekam, melainkan karena ia menindih tubuh seseorang yang mengerang kesal karena ulahnya.

“Jadi, Rora… kau yakin mau tidur denganku malam ini?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   8. Ruang Rahasia

    Rasa penasaran Aurora terus bertumbuh, tak sebanding dengan larangan Kael yang hanya sekali diucap, tapi jelas dengan nada tajam, seolah pria itu akan memenggal Aurora jika melanggarnya. Ruangan di ujung lorong itu—yang katanya terlarang—semakin terasa seperti magnet yang menarik langkahnya, sedikit demi sedikit.Ah, ya… dia belum pernah membahas tentang hal ini. Di dalam penthouse milik Kael, ada satu ruangan yang selalu tertutup rapat—terkunci. Tak ada satu pun penjelasan, tak ada alasan. Hanya satu hal yang Kael tegaskan, ‘Jangan pernah membukanya!’Dan justru itu, Aurora semakin ingin tahu apa yang disembunyikan pria itu. Tak mungkin tanpa alasan jika ruangan itu terlarang baginya, kan?Sore ini tak ada siapa pun di penthouse. Kael? Seperti biasa, pria itu selalu berada di kantornya pada jam segini. Aurora memiliki banyak waktu untuk dirinya sendiri, tak ada hal yang harus ia lakukan untuk saat ini—atau mungkin untuk beberapa selanjutnya—sebagai istri seorang Kael Vireaux.Seakan

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   7. Gala Pertama di Mirador Heights

    Seharusnya Aurora memang sudah sepatutnya untuk curiga dengan ajakan makan malam Kael yang tiba-tiba. Tak hanya sekadar makan malam, tapi pria itu telah menyulap Aurora menjadi sosok nyonya besar Vireaux dengan semua hal yang kini melekat di tubuhnya.Gaun satin hitam yang membentuk lekuk tubuh Aurora, tapi dengan potongan model yang membuatnya terlihat sangat elegan. Rambutnya pun telah ditata oleh pemilik salon—disanggul rendah dengan aksen kepang dan beberapa helaian rambut dibiarkan jatuh di sisi wajah. Makeup-nya pun dibuat secantik mungkin—fokus di bagian mata dan bibir, memberi kesan bold-glam yang memberi kesan tegas dan misterius. Tak hanya itu, Kael bahkan telah menyiapkan heels stiletto hitam dengan detail kristal di ujungnya. Ini bukan hanya makan malam, tapi Kael mengajak Aurora ke sebuah acara gala amal besar. “Seharusnya kau bisa memberitahuku pagi tadi, atau siang, atau sore juga tidak masalah biar aku bisa siap-siap!” dengus Aurora, begitu ia selesai dengan make ove

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   6. Dinding Es yang Retak

    Menjalani kehidupan sebagai seorang istri dalam pernikahan kontrak ini, nyatanya tidak terlalu sulit seperti yang dibayangkan sebelumnya. Ia hanya perlu mencoba untuk menjaga jarak dengan Kael, karena ia masih memikirkan tentang foto ibunya yang ia temukan di laci bawah lemari buku.Sebenarnya itu bukan hal yang besar bagi Aurora. Sejujurnya ia tak memiliki emosi untuk itu. Keberadaan ibunya hanya sebatas ia mengetahui bahwa ia lahir dari rahim wanita bernama Isabelle, dan setelah itu… ia bahkan tak pernah mendapatkan kasih sayangnya.Isabelle menikah dengan Matthew Vallen adalah karena sebuah kesalahan. One night stand, dan harus menikah karena mengandung dirinya. Selebihnya, Isabelle tak pernah mencintai Matthew. Benci? Well, Aurora bohong jika mengatakan tidak pernah membenci ibunya. Apalagi ketika di masa remaja ia mengetahui bahwa ibunya meninggalkan dirinya dan suaminya pada waktu itu karena seorang pria yang datang tiba-tiba di kehidupannya, lalu mereka menjalin cinta terlara

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   5. Luka Lama dan Awal Misteri

    “Apakah aku harus memelukmu?” bisik Kael, tepat di sebelah telinga Aurora. Helaan napasnya yang sedikit berat terasa menyapu tengkuk Aurora.“Tidak!” Aurora menarik dirinya cepat, sampai hampir terjengkang. Kael dengan cepat menarik lengan wanita itu dan menahannya. Detak jantung Aurora semakin cepat, nyaris melompat dari dadanya.“A-aku… aku tidak tahu kalau ini kamarmu. Aku yakin masuk ke kamarku!” Suara Aurora naik satu oktaf karena panik. Ia berusaha menjelaskannya dengan cepat, tak ingin Kael salah paham.“Rupanya kau pandai beralasan.” Kael melepaskan genggamannya, suaranya berat dan serak—sisa dari tidur yang baru saja terbangun.“Bukan begitu! Sudah kubilang aku tidak tahu kalau ternyata aku masuk ke kamarmu. Lampunya padam, aku tidak bisa melihat dengan benar ketika gelap, dan… aku belum hafal dengan lorong di tempat ini dan—”“Kau berakhir menindihku,” ujar Kael lagi, dengan nada menggoda.Aurora tak bisa mendebatnya. Pada kenyataannya, ia memang telah menindih Kael tanpa a

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   4. Pernikahan Tanpa Rasa

    “Malam ini??” Aurora benar-benar berteriak, membuat Luther yang dari tadi berdiri di dekat pintu penthouse menoleh cepat.“Lebih cepat lebih baik, Rora. Kau sudah mengulur banyak waktu untuk keputusan ini. Jadi, saat ini kau hanya perlu mengikuti semua aturanku.” Suara Kael dingin, tak memiliki celah untuk dibantah.Jemari Aurora saling meremas, menyembunyikan gemetar yang seketika ia rasakan. Ia memang menyetujui untuk menikah dengan Kael, tapi… ia tak pernah menyangka akan secepat itu. “Maksudku, bagaimana persiapannya? Aku tidak memiliki apa-apa untuk pernikahan.” Aurora berusaha menyembunyikan ketegangannya.Kael tertawa kecil. Ia berdiri, merapikan rambutnya sebentar, kemudian mendekat pada Aurora yang masih duduk. Tubuh Kael menunduk ketika berada di hadapan Aurora, menghilangkan jejak yang sejauh ini berhasil terjaga.“Aku sudah menyiapkan semuanya. Luther akan mengantarmu ke kamar, dan kau bisa bersiap untuk pernikahan kita.” Kael menoleh sejenak ke arah jam dinding, empat j

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   3. Jalan Buntu dan Kontrak Pernikahan

    Aurora kembali ke penginapan yang telah menampungnya selama beberapa hari. Ia masih merasakan kesal dengan sikap dan tawaran dari Kael yang seakan begitu menjatuhkan harga dirinya.Sling bag yang masih menggantung di badannya, kini ia raih dan dilempar kuat ke atas kasur. Umpatan kecil lolos dari mulutnya.“Dia kira siapa dirinya? Seenaknya saja memutuskan jalan hidup orang lain. Aku memang butuh uang, tapi aku tidak serendah itu!”Ketukan halus menghentikan omelannya. Ia menghela napas, merapikan anak rambutnya yang berantakan, lalu berjalan mendekati pintu. Saat pintu terbuka, pemilik penginapan telah berdiri di hadapannya.“Selamat sore, Nona Vallen. Maaf, aku mendapat laporan jika pembayaran kamar untuk dua hari kemarin belum kami terima. Jika sampai malam ini kau tidak membayarnya, maka kau harus pergi dari penginapan ini.”Aurora terdiam. Ia memang hanya membayar untuk dua hari awal ia menginap. Selebihnya, ia belum membayarnya karena beranggapan bahwa sebentar lagi ia pasti aka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status