Share

Bab 5 Milik Kalian Berdua

Setelah kejadian tadi di Toko Ice Cream, Vindy hanya diam saja tidak ada pembicaraan apa-apa dari ketiganya. Baik Amilia, Vindy, dan Alland semuanya hening. Amilia menatap kedua kakak-kakaknya, dan dia sedang memikirkan sesuatu agar kedua kakaknya itu saling berbincang-bincang satu sama lain. Tak lama kemudian Amilia tersenyum tipis, karena dia telah menemukan ide yang bagus. Amilia mengambil Tablet miliknya lalu bermain game, Vindy mulai tertarik dengan apa yang dimainkan oleh seorang gadis berusia 12 tahun itu. Alland juga mulai tertarik dengan kedua gadis dihadapannya, Amilia bersorak gembira dalam batinnya dan dia mulai mematikan tabletnya. Alland dan Vindy langsung diam seketika, lalu menatap Amilia.

"Ami. Kenapa dimatikan gamenya?" tanya Vindy.

"Bosan kakak. Bagaimana kalau kita main di tempat lain saja?" balas Amilia.

"Mau main di mana? Apa mau ke Toko Bunga," ujar Alland.

Amilia menggeleng pelan, Vindy jadi gemas dan memeluk erat Amilia. Amilia tersenyum dan membalas pelukan Vindy.

"Kita pulang ke Mansion saja kakak. Aku akan menentukan permainannya ketika sampai," balas Amilia.

"Ya baiklah," ujar Alland tenang.

Amilia mulai mengantuk dan tanpa sadar tertidur dipangkuan Vindy. Vindy mengusap lembut rambut Amilia, dia sangat menyayangi adik dari Alland pria yang diam-diam telah merebut hati serta perhatiannya.

”Sini biar aku yang menggendong," ujar Alland.

"Jangan, Tuan. Biarkan saja Amilia tidur dipangkuan ku," sahut Vindy.

"Kita saat ini tidak berada di Kantor, Amilia. Panggil saya dengan nama saja," ujar Alland.

"Baiklah, Alland."

"Good," ujar Alland.

Tak terasa mereka sudah memasuki halaman Mansion Allard Edbert Edric, Vindy terpesona dengan kemegahan dan kemewahan Mansion keluarga dari Owner Perusahaan Harrison Corporation. Vindy tersadar dari rasa kagumnya, karena Alland tiba-tiba menyentuh bahunya untuk membuatnya tersadar.

”Kamu punya kebiasaan melamun ya?" tanya Alland.

”Tidak Alland. Aku tadi hanya kagum saja," balas Vindy dengan jujur.

Alland atau Erland tidak menyukai kebohongan dan sangat benci bila dibohongi. Bekerja dengan Alland diharuskan untuk jujur serta terbuka.

"Ayo masuk karena sebentar lagi kita makan siang. Daddy dan Mommy sudah menunggu kita," ujar Alland.

Alland membuka pintu untuk Amilia dan Vindy, setelah kedua gadis itu keluar kini giliran dirinya.

"Ayo masuk," ujar Alland.

Alland menggenggam tangan Vindy, Amilia sangat senang luar biasa. Saat sampai di depan pintu, pintu langsung terbuka lalu keluarlah Tuan dan Nyonya besar Edric.

"Selamat siang Daddy, Mommy," sapa ketiganya secara bersamaan.

”Selamat siang juga nak. Silahkan masuk kita makan siang dahulu," sahut Allard.

Allard memperhatikan tangan Alland dan Vindy yang saling menggenggam, lalu dia melirik kearah Amilia agar berjalan bersamanya.

Allard menatap Carlina dan mereka saling melemparkan senyuman.

"Ayo masuk. Aku sudah lapar," ujar Amilia.

Allard dan Carlina saling menggenggam, lalu mereka pun memutuskan untuk masuk. Saat ini mereka sudah duduk di tempat masing-masing, di ruangan itu ada Allard sebagai kepala keluarga beserta Carlina pendampingnya, Alvian, Alland, Vindy, dan Amilia juga hadir. Alvian hanya menatap sinis kepada Alland.

"Aku hanya ada di sini seminggu sekali, kau tidak perlu memandang sinis kepadaku. Diriku tidak akan lama dan hanya ingin mengambil barang-barang penting milikku saja!" tegas Alland.

"Aku juga kemari atas perintah Daddy dan Mommy."

"Alvian sudahlah. Jangan memancing keributan!" tegas Allard.

Alvian palsu hanya menghela nafas panjang, tanpa sadar mengepalkan tangannya.

Setelah makan siang selesai, Carlina mengajak Vindy untuk mengunjungi kamar Alland.

Sesampai di kamar Alland...

Carlina membukakan pintunya, Vindy terpesona kembali dengan kamar Alland yang di dominasi dengan warna Hijau, Putih, dan Biru.

"Ayo masuk nak," ujar Carlina.

Vindy pun masuk ke dalam dan Carlina menutup pintunya.

"Kamar ini sangat indah ya Mommy. Sangat terawat dan wangi," ujar Vindy.

"Kamu benar nak. Alland menyukai kebersihan dan keindahan sejak kecil. Dia sangat sederhana dan tidak suka menonjolkan kekayaan miliknya," jelas Carlina.

Vindy semakin kagum dengan Alland, pria yang diam-diam dia cintai.

"Kamu tahu nak. Alland menyukai wangi mint untuk parfum favoritnya," ujar Carlina.

"Aku juga menyukai aroma mint Mommy," sahut Vindy.

"Benarkah?" tanya Carlina dengan nada lembut.

"Benar, Mommy. Aku tidak berbohong karena tidak suka berbohong dan dibohongi,” balas Vindy.

Carlina tersenyum bahagia dan mengusap rambut hitam halus milik Vindy.

"Suatu saat jika kalian berjodoh dan menikah nantinya, kamar ini akan menjadi *milik kalian berdua*."

Carlina tersenyum hangat membayangkan hal itu terjadi.

"Sebentar ya nak. Mommy akan memperlihatkan sesuatu yang berkaitan dengan masa kecil Alland," ujar Carlina.

Carlina pun bangkit, membuka lemari, dan mengambil peti emas berukuran sedang.

"Di dalam peti ini. Ada beberapa barang yang disukai oleh Alland,” ujar Carlina.

"Apa aku boleh membukanya?" tanya Vindy.

"Tentu saja nak. Saat kalian pulang nanti bawalah peti ini," balas Carlina.

Vindy membuka peti emas tersebut dan dia sangat terkejut dengan isinya. Setelan pakaian khas Kerajaan dilengkapi mahkota, pedang, dan perhiasannya.

”Sepertinya aku kenal dengan pakaian ini. Apakah Raja kecil itu kamu Alland?" tanya Vindy dalam hati.

Vindy tersenyum kecil membayangkan masa kecilnya, yang penuh dengan keindahan. Tak lama kemudian pintu kamar terbuka, Alland masuk dan terkejut karena Vindy menyentuh kostum Raja miliknya.

"Vindy. Bawa barang itu ke bagasi mobil ya. Benda-benda itu adalah kenangan terindahku," ujar Alland.

Vindy mengangguk dan tersenyum tipis.

"Mommy. Aku kira kau sudah membuangnya ketika Daddy mengusirku saat lumpuh,” ujar Alland.

"Tentu saja tidak nak. Semua kenangan mu tetap aman di kamar ini. Mommy sudah merawatnya agar tidak rusak," ujar Carlina.

"Terimakasih, Mommy. Aku sangat menyayangimu," ujar Alland.

Alland langsung memeluk Carlina dengan erat, disaksikan oleh Vindy yang merasa sangat terharu dengan kehangatan Alland dan Ibunya.

"Mommy. Aku dan Vindy harus kembali ke Mansion diriku. Kami akan datang lagi nanti," pamit Alland.

"Mommy. Kami pamit ya," ujar Vindy.

"Rasanya baru sebentar kalian di sini. Anak-anak Mommy sudah mau pergi lagi," ujar Carlina sedih.

Vindy memeluk erat Carlina, dan mencium pipinya dengan lembut.

"Aku akan datang lagi Mommy. Jaga dirimu baik-baik ya," ujar Vindy.

Carlina mengecup kening Vindy dan juga putranya Alland.

"Kalian hati-hati ya. Jangan lupa pamitan pada Daddy Allard," ujar Carlina.

"Baik Mommy. Kami pamit dulu," ujar Alland dan Vindy.

Carlina pun mengantarkan Alland dan Vindy menemui Allard. Saat ini Allard sedang asik dengan ponsel miliknya, mengambil alih pekerjaan yang selama ini diabaikan oleh Alvian palsu.

Carlina menatap kedua anaknya dan tersenyum.

"Daddy," ujar Vindy.

Allard melirik kearah Carlina, Alland, dan Vindy.

"Daddy. Kami ingin pamit untuk pulang,” ujar Alland dan Vindy.

"Apa? Pulang kemana bukankah ini juga rumahmu," ujar Allard.

"Aku dan Vindy punya tugas masing-masing serta Mansion sendiri Daddy. Jadi kami harus segera kembali," balas Alland.

Allard paham maksud Alland, putranya itu seakan-akan ingin menjauh darinya sejak dirinya mengusir Alland.

"Baiklah. Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Allard.

Alland dan Vindy pun pergi, baru beberapa langkah berjalan. Tiba-tiba...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status