Share

5

Author: Atdriani12
last update Last Updated: 2024-09-23 20:54:40

Wiliam segera mencari kunci cadangan untuk masuk ke kamar Gisella. Akhirnya, setelah beberapa saat, pria itu berhasil menemukan uncinya. Aduh, tamatlah riwayat Gisella! Sementara itu, gisella di dalam tengah sibuk menjelajahi isi kamar dan membuka lemari. Dia tidak menemukan hal yang menarik. Bahkan, baju-baju Gisella sangatlah kuno dan monoton. Mungkin itu juga alasan Gisella tidak tertarik padanya.

Tak lama kemudian, tiba-tiba pintu kamar terbuka sempurna. Terlihat Wilian masuk dan berjalan dengan cepat. Wajahnya memerah, begitu pun matanya. Tatapan gisella langsung beralih ke arah pria itu. Dia langsung merasa takut sekarang. Mulut bodohnya itu harusya tidak berbicara dengan

lancang.

"Menarik sekali! Aku baru tahu, selain tingkahmu yang membuatku muak, mulutmu itu juga kurang

ajar!" Wiliam berjalan mendekati Gisella yang berdiri bak patung di depan lemari. Nyali gadis itu sudah menciut sekarang.

"Kenapa diam?" tanya Wiliam sambil menunjukkan smirk yang menakutkan. Dirinya sudah berada tepat di  depan gisella sekarang. Lalu tanpa aba-aba, dia mencengkram pipi gadis itu dengan kuat.

"Di mana mulut kurang ajarmu sekarang yang tadi bersuara?! Oh, bisu tampaknya!" ujarnya lagi dengan nada yang mematikan. Namun, Gisela yang berjiwa gadis labil melepaskan cengkraman tersebut dengan paksa.

"Kau bertanya di mana mulutku? Ini!" jawabnya sambil menunjuk ke arah bibirnya sendiri. Aduh, polos sekali jawabannya! Wiliam tidak mengerti lagi permainan apa yang sedang dimainkan oleh istrinya. Apa gadis itu sengaja berubah agar dia memperhatikannya?

"Cukup! Sudahi saja permainanmu! Jangan membuatku bertambah muak!" teriak pria itu di depan wajah Gisella.

"Oh ayolah, Tuan! Memangnya kau melihat ada papan permainan di sini? Atau papan monopoli

mungkin? Tidak, kan? Jadi jelas, sekarang bukan waktunya bermain," Gisella mencoba menjelaskan dengan tenang, walaupun jantungnya tengah berdisko ria di dalam.

"Dasar bodoh! Apa otakmu itu hilang?!" ujar Wiliam sambil mendorong tubuh Gisella dengan keras. Akan tetapi, gadis itu langsung memegang bahu pria tersebut, sampai akhirnya mereka pun jatuh bersamaan. Mata hazel dari Gisella langsung bertemu dengan mata biru samudera milik Wiliam.

Jarak mereka berdua sangat dekat, mungkin 1 cm lagi bibir mereka akan menyatu. Mata tajam Wiliam

menatap mata hazel teduh milik istrinya. Lalu, tatapannya beralih menelusuri setiap inci wajah Gisella, dengan saksama. Dia bisa melihat bibir gadis itu yang merah alami, pipinya merona, dan bulu mata lentiknya. Hal tersebut membuatnya terlihat sempurna. Cantik, batin Wiliam.

Namun, dia segera mengenyahkan pikiran bodoh yang baru saja terlintas di benaknya itu. Lalu, Wiliam pun mencoba berdiri sambil merapikan kemeja yang dikenakannya. "Apa kau sudah gila?! Kau berani menarikku?!" tanyanya dengan nada marah.

Punggung Gisella rasanya sakit sekali. Dia tidak membayangkan bagaimana rasanya jadi Gisella yang asli dalam novel. Memikirkannya saja membuat dirinya bergidik ngeri.

"Salah kau sendiri kenapa mendorongku? Aku refleks kan jadinya," bela gisella dengan tenang sambil berusaha berdiri. Namun, jawabannya barusan malah membuat emosi Wiliam tersulut kembali. Tapa aba-aba, pria tersebut langsung menjambak rambut Gisella.

"Kau berani menjawabku?! Sekarang berani kau?!" ujarnya lantang karena emosinya sudah di ujung

kepala. Entah mengapa gadis ini sekarang berani sekali membantahnya.

"Sakit! Aku kan punya mulut! Jadi, terserah diriku mau berbicara atau tidak!" teriak gisella, lalu mendorong tubuh suaminya hingga jambakan di rambutnya berhasil terlepas. Gisella putri yang berada di dalam tubuh gisella almaita sudah tidak tahan. Akhirnya, dengan tarikan napas dalam dia mengucapkan, "Aku minta cerai!" Sudah kuturuti apa yang kau mau bukan? Setelah ini hidupku pasti jauh lebih baik dan Gisella akan bebas dari kisah tragis dalam novel sialan ini, batinnya dalam hati.

Cerai adalah kata yang ingin wiliam dengar darimulut gisella selama ini. Akan tetapi, mengapa semuanya terasa berbeda sekarang? Kata itu memang keluar, tapi bukannya senang, Wiliam malah makin emosi. Apa yang terjadi dengan dirinya ini?

"Apa kau bilang? Cerai?!" tanyanya dengan lantang. Gisella pun mengangguk sebagai tanda jawaban. Akhirnya, kata keramat yang tidak pernah diucapkan oleh sang pemeran utama wanita, sekarang gisella mewakilinya untuk berucap itu. Jiwa gisella yang asli harus merasa bangga padanya.

Tiba-tiba, Wiliam mendekat ke arah Gisella. Dia menarik tangannya dan membisikkan sesuatu tepat di telinga gadis itu. "Dengar ini, aku tidak akan pernah menceraikanmu! Aku ingin kau terus hidup bersamaku dalam lembah kesengsaraan yang sudah kupersiapkan dengan matang! Jika kau mengucapkan hal itu lagi, aku tak segan-segan akan menhadapinya, mencekikmu seperti sebelumnya, kau paham?!" geram pria itu dengan nada rendah dan penuh penekanan Mendengar hal tersebut, gisella mengerjapkan matanya. Mau apa sebenarnya pria iblis ini? Dalam novel dia menyiksa gisella karena wanita itu tidak ingin bercerai. Lalu, sekarang? Sudah minta cerai malah tidak boleh! Selain sifatnya yang seperti iblis, otanya juga kosong melompong! Batinnya dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak dalam Tubuh Istri CEO yang Tak Diinginkan   53 TAMAT

    Di sebuah tempat yang bahkan tidak tercatat dalam peta Swiss, seorang pria duduk di atas ranjang, mengenakan hoodie gelap dan syal tipis untuk menutupi sebagian wajahnya. Wajah itu sudah tidak asing, meskipun kini lebih kurus dan ada bekas luka samar di pipi kirinya.Wiliam.Ia tidak mati. Ia hanya disembunyikan, dijauhkan, agar para musuh yang masih tersisa percaya bahwa semuanya telah selesai. Tapi bagi Wiliam, semuanya belum berakhir. Masih ada satu hal yang belum ia lakukan: mengembalikan kebahagiaan Gisella dan membimbing Arxavie.Pintu kamar diketuk.“Masuk,” ucap Wiliam, tanpa menoleh.Suara langkah pelan terdengar. Dan detik kemudian, suara yang sudah lama ia rindukan akhirnya memecah udara.“Kalau kau ingin tetap menyamar, setidaknya jangan memakai parfum khasmu.”Wiliam membeku.Perlahan ia menoleh.Gisella berdiri di sana. Mengenakan mantel putih, rambutnya kini lebih panjang, dan matanya—mes

  • Terjebak dalam Tubuh Istri CEO yang Tak Diinginkan   52

    Kuil Valerium, 06:33 AMMatahari belum sepenuhnya terbit. Kabut dingin masih menggantung di antara pilar-pilar batu kuno Valerium.Namun di tengah aula utama, tiga sosok sudah berdiri: Wiliam, Gisella, dan Arxavie. Ketiganya menatap ke depan, pada dinding batu besar yang menjulang tinggi dengan ukiran aneh yang memancarkan cahaya keemasan samar.Itulah Pintu Eden.Bukan sembarang pintu. Tapi sebuah gerbang kuno yang hanya akan terbuka oleh “yang membawa darah dua dunia”—mereka yang lahir dari garis manusia dan keturunan purba.Arxavie berdiri di tengah, antara kedua orang tuanya. Ia menatap pintu besar itu, lalu menengadah pada ayah dan ibunya.“Apa... aku bisa?” bisiknya.Wiliam mengangguk pelan. “Kau anak kami, Arxavie. Kau lebih dari cukup.”Gisella menggenggam tangannya. “Apa pun yang terjadi nanti, kami bersamamu.”Arxavie menelan ludah. Kemudian, ia berjalan perlahan ke depan, mengikuti pola cahay

  • Terjebak dalam Tubuh Istri CEO yang Tak Diinginkan   51

    Wiliam duduk memandangi langit dari jendela kaca. Napasnya berat, dadanya sesak. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya—ia benar-benar merasa seperti ayah... dan gagal.Langkah kaki lembut terdengar dari belakang. Gisella masuk perlahan, tubuhnya dibalut jubah Valerium yang hangat, tapi matanya masih menyimpan banyak luka.Ia berdiri diam di dekat Wiliam.“Apa kau... masih akan tetap diam?” tanyanya pelan. Suaranya nyaris patah.Wiliam tidak langsung menjawab. Hanya memejamkan mata. Hanya suara detak jantungnya sendiri yang menggema dalam kepala.“Kalau aku mulai bicara... aku takut semuanya akan runtuh,” katanya akhirnya. “Kau. Aku. Arxavie. Dan semua yang sudah kita pertahankan selama ini.”Gisella tertawa kecil. Pahit.“Semuanya sudah runtuh sejak hari kau memilih menghilang dan membiarkanku menangis di depan makam kosong.”Ia duduk di kursi sebelahnya.“Kenapa, Wiliam? Kenapa kau lakukan itu? Kenapa k

  • Terjebak dalam Tubuh Istri CEO yang Tak Diinginkan   50

    Lokasi: Valerium, kota tersembunyi di bawah lapisan es abadi di Pegunungan Ural.Waktu: Hari ke-5 sejak Arxavie menghilang.❄️ Scene: Pintu Gerbang ValeriumUdara di sini membeku seperti kematian. Arxavie berjalan perlahan menuruni tangga batu yang dipahat dari dinding-dinding es ribuan tahun lalu. Gema langkah kakinya beradu dengan keheningan yang ganjil—sunyi, namun seolah banyak mata tak kasat mata yang memperhatikan.Di hadapannya, sebuah pintu raksasa dengan simbol bercahaya: sebuah mata dengan dua lingkaran dan satu panah menembus dari bawah."Yang membawa darah Cahaya Terakhir, hanya dia yang boleh masuk."Tangan Arxavie menyentuh permukaan pintu. Dan saat itu juga, pintu batu itu bergetar, lalu terbuka sendiri. Cahaya biru menyelimuti tubuh Arxavie sejenak, dan dunia berubah. Ia masuk ke dimensi lain—sebuah ruang antara waktu dan kenyataan.🌀 Scene: Kota Tanpa WaktuDi dalamnya, Arxavie melihat bangunan-bangunan transparan

  • Terjebak dalam Tubuh Istri CEO yang Tak Diinginkan   49

    Lokasi: Pegunungan Alpen, Swiss. 5 Tahun Setelah Insiden Prilly.Waktu: 06:00 PagiEmbun masih menggantung di dedaunan saat cahaya fajar menyusup dari balik kabut tebal. Di sebuah rumah kayu yang berdiri di ketinggian hampir 3.000 meter dari permukaan laut, suasana damai terasa mengisi udara. Di sinilah keluarga kecil itu tinggal—Gisella, Wiliam, dan Arxavie.Arxavie kini telah berusia 9 tahun. Tak lagi bocah lemah dan rapuh, kini ia tumbuh sebagai anak yang tenang, cerdas, dan... anehnya terlalu bijak untuk anak seusianya. Kadang, bahkan Wiliam merasa ia sedang berbicara dengan seseorang yang jauh lebih tua.Pagi itu, Wiliam tengah menyeduh kopi. Gisella berdiri di dekat jendela, melihat Arxavie yang duduk di tepi danau, bermeditasi. Mata anak itu tertutup, tangannya terbuka, dan udara di sekitarnya perlahan membentuk kristal es, meski matahari mulai naik.“Dia melakukannya lagi,” gumam Gisella, lirih.Wiliam ikut menatap. Lalu menar

  • Terjebak dalam Tubuh Istri CEO yang Tak Diinginkan   48

    Lokasi: Markas Cadangan Seraphim (bunker bawah tanah milik Wiliam) Waktu: Pukul 03:12 dini hari Gisella duduk di sisi tempat tidur Arxavie yang kini tertidur pulas setelah sempat mengalami kejang aneh. Di dalam tidur itu, tubuh anak itu tampak tenang… tetapi di balik kelopak matanya yang terpejam, matanya bergerak cepat—tanda mimpi yang terlalu dalam, terlalu jauh… terlalu nyata. Gisella meremas selimutnya kuat-kuat. Perasaannya gelisah sejak ledakan gudang tadi malam. Wiliam selamat. Tapi belum juga menghubungi langsung. Padahal... dia berjanji akan langsung datang. Tiba-tiba, lampu ruangan berkedip. Suara gemuruh lembut terdengar seperti getaran tanah jauh di bawah. Gisella menoleh ke monitor keamanan. Semua kamera di sektor D... padam. "Frey! Apa yang terjadi?" Gisella berteriak ke arah bodyguard wanita yang berjaga. Wanita itu segera meraih headset. "Ada gangguan sinyal. Seperti…

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status