Meninggal akibat kecelakan mobil, Gisella tidak menyangka akan hidup kembali sebagai istri angkuh dan jahat bernama sama di sebuah novel yang pernah dibacanya. Bahkan, berakhir tragis di tangan William, sang suami. Lantas, bagaimana Gisella yang sekarang, bertahan? Belum lagi, kepribadian tokoh "Istri William" ini sangat bertolak belakang dengan kepribadiannya!
View MoreGara-gara novel yang dibelikan oleh bibinya 2 minggu lalu, Gisella jadi tidak mood untuk melakukan hobinya itu lagi.
Awalnya, gadis pendiam dan pemalu itu membacanya dengan santai dan sepenuh hati. Akan tetapi lama-kelamaan, adegan yang ada di dalam novel berjudul "Giselle" yang sama dengan namanya itu membuat suasana hatinya memburuk!
Alur ceritanya sama dengan novel pada umumnya, tentang percintaan. Lebih tepatnya, kisah cinta Gisella almaira yang menikah dengan Wiliam Kusuma dari hasil perjodohan perjodohan. Hanya saja yang membedakan adalah jalan cerita dan karakter tokohnya yang agak-agak.Wiliam yang berhati dingin dan tempramental, kerap menyiksa Gisella' dengan kata-kata pedas. Bahkan, main fisik.
Alasannya? William ingin istrinya merasa tersiksa hingga meminta pisah.Demikian, Wiliam bisa menikahi sang pujaan hati.
Sayangnya, Gisella tidak ingin melakukan hal tersebut karena dirinya mencintai Wiliam dengan tulus dan bertekad untuk membuat pria itu mencintainya.
Suatu hari, Wiliam pulang dalam keadaan mabuk dan dirinya tidak sengaja melakukan hubungan seksual dengan 'Gisella.' Akan tetapi, pria itu malah menyesalinya. Hal tersebut membuat Gisella merasa benci dan sedih. Apakah dia sangat buruk di mata suaminya sendiri sampai-sampai pria itu jijik setelah melakukan hubungan tersebut?
Tapi siapa sangka, hubungan satu malam itu ternyata membuahkan hasil. Gisella dinyatakan hamil. Dia sangat senang dan memberitahukan berita tersebut pada Wiliam.Namun, apa yang terjadi diluar dugaan. Wliliam murka dan tidak mengakui anak tersebut sebagai ananya. Bahkan, dia menuduh Gisella telah berselingkuh.
Kebencian yang ada di hati Gisella pun memuncak. Akhirnya, kepribadiannya pun berubah. Tidak ada lagi kelembutan dalam hatinya. Tidak ada lagi air mata yang menggenangi pipinya saat disiksa oleh Wiliam. Ambisinya sangat kuat untuk menghancurkan Wiliam dan selingkuhannya. Namun, naas. Gisella terbunuh dan pelakunya adalah suaminya sendiri. Wanita itu diberikan susu ibu hamil oleh Wiliam dengan dalih meminta maaf karena perkataannya yang kasar selama ini. Sayangnya, susu tersebu sudah dicampuri racun.Akhir kisah yang menyedihkan, bukan?
Makanya, Gisella jadi tak mood membaca novel manapun.
Ting!
Lampu merah berubah menjadi hijau. Melihat itu, Gisella terus berlari agar dia bisa cepat sampai rumah.Khawatir bunya marah jika dirinya pulang terlambat.
Namun tiba-tiba, saat melihat ke arah jalan raya, matanya melihat seorang nenek-nenek yang hendak menyebrang tanpa melihat jalan.
Dari arah kanan, ada sebuah mobil sedan berwarna putih yang melaju kencang dan hendak menabrak nenek tersebut.
"Awas, hati-hati!" teriak gadis itu sambil berlari untuk menyelamatkan sang nenek. Dia memeluk nenek tersebut. Namun saat hendak berlari kembali, dirinya kalah cepat dengan sebuah truk.Bruk!
Akhirnya, Gisella yang tertabrak dan terpental beberapa meter dari tempat kejadian. Sang nenek selamat, tapi tidak dengan Gisella.Orang-orang langsung berkerumun untuk menyelamatkannya. Namun, sia sia. Gisella pergi untuk selama-lamanya.
Kegelapan melingkupi gadis itu dengan cepat, sampai cahaya putih yang aneh menyelimuti penglihatannya.
Dalam perjalanannya menuju alam lain, Gisella berdoa. "Aku tidak ikhlas dengan kepergianku, Tuhan. Hidupkan aku kembali! Di mana pun terserah, aku tidak mengapa. Yang penting aku belum ingin mati!"
Seolah dapat mendengar, Nenek yang diselamatkan oleh Viera tiba-tiba menangis kencang. Suara petir bergemuruh dan kilatan cahaya memenuhi langit. Kemudian, nenek tersebut memeluk tubuh gadis yang telah menyelamatkanya dengan erat. ***Indonesia || 13:03 PMCukup lama dirinya berpikir dan tiba-tiba matanya membulat sempurna.
"Aaaaaa!" teriaknya histeris.
Gisella ternyata telah merasuki karakter novel yang hidupnya berakhir dengan tragis.
Lelucon macam apa ini?
Seharusnya saat menjemput ajal tadi, dia berdoa setengah-setengah. Begini, kan jadinya?!
Di sebuah tempat yang bahkan tidak tercatat dalam peta Swiss, seorang pria duduk di atas ranjang, mengenakan hoodie gelap dan syal tipis untuk menutupi sebagian wajahnya. Wajah itu sudah tidak asing, meskipun kini lebih kurus dan ada bekas luka samar di pipi kirinya.Wiliam.Ia tidak mati. Ia hanya disembunyikan, dijauhkan, agar para musuh yang masih tersisa percaya bahwa semuanya telah selesai. Tapi bagi Wiliam, semuanya belum berakhir. Masih ada satu hal yang belum ia lakukan: mengembalikan kebahagiaan Gisella dan membimbing Arxavie.Pintu kamar diketuk.“Masuk,” ucap Wiliam, tanpa menoleh.Suara langkah pelan terdengar. Dan detik kemudian, suara yang sudah lama ia rindukan akhirnya memecah udara.“Kalau kau ingin tetap menyamar, setidaknya jangan memakai parfum khasmu.”Wiliam membeku.Perlahan ia menoleh.Gisella berdiri di sana. Mengenakan mantel putih, rambutnya kini lebih panjang, dan matanya—mes
Kuil Valerium, 06:33 AMMatahari belum sepenuhnya terbit. Kabut dingin masih menggantung di antara pilar-pilar batu kuno Valerium.Namun di tengah aula utama, tiga sosok sudah berdiri: Wiliam, Gisella, dan Arxavie. Ketiganya menatap ke depan, pada dinding batu besar yang menjulang tinggi dengan ukiran aneh yang memancarkan cahaya keemasan samar.Itulah Pintu Eden.Bukan sembarang pintu. Tapi sebuah gerbang kuno yang hanya akan terbuka oleh “yang membawa darah dua dunia”—mereka yang lahir dari garis manusia dan keturunan purba.Arxavie berdiri di tengah, antara kedua orang tuanya. Ia menatap pintu besar itu, lalu menengadah pada ayah dan ibunya.“Apa... aku bisa?” bisiknya.Wiliam mengangguk pelan. “Kau anak kami, Arxavie. Kau lebih dari cukup.”Gisella menggenggam tangannya. “Apa pun yang terjadi nanti, kami bersamamu.”Arxavie menelan ludah. Kemudian, ia berjalan perlahan ke depan, mengikuti pola cahay
Wiliam duduk memandangi langit dari jendela kaca. Napasnya berat, dadanya sesak. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya—ia benar-benar merasa seperti ayah... dan gagal.Langkah kaki lembut terdengar dari belakang. Gisella masuk perlahan, tubuhnya dibalut jubah Valerium yang hangat, tapi matanya masih menyimpan banyak luka.Ia berdiri diam di dekat Wiliam.“Apa kau... masih akan tetap diam?” tanyanya pelan. Suaranya nyaris patah.Wiliam tidak langsung menjawab. Hanya memejamkan mata. Hanya suara detak jantungnya sendiri yang menggema dalam kepala.“Kalau aku mulai bicara... aku takut semuanya akan runtuh,” katanya akhirnya. “Kau. Aku. Arxavie. Dan semua yang sudah kita pertahankan selama ini.”Gisella tertawa kecil. Pahit.“Semuanya sudah runtuh sejak hari kau memilih menghilang dan membiarkanku menangis di depan makam kosong.”Ia duduk di kursi sebelahnya.“Kenapa, Wiliam? Kenapa kau lakukan itu? Kenapa k
Lokasi: Valerium, kota tersembunyi di bawah lapisan es abadi di Pegunungan Ural.Waktu: Hari ke-5 sejak Arxavie menghilang.❄️ Scene: Pintu Gerbang ValeriumUdara di sini membeku seperti kematian. Arxavie berjalan perlahan menuruni tangga batu yang dipahat dari dinding-dinding es ribuan tahun lalu. Gema langkah kakinya beradu dengan keheningan yang ganjil—sunyi, namun seolah banyak mata tak kasat mata yang memperhatikan.Di hadapannya, sebuah pintu raksasa dengan simbol bercahaya: sebuah mata dengan dua lingkaran dan satu panah menembus dari bawah."Yang membawa darah Cahaya Terakhir, hanya dia yang boleh masuk."Tangan Arxavie menyentuh permukaan pintu. Dan saat itu juga, pintu batu itu bergetar, lalu terbuka sendiri. Cahaya biru menyelimuti tubuh Arxavie sejenak, dan dunia berubah. Ia masuk ke dimensi lain—sebuah ruang antara waktu dan kenyataan.🌀 Scene: Kota Tanpa WaktuDi dalamnya, Arxavie melihat bangunan-bangunan transparan
Lokasi: Pegunungan Alpen, Swiss. 5 Tahun Setelah Insiden Prilly.Waktu: 06:00 PagiEmbun masih menggantung di dedaunan saat cahaya fajar menyusup dari balik kabut tebal. Di sebuah rumah kayu yang berdiri di ketinggian hampir 3.000 meter dari permukaan laut, suasana damai terasa mengisi udara. Di sinilah keluarga kecil itu tinggal—Gisella, Wiliam, dan Arxavie.Arxavie kini telah berusia 9 tahun. Tak lagi bocah lemah dan rapuh, kini ia tumbuh sebagai anak yang tenang, cerdas, dan... anehnya terlalu bijak untuk anak seusianya. Kadang, bahkan Wiliam merasa ia sedang berbicara dengan seseorang yang jauh lebih tua.Pagi itu, Wiliam tengah menyeduh kopi. Gisella berdiri di dekat jendela, melihat Arxavie yang duduk di tepi danau, bermeditasi. Mata anak itu tertutup, tangannya terbuka, dan udara di sekitarnya perlahan membentuk kristal es, meski matahari mulai naik.“Dia melakukannya lagi,” gumam Gisella, lirih.Wiliam ikut menatap. Lalu menar
Lokasi: Markas Cadangan Seraphim (bunker bawah tanah milik Wiliam) Waktu: Pukul 03:12 dini hari Gisella duduk di sisi tempat tidur Arxavie yang kini tertidur pulas setelah sempat mengalami kejang aneh. Di dalam tidur itu, tubuh anak itu tampak tenang… tetapi di balik kelopak matanya yang terpejam, matanya bergerak cepat—tanda mimpi yang terlalu dalam, terlalu jauh… terlalu nyata. Gisella meremas selimutnya kuat-kuat. Perasaannya gelisah sejak ledakan gudang tadi malam. Wiliam selamat. Tapi belum juga menghubungi langsung. Padahal... dia berjanji akan langsung datang. Tiba-tiba, lampu ruangan berkedip. Suara gemuruh lembut terdengar seperti getaran tanah jauh di bawah. Gisella menoleh ke monitor keamanan. Semua kamera di sektor D... padam. "Frey! Apa yang terjadi?" Gisella berteriak ke arah bodyguard wanita yang berjaga. Wanita itu segera meraih headset. "Ada gangguan sinyal. Seperti…
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments