Selama seminggu berada di rumah mertua, Nela melakukan semua rutinitas seperti biasanya, karena saudara ayah mertuanya terus mendampinginya sehingga tak ada rasa sungkan lagi, para maid menghormatinya sebagai nyonya Nauval.Ibu Astrid tersenyum sinis dia belum melakukan sesuatu sampai ketika adik iparnya kembali ke rumahnya dan Nauval kembali aktif di kantor mulailah dia berulah. Para maid dilarang membantu Nela memasak, semua pakaian kotor harus Nela sendiri yang mencucinya."Maafkan kami nyonya, nyonya besar melarang kami membantu anda" kata salah seorang maid yang bernama Eka.Nela sudah menduganya, tak biasanya tak seorang maid pun di dapur ketika dia bangun tidur hendak menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum ke kantor."Tidak apa-apa bi, aku bisa melakukannya sendiri," ucap Nela dengan tersenyum.Mungkin Tuhan sedang menguji kesabarannya, dulu ibu tirinya sekarang ibu mertuanya."Satu lagi nyonya, menurut nyonya besar pakaian kotor milik tuan dan nyonya muda di cuci sendiri, so
Tuan Budi menghubungi dokter keluarga, dia menyuruh maid mengangkat tubuh istrinya ke dalam kamar. Cukup kerepotan mengangkat tubuh berat majikannya, sehingga Dewi membantu mereka mengangkat sampai ke lantai dua. Tujuannya bukan untuk membantu mertua jahat itu tetapi membantu para maid agar tidak kerepotan.Dokter keluarga segera datang, dan langsung di tuntun maid ke kamar majikannya. Nampak oleh Dr. Leo dahi ibu Astrid lebam."Nyonya kenapa?" tanya Dr. Leo pada tuan Budi."Dia terpeleset di dapur!" jawab tuan Budi singkat.Dia masih marah pada istrinya, mungkin semua itu akibat dosa yang dilakukan Astrid pada menantunya makanya dia tak terlalu mempermasalahkannya. Dr. Leo melakukan tugasnya dengan baik, lalu menyerahkan beberapa butir obat yang harus di minum dan salep yang digunakan untuk mengobati lebam di dahi ibu Astrid."Sebentar lagi nyonya akan siuman, jangan lupa minumkan antibiotiknya sesuai aturan, saya permisi!"Dr. Leo di antar tuan Budi sampai ke ujung tangga, lalu tuan
Di rumah tuan Budi mempekerjakan asisten rumah tangga sebanyak dua puluh orang, tapi kemarin ibu Astrid telah memberhentikan enam orang di antaranya Koki dan tukang cuci.Ibu Astrid sengaja bekerja sama dengan maid kepala yang bernama Eka untuk mengerjai Nela.Eka yang sudah tahu kedatangan tuan mudanya segera menuju ke tempat jemuran."Bi Eka, aku ingin bicara!" Maid Eka terkejut saat melihat Nauval telah berdiri menghadangnya di depan pintu."Kemana maid yang lain?" tanya Nauval garang.Eka yang baru saja menaruh pakaian di keranjang terkejut dan mendongak."Eh tuan muda, maaf saya tak melihat anda. Ada enam maid mengundurkan diri hari ini tuan," jawab bibi Eka."Bagaimana mereka bisa mengundurkan diri bersamaan?" tanya Nauval."Saya tidak tau tuan, maafkan saya!" Maid kepala berdiri dengan kepala menunduk, dia kembali ke dapur dan melihat isterinya sudah membuka celemek lalu menyiapkan makan malam di atas meja."Temani aku makan!" pinta Nauval.Nela menatap suaminya sambil terseny
Gara-gara kejadian kemarin, hari ini Nauval enggan ke kantor, dia ingin menunjukkan pada ibunya akan kepeduliannya terhadap istrinya."Hari ini kau tak ke kantor?" tanya ibu Astri saat melihat Nauval hanya memakai pakaian rumahan ketika menikmati sarapannya di ruang makan."Sepertinya aku minta cuti untuk bulan madu agar kami secepatnya bisa memberikan cucu buat mama!" jawab Nauval.Dia menatap wajah ibunya lalu beralih ke wajah ayahnya yang terlihat tersenyum. Ibu Astrid cukup terkejut mendengar pengakuan anaknya ini."Mama masih tidak sehat, sampai kita belum menemukan pengganti maid yang mengundurkan diri jangan pergi dulu. Untuk memiliki anak kan tidak harus pergi berbulan madu, di rumah pun bisa."Ibu Astrid bersikap biasa saja, Dewi mendengar apa yang dikatakan ibu mertua Nela, maka dia harus mengawasinya. Setelah sarapan, ibu Astrid bersiap-siap pergi."Mama mau kemana? Bukankah dahinya masih lebam tuh!" tanya tuan Budi sambil mengingatkan."Mama mau ke tempat yayasan tenaga ker
Dewi pulang ke perumahan dan memberitahu Nathan dan Abilon apa yang sekarang terjadi di rumah mertua Nela. "Sebenarnya apa sih tujuannya?" tanya Nathan.Dia sedikit gusar mendengar cerita Dewi, adiknya itu belum juga menemukan kebahagiaannya. Sejak kecil sudah di intimidasi, sekarang setelah menikah mendapat perlakuan yang sama."Aku menduga mertua Nela mendesak Nauval agar segera punya anak, jika dalam beberapa bulan ke depan Nela tak kunjung hamil maka ibunya akan menyarankan pada Nauval untuk menikah lagi dan menceraikan Nela," jawab Dewi."Rasanya aku ingin membuat perhitungan dengan ibu Astrid!" ucap Abilon.Baginya Nela walau tak ada ikatan darah dengannya tetapi dia sudah menganggapnya sebagai ponakan."Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Nathan."Nela telah memintaku mencari beberapa jenis tanaman obat, dia meminta bantuan istrimu untuk meraciknya," jawab Dewi.Mereka terdiam beberapa saat, Linda muncul dari dapur membawa dua gelas teh hangat dan kudapan."Kenapa hanya ba
Nauval merasa lega karena melihat ibunya tak lagi mengintimidasi Nela, dia sudah bisa berkantor kembali seperti biasa. Bahkan saat sarapan ibunya malah menyuruhnya segera memberikan mereka cucu."Mama sudah tak sabar ingin punya cucu!" kata Astrid saat sarapan pagi.Nela memaksakan senyumnya saat mendengar ucapan ibu mertuanya, dia sudah bisa menduga rencana ibu mertuanya. Nela berdoa di dalam hati agar Tuhan segera memberikannya anak.Kini Nela dilarang memasak dan melakukan pekerjaan, bahkan mereka menyuruh Nela istirahat saja di kamarnya. Semua pekerjaan rumah dikerjakan maid, Nela dilarang ke dapur. Dia tahu penyebab pelarangan itu.Saat melihat Nela sudah naik ke lantai dua, ibu Astrid mendekati koki yang bernama Wati."Apa kau sudah mencampurkan obat yang ku berikan?" "Sudah nyonya, jika nyonya masih ragu sebaiknya nyonya saja yang melakukannya," jawab Wati.Karena tak ingin rencananya gagal, kini Astrid yang mencampurkan obat ke makanan Nela. Setiap kali hendak makan maka Ibu
Nauval mengajak Nela menemui dokter kandungan, saat mereka keluar dari rumah, ibu Astrid melihat dari balik jendela kamar dengan mencibir."Aku bisa pastikan kau mandul Nela!" senyumnya tersungging dengan sudut bibir yang terangkat ke atas.Setibanya di rumah sakit, Nela terlihat sangat tidak nyaman."Tidak apa-apa sayang, dokter akan memberikan solusi untuk kita," Nauval menenangkan Nela sambil menggenggam erat tangannya.Untunglah hari ini pasien cukup sepi, sehingga mereka tidak terlalu lama menunggu daftar antrian. "Nyonya Nela," panggil perawat.Nela dengan di dampingi suaminya masuk ke ruang praktek."Hmm, Nela nama yang bagus!" puji Dr. Leo. "Baru pertama berobat?" lanjutnya."I..iya dok!""Apa keluhannya?" tanya Dr. Leo"Begini dok, kami sudah tiga bulan menikah tapi istri saya belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan," jawab Nauval.Dia yang mewakili istrinya yang terlihat sangat gugup. Dilihatnya papan nama dokter kandungan yang ternyata sama dengan nama dokter keluarga mer
Berusaha untuk terus berpikir positif itu sulit, tetapi Nela harus terus melakukannya. Dia mengusap-usap perutnya, dan terkadang sering mengajak janinnya ngobrol. Pagi ini Nela membantu koki memasak di dapur, walau koki melarangnya tetapi Nela tetap melakukannya. Koki yang bernama Wati ini merasa tidak nyaman. Kemarin dia kena damprat dari nyonya besar gara-gara misi mereka gagal."Lihat! Sekarang dia malah hamil, jangan-jangan kau memberinya obat penyubur kandungan!" tuduh ibu Astrid."Kan nyonya yang mencampurkan obatnya!" elak Wati. Dia tak mau disalahkan dengan sesuatu yang tidak di lakukannya.Kini melihat Nela di dapur, Wati jadi merasa takut. Dia takut akan kena damprat lagi dari nyonya besar. Dia masih sangat membutuhkan pekerjaan ini, anak dan cucunya memerlukan biaya sekolah di kampung."Nyonya muda sebaiknya istirahat di kamar saja, biar saya dan beberapa maid yang akan memasak. Nyonya beritahu kami ingin makan apa, kami akan mengupayakan untuk memasak apa yang nyonya muda