Kediaman Daffa Azriel kali ini tengah ramai oleh orang-orang yang hadir pada acara tasyakuran 7 bulanan Kamila.Keluarga besar Daffa Azril, semuanya turut hadir. Tapi dari keluarga Kamila, hanya ada Ratih seorang. Kamila memang tidak memiliki keluarga besar, dia hanya memiliki Ratih—ibu tirinya. Tapi meskipun begitu, Kamila sangat bahagia, karena dia begitu diratukan oleh seluruh keluarga Daffa Azril. Dia seperti merasakan keluarga yang sebenarnya. Keluarga yang sangat menyayanginya. Seperti hari ini, acara tasyakuran 7 bulanan Kamila seluruhnya diurus oleh keluarga besar Daffa. Kamila dan Daffa tinggal terima beres.Acara pengajian pun akan segera digelar. Kamila sudah berdandan cantik dengan menggunakan gamis berwarna putih serta kerudung berwarna putih. Kamila duduk di samping Daffa. Lantunan-lantunan ayat suci Alquran, beserta dzikir serta mahalul qiyam terdengar sangat sejuk di tengah telinga. Ayat-ayat suci Alquran itu terasa membuat hati siapa saja menjadi tenang tatkala mend
Kamila akan fokus pada kehamilannya. Biarkan orang lain berpikiran buruk tentangnya. Yang pasti saat ini Kamila merasa bahagia karena memiliki suami seperti Daffa. Takdir Tuhan memang tidak pernah salah. Pantas saja dia tidak jadi menikah dengan Galang, karena ternyata Tuhan sudah menyiapkan Daffa untuk Kamila. Meskipun awal pertemuan Daffa dan Kamila memang tidak mengenakkan. Banyak sekali intrik di dalamnya. Namun pada akhirnya, kini Kamila sangat sadar dan yakin bahwa Daffa adalah yang terbaik untuknya. Kamila segera melebarkan tangannya, memeluk Daffa begitu erat. "Mas, Aku sangat mencintai kamu. Aku sangat bahagia sekali bisa menjadi istri kamu. Aku tidak pernah menyangka kalau rasa ini benar-benar kuat." Kamila berucap sambil memeluk suaminya. Pelukan Kamila pun langsung dibalas oleh Daffa. "Aku juga sangat mencintai kamu, Sayang. Aku juga sama seperti kamu, tidak pernah menyangka kalau rasa ini benar-benar sangat kuat. Tuhan memang adil. Pertemuan kita begitu banyak
"Ada apa, Kamila?" Daffa yang tengah menyetir, jadi bertanya melihat Kamila mendumel sendirian."Ini Melia, Mas. Kata Mama bilang Melia itu pergi ke luar negeri dengan pacar bulenya. Melia juga telah sudah menguras harta Mama. Meninggalkan hutang yang banyak sampai Mama sengsara menjadi pengemis. Tapi di dalam sosial media, dia malah enak-enakan dengan pacar bulenya. Tega sekali dia padamu," dalam kamila. Dia segera menutup layar ponselnya karena muak dengan penampilan Melia. "Biarlah, nanti dia juga akan kena karmanya sendiri. Dia pikir menelantarkan ibu kandung itu tidak dosa? Ya pasti akan merasakan akibat dari perbuatannya." Daffa menanggapi dengan santai. "Kalau bisa kamu jangan mengatakan kabar Melia kepada Mama ya. Aku hanya ingin Mama tenang saja. Tanpa terus-terusan memikirkan Melia. Aku juga senang karena Mama turut tinggal bersama kita. Mama sangat baik padaku dan juga Dinda. Mama sudah jauh berubah. Dia juga selalu terlihat baik padamu," lanjut Daffa masih dengan tanggap
Kehidupan Daffa dan Kamila semakin terlihat harmonis dan romantis.Semakin hari, berganti minggu, berganti bulan, bertambah pula usia kehamilan Kamila. Seperti saat ini, menginjak usia kehamilan ke 7 bulan, Kamila merasakan getaran pada perutnya. Bukan hanya itu, bayinya bergerak sangat lincah di dalam perut Kamila. "Mas, bayinya bergerak," panggil Kamila pada suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi.Daffa yang baru saja selesai mandi, langsung antusias dan mendekati Kamila. Dia segera mengangkat baju Kamila, selalu menempelkan telinganya pada perut Kamila. "Katanya anak kita sangat bahagia karena mama dan papanya sudah saling mencintai." Daffa menggoda Kamila. Kali ini bahkan dia terlihat mengusap-ngusap perut Kamila dengan sangat lembut. Kamila dan nafas saling melemparkan tatapan dan senyuman penuh rasa bahagia dan haru. "Oh iya, bukankah ini waktunya kamu periksa kandungan?" Daffa segera mengingatkan Kamila, saat mengingat sesuatu."Oh iya, Mas. Benar. Bisa-bisanya a
4 bulan berlalu. Di kediaman Daffa hari ini.Kamila terlihat sangat bahagia karena Daffa berencana akan mengadakan tasyakuran 4 bulan kehamilan.Banyak sekali yang Daffa undang untuk acara bahagianya itu. Termasuk seluruh keluarga besar Daffa. Mereka tak hanya berdua, Ratih yang kembali tinggal di sana turut andil mengurus semua keperluan untuk tasyakuran. Acara tasyakuran itu akan berlangsung sekitar satu minggu lagi. Tapi kesibukan sudah mulai terlihat dari sekarang. Seperti persiapan buah-buahan, makanan kering, pesanan makanan basah, dan banyak lagi. Itu semua di handle oleh Ratih. Ratih tak akan membiarkan Kamila kecapean. Semua dihandle olehnya. Ratih kini terlihat sangat menyayangi Kamila, melebihi anaknya sendiri.Ratih juga selalu mempersiapkan susu dan makanan sehat untuk Kamila. Dia sangat senang karena sebentar lagi akan memiliki cucu."Jaga kesehatan kamu ya, Kamila. Mama akan pastikan kesehatan kamu. Seandainya almarhum papa kamu masih ada, beliau pasti akan sangat b
Dinda segera membawa Jenifer pergi dari kediamannya. Sepertinya dia sedang merencanakan sesuatu. "Kita mau ke mana, Dinda?" Berkali-kali Jenifer bertanya kepada Dinda namun tidak dijawab. "Lihat saja nanti, Ma." Hanya itu yang Dinda sampaikan.Jenifer terdiam. Meskipun dalam hati dia penasaran akan dibawa pergi ke mana oleh Dinda.Hingga akhirnya setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam lebih, akhirnya Dinda telah sampai di tempat tujuannya. Mereka sampai di sebuah kost-kostan yang ada di area Bogor Timur. "Untuk apa kita ke sini, Dinda?" Tentu Jenifer segera bertanya kembali."Kalau mama tidak punya tempat tinggal, mama bisa tinggal di kost-kostan ini. Aku yang akan membayar iuran kost-kostan selama 1 tahun. Jadi Mama jangan khawatirkan mengenai pembayaran kostan. Yang mesti Mama lakukan adalah, bagaimana mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari Mama. Aku tidak bisa terus-terusan memenuhi kebutuhan Mama. Maaf bukannya aku tidak peduli, aku hanya menghargai diriku sendiri. Aku t