Share

Bab 41

last update Huling Na-update: 2025-06-27 09:01:20

Alisha berjalan di samping Andin menyusuri lorong menuju ruang ICU tempat Marchel dirawat. Bau antiseptik yang khas memenuhi udara, membuat suasana terasa semakin sunyi dan tegang.

Setibanya di depan pintu ruangan, seorang dokter keluar dan Andin segera menyapanya,

"Bagaimana perkembangan suami saya, Dok?" tanya Andin, suaranya tenang namun jelas menyimpan kekhawatiran.

Dokter itu menghela napas pelan, lalu menjawab dengan sopan, "Masih seperti kemarin, Bu. Kondisinya stabil, tapi belum ada respon kesadaran yang signifikan. Namun kami akan terus berusaha semaksimal mungkin."

“Tetapi ada kemungkinan suami saya untuk sembuh kan, Dok?” Tanya Andin dengan penuh harap.

Dokter itu mengangguk pelan, “Semoga saja bu, kita hanya bisa berdoa dan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan Pak Marchel,”

"Baik, Dok. Terima kasih atas usahanya." Sahut Andin.

Setelah dokter itu berlalu, suasana
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 42

    Alisha senang sekali mendengar kabar baik dari Dokter tentang kondisi Papanya. Setelah menunggu cukup lama dengan perasaan cemas, akhirnya hari ini ia bisa bernapas lega. Papanya menunjukkan perkembangan signifikan dan diperkirakan dapat pulang dalam beberapa hari ke depan.Ia menatap Mamanya, Andin, dengan mata yang berembun, lalu memeluknya erat."Ma, Papa pasti cepat sembuh ya," ucapnya dengan suara bergetar menahan tangis haru."Iya, Nak. Tuhan pasti mendengar doa kita," balas Andin sambil mengusap punggung putrinya penuh kasih sayang.Dalam suasana bahagia itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pelan di pintu ruangan.Tok... Tok... Tok...Keduanya menoleh bersamaan. Seorang pria berjas rapi masuk sambil membawa sebuah bingkisan besar dengan pita putih di atasnya."Nona Alisha?" tanyanya sopan."Iya, itu saya," jawab Alisha sambil melepaskan pelukan Mamanya."Ini ada kiriman dari Pak Bara," ucap pri

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 41

    Alisha berjalan di samping Andin menyusuri lorong menuju ruang ICU tempat Marchel dirawat. Bau antiseptik yang khas memenuhi udara, membuat suasana terasa semakin sunyi dan tegang. Setibanya di depan pintu ruangan, seorang dokter keluar dan Andin segera menyapanya, "Bagaimana perkembangan suami saya, Dok?" tanya Andin, suaranya tenang namun jelas menyimpan kekhawatiran. Dokter itu menghela napas pelan, lalu menjawab dengan sopan, "Masih seperti kemarin, Bu. Kondisinya stabil, tapi belum ada respon kesadaran yang signifikan. Namun kami akan terus berusaha semaksimal mungkin." “Tetapi ada kemungkinan suami saya untuk sembuh kan, Dok?” Tanya Andin dengan penuh harap. Dokter itu mengangguk pelan, “Semoga saja bu, kita hanya bisa berdoa dan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan Pak Marchel,” "Baik, Dok. Terima kasih atas usahanya." Sahut Andin. Setelah dokter itu berlalu, suasana

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 40

    Alisha dan Bara kembali ke lorong rumah sakit, tepat di depan ruang perawatan Marchel. Di sana, Andin terlihat sedang duduk di kursi panjang, memeluk tas kecilnya erat-erat, wajahnya lelah tapi tetap menyimpan harapan.Saat melihat keduanya datang, Andin langsung berdiri.“Loh, Bara? Dari tadi di sini?”Bara tersenyum sopan dan mengangguk. “Iya, Tante. Saya tadi nunggu di luar, nggak mau ganggu.”Andin menoleh ke Alisha. “Terus ini kalian dari mana?”“Dari kantin, Ma,” jawab Alisha pelan, masih sedikit canggung karena tatapan ibunya yang penuh rasa ingin tahu.Andin mengangguk, lalu menatap putrinya dengan lembut. “Oh ya, Alisha... nanti kamu pindah ke rumah aja ya?”Alisha terkejut. “Kenapa, Ma? Bukankah belum ada izin dari Papa?”Andin menghela napas. Wajahnya melembut. “Nggak apa-apa. Kamu ke rumah bukan untuk menantang Papa, tapi biar ada yang nemenin Mama. Papa kamu juga masih sakit, rumah itu terlalu sepi.

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 39

    Melihat perubahan grafik detak jantung di monitor, dan betapa hancurnya Alisha di samping ranjang, Andin tak bisa menahan diri lebih lama. Ia membuka pintu ruang ICU perlahan, lalu melangkah masuk dengan wajah penuh kekhawatiran.Langkahnya ringan tapi terburu, seolah setiap detik terasa genting. Ia melihat Alisha terduduk di kursi, bersandar di sisi ranjang dengan wajah berlinang air mata, masih menggenggam tangan Marchel yang dingin.Alisha menoleh pelan, matanya merah dan sembab. “Mama...”Andin menghampiri mereka, lalu merunduk, memeluk bahu putrinya.“Aku minta maaf, Ma…” bisik Alisha di pelukannya.“Bukan kamu yang salah, sayang…” Andin membalas pelukannya erat. “Tidak ada satu pun ini yang salahmu.”Andin mengelus rambut putrinya, lalu berdiri dan menatap Marchel yang masih terbaring dengan wajah yang sama sekali tak asing baginya—wajah seseorang yang sudah terlalu lama menyimpan luka, bahkan sejak mereka menikah.

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 38

    Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang, suasana hening tak ada satu kata pun yang terucap antara Andin dan Alisha. Hanya suara mesin dan dentingan halus dari rintik hujan yang mulai turun di kaca depan.Andin menatap lurus ke depan, namun pikirannya mengembara ke arah lain. Ia masih mengingat amarah dan tudingan Marchel terakhir kali mereka berbicara. Ada rasa sesal yang menyesak di dadanya. Bagaimana jika Marchel membawa semua luka itu bersamanya ke dalam komanya? Bagaimana jika ia tak pernah punya kesempatan untuk memperbaiki semuanya?Di sampingnya, Alisha duduk membeku. Tangannya saling menggenggam erat di pangkuan. Ia takut—takut akan penolakan lagi dari ayahnya. Bagaimana jika saat Marchel sadar nanti, sang Papa masih marah dan belum memaafkannya?Suasana dalam mobil benar-benar menyesakkan.Tiba-tiba ponsel Alisha bergetar di sakunya. Ia melihat layar—nama Bara tertera di sana.Dengan suara pelan, ia menjawab, “Halo?”

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 37

    "Segala yang kau injak di rumah ini, semua yang kau kenakan, makanan yang kau makan... semuanya berasal dariku," lanjut Marchel. Suaranya tenang, tapi penuh dengan tekanan yang membuat dada Andin sesak. "Jangan pernah berpikir kau bisa melawan keputusanku dan pergi begitu saja." Andin terpaku menatap Marchel, matanya memerah memendam kemarahan yang terlalu lama "Apa kau bangga bisa mengontrol hidup orang lain seperti ini?" suaranya bergetar. "Apa dengan kekuasaan itu, kau pikir bisa menggantikan kasih sayang yang Alisha butuhkan? Atau cinta yang seharusnya diberikan seorang suami?" Marchel tidak menjawab. Ia hanya menatap Andin—dingin, tajam, namun dalam diam itu ada luka yang tersembunyi rapi. "Kau kejam, Marchel," ucap Andin tiba-tiba, lirih. "Kau terlalu sibuk jadi pewaris… sampai lupa caranya jadi manusia." Marchel mendekat, menatap Andin dengan tatapan penuh luka yang diseli

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status