Share

Panas

Leo menghela nafas sembari menatap tajam ke arah putranya yang pergi begitu saja, tanpa sepatah pun.

Mona terdiam dan membisu di tempat seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi ini. Tatapannya mengarah pada pintu, ia hendak beranjak, namun hati masih terasa sedih mengingat semuanya.

"Kamu tega, Marfin. Tega sama aku yang sudah tulus mencintaimu menyayangimu sepenuh hati, menyingkirkan semua omongan orang!" gumam Mona yang hanya sampai ke tenggorokan saja.

Tidak terucapkan dari bibirnya, yang terdengar hanya tangisan pilu sebagai ungkapan perasaanya yang Pulu.

Pria dewasa nan tampan dengan garis wajah yang sangat rupawan itu merasa bingung, melihat Mona menangis sampai sesenggukan.

Tidak mengerti dengan apa yang sudah terjadi. Perlahan Leo mendekati Mona dan mengusap kepalanya.

"Apa yang kau tangisi?" Leo berucap dingin.

Mona duduk dan menatap ke arah Leo dengan tatapan nanar. Dia berkata tegas. "Om tadi begitu beraninya menyentuh saya, padahal Om tidak tahu siapa saya!"

"Maaf! Saya butuh bantuanmu." Jelas Leo. Dia berniat untuk memberikan apapun yang Mona minta.

Mona menatap Leo dengan tatapan yang berkaca-kaca, pria yang irit bicara itu itu menatap tajam.

"Saya akan menikahi mu!" tambah Leo dengan jelas.

"Om pasti akan menawarkan menikah kontrak, memberikanku sejumlah harta yang banyak, mobil. Begitu bukan Om?" kata Mona asal bicara saja.

Leo menatap tajam seraya mengangguk pelan. Dia tidak pernah main-main dengan ucapannya.

"Tapi maaf, saya tidak tertarik!" ucap Mona lagi dengan angkuhnya seraya mengusap sudut mata dan hidungnya yang berair.

Pemandangan yang tadi begitu perih dan menyakitkan, sehingga menimbulkan luka yang begitu dalam.

Sang kekasih yang sangat dia cintai ternyata mengkhianati dan yang paling-paling sangat menyakitkan, ternyata dia berhubungan gelap dengan seorang wanita yang notabene istri dari ayahnya. Ibu sambung dari Mona sendiri.

"Itu benar." Leo tampak sangat serius.

Mona terdiam seakan tidak mendengar perkataan pria yang bernama Leo.

"Saya antar kamu pulang!" Leo berdiri dan menunggu Mona turun dari tempat tidur.

Mona memutar otaknya, bagaimana caranya supaya dia tidak pulang? karena dia merasa belum sanggup bertemu dengan ayahnya. Apalagi ibunya yang licik pasti akan bicara yang tidak-tidak pada ayahnya dan membalikan fakta.

"Tapi Om, kepalaku sakit sekali pusing. Bolehkah aku beristirahat sebentar!" kata Mona sambil memijat kepalanya yang memang terasa sedikit pusing akibat menangis.

Leo terdiam, jadi kepikiran apakah Marfin dengan gadis ini ada hubungannya?

Mona menemukan botol air putih di meja, yang lalu meneguknya tanpa tanya atau memikirkan air apa? yang jelas air putih semacam mineral sebab rasanya juga tawar.

"Apa Marfin kekasihmu?" tanya Leo langsung bertanya serta tatapan menyelidik.

"Em ... bu-bukan, Om. Dia hanya mantan kekasihku. Iya dia mantanku!" kemudian Mona tiduran terlentang seraya memejamkan mata.

Merasai kepalanya yang memang terasa pusing dan tubuhnya terasa panas. Lama-lama Mona tersiksa dengan rasa panas yang menyerang tubuhnya.

Mona kepanasan sehingga berusaha memberi ruang pada tubuhnya agar mendapat suhu yang sejuk, melonggarkan gaun yang melekat di tubuhnya.

"Panas!" gumam Mona.

Pria itu termenung menatap ke arah Mona seraya menelan Saliva nya. Jiwa lelakinya mulai tergugah setelah sekian lama tidak tersalurkan.

Semenjak perpisahan dengan Alexa yaitu ibunya Marfin, wanita itu berselingkuh dengan pria kepercayaan Leo, dia langsung menceraikan Alexa, belasan tahun menduda tidak pernah tersentuh belaian seorang wanita.

Kini hasratnya sebagai pria normal meronta, walaupun hanya melihat bagian tubuh mulus Mona.

Ia buru-buru mendekati pintu dan menutupnya. Dia meneguk air putih yang ada di atas meja lek-lek-lek ... Ingin menghilangkan dahaga di tenggorokannya. dengan Botol yang sama.

"Haus sekali." Kata Leo pelan setelah meneguk minumnya.

Mona tidak mengerti dengan rasa panas yang menyerang tubuhnya. Yang lama-lama semakin menyiksa, ada rasa gejolak yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Tenggorokan Leo semakin berasa kering sehingga menghabiskan air sisa tadi. Dan beberapa saat kemudian dia pun merasakan hal yang sama seperti Mona. Tubuhnya sangat kepanasan, jiwa laki-lakinya kian meronta melihat Mona yang seperti cacing kepanasan.

"Om, aku kepanasan, apa AC di sini tidak berfungsi ya?" Mona menatap ke arah Leo yang tanpa bicara menaikan suhu AC.

Tetapi tidak merubah keadaan. Malah semakin panas, Leo pun merasakan yang sama, membuka kemeja dan beberapa kancing di dada nya.

"Sial! kenapa panas begini?" batinnya Leo, merasai kebingungan.

Gerak-gerik Mona seakan menggoda pria itu. Dia menjadi tidak peduli dengan apa yang akan terjadi malam ini. Seolah-olah dia menjadi seorang gadis penggoda di mata Leo.

"Om, tolong bantu aku! aku sangat tersiksa." Rajuk Mona.

Pria tampan dan rupawan. Menatap Mona dengan tatapan aneh.

"Tubuhku panas sekali, bisakah kau meredakannya?" Mona sembari membuka resleting gaunnya sehingga terbuka.

Leo tetap terdiam, tidak berucap sepatah kata pun! dia mulai berpikir sepertinya mereka berdua salah minum, Leo menatap ke arah botol yang kosong. Airnya telah kandas. Mereka minum berdua.

"Dasar bodoh," gumam Leo dengan nada kesal. Berusaha menahan hasratnya. Dia tidak habis pikir, siapa yang sudah mencampur air minum itu? dengan obat haram.

Leo bertekad. Jika terjadi sesuatu pada mereka berdua malam ini, ia akan bertanggung jawab terhadap gadis itu.

Tanpa bicara, Leo mendekat pada Mona yang seakan-akan ada magnetnya. Membukakan resletingnya.

Lalu merangkul pinggang gadis itu dengan nafas yang bergemuruh. Perlahan membawanya ke dalam pelukan. Mona terpaku dan membisu hanya sentuhan fisik yang berkata.

Kedua tangan Mona merangkul pundak Leo dan mereka saling bersitatap sangat lekat, seakan mengatakan ingin memberikan sesuatu pada satu sama lain.

"Gila! apa yang aku rasakan ini, kenapa aku seperti ini?" Mona merutuki dirinya sendiri, tanpa bisa keluar dari jeratan yang sedang menguasai dirinya.

Sepertinya seberapa kuat Leo menahan diri, dia tidak akan mampu di hadapan Mona yang sedang berada dalam dekapannya.

Dengan nafas yang memburu, Leo membungkukkan kepalanya untuk menjangkau wajah Mona yang sedikit mendongak serta bibir yang terbuka. Bibir yang tadi dinikmati tanpa rasa.

"Om, tubuh ku panas!" Mona kembali bersuara.

Beberapa saat, mereka hanyut dalam suasana yang membuat mereka bergejolak dan berdesir hebat. Tangan Leo pun mulai traveling pada Gundukan yang ukurannya sama itu menyembul tanpa penghalang.

Entah sedang dirasuki setan apa? membuat Mona semakin berani saja, sehingga menunjukan miliknya, apalagi tatkala melihat miliknya Leo yang seakan menyesakkan tempatnya.

"Sial! Aku sulit menahan diri," gumam Leo dalam hati sembari terus melanjutkan aksinya.

Mona menatap sendu Leo yang juga memandangnya penuh damba.

Deru nafas Leo terdengar tidak beraturan, dia tampak berusaha meredam namun tidak mampu melawan. Terlalu indah untuk dianggur kan dan terlalu naif untuk dibiarkan.

"Om, aku nggak kuat lagi menahan diriku!" Bisik Mona di telinga pria tampan dan irit bicara itu.

Membuat Leo semakin bersemangat untuk menyusuri setiap inci tubuh Mona yang harus diakui kalau gadis ini nyaris sempurna, meskipun terlihat gadis biasa! tapi tidak kalah dengan gadis yang suka merawat diri.

"Puaskan aku." Suara itu penuh permohonan. Mona cukup mengerti dengan bahasa tubuhnya.

Kini tubuh Leo yang besar, tinggi. Mengungkung tubuh Mona yang kecil mungil, yang tampak pasrah bahkan menginginkannya juga.

Tanpa membuang waktu, Leo langsung pasang ancang-ancang untuk menyalurkan hasrat nya yang lama membeku dan mungkin sudah membatu.

Mona sangat kaget disaat ada yang blusukan ke daerah pedalaman yang anti di datangi pengunjung, sebuah lembah yang begitu asri dari mahluk asing.

Kedua manik Mona membulat dengan sangat sempurna disertai air bening yang meleleh hangat.

"AAh!" Jerit Mona.

Mulutnya menjerit kecil dan tertahan, yang langsung di bungkam oleh mulut Leo yang bergerak lembut agar Mona merasakan ketenangan dan nyaman.

Tubuhnya tergoncang. Seiring gerakan lincah, gerakan olah raga dari Leo yang begitu bersemangat. Sehingga beberapa kali mengeluarkan suara kecil.

"Kau buat ku puas." Wajah Leo mendongak, dibuat melayang dengan yang Mona miliki.

Beberapa kali keduanya merasakan berada di puncaknya. Dan merasakan pelepasan yang teramat menyenangkan. Bagai berada di puncak kayangan.

Melayang-layang di atas awan, merasakan bahagia. Leo pun tak segan-segan menaburkan benihnya di lahan yang baru. Sekitar dua jam kemudian ritual traveling pun berakhir.

"Om!" Mona lirih.

"Iya, sayang." Gumam Leo dengan suara parau.

Malam yang indah membawa kedua insan itu ke dalam keheningan yang menenangkan. Cahaya bulan yang lembut menggantung di langit, menciptakan suasana yang romantis.

Mereka terlelap, setelah melakukan perjalanan yang begitu indah dan melelahkan, yang akan menjadi kenangan yang tak akan terlupakan.

Ketika matahari baru saja terbit, sinarnya yang lembut menyinari langit dan memberikan warna-warni yang memukau. Udara pagi yang segar dan sejuk menghangatkan kulit.

Di pagi hari, Leo terbangun dari tidurnya. Burung-burung berkicau riang, mengisi udara dengan suara indah mereka. Bunga-bunga di taman bermekaran, mengeluarkan aroma yang harum. Semuanya terasa begitu hidup dan penuh energi.

Leo sudah tampak rapi. Berdiri tidak jauh dari tempat tidur, dimana Mona masih meringkuk di bawah selimut tebal berwarna putih. Bibir Leo menyungging penuh kebahagiaan.

"Kau akan menjadi milik ku." Lirihnya.

Mengeluarkan kartu nama, membuat secarik kertas untuk gadis itu, detik kemudian Leo pergi begitu ....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bang Amsir
Mona beruntung sekali belah duren perawannya sama Daddy mantan pacarnya..seorang Pria Mapan, Matang, Tampan, Rupawan & Jantan kayak Tn. Leo..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status