Share

Bab 7

last update Last Updated: 2025-02-12 17:57:21

Di dalam kamar dengan cahaya yang tidak terlalu terang, di sisi pintu ada Nicholas dan Diana yang berdiri berdampingan. Sementara di sisi lain, ada Rose dan Margaret yang duduk di pinggir ranjang.

Margaret mengangkat tangan tanda tak ingin mendengar apa pun lagi dari putranya. Wanita setengah abad itu, meminta Nicholas dan Diana keluar dari kamarnya.

“Ibu …,” tolak Nicholas.

“Aku ingin bicara dengan putriku Rose, kalian berdua tidak berhak mendengarnya,” ujar Margaret tanpa mengalihkan pandangan dari Rose yang terlihat menunduk.

Diana menarik Nicholas keluar dengan paksa, tetapi pria itu, begitu penasaran apa yang akan ibunya katakan. Ia khawatir jika Rose berusaha mempengaruhi dengan kata-kata manis.

“Ibu, tolong jangan membuatku bersamanya lagi. Aku tidak bisa mencintai wanita itu,” tegas Nicholas dengan nada yang begitu malas.

Mendengar penolakan Nicholas yang begitu jelas, Rose hanya membuang napas pelan, bukankah selama enam bulan terakhir, kata-kata penolak sudah sering ia dengar?

Rose menoleh, menatap Nicholas yang terlihat jengah. “Aku tidak akan memaksa Ibu agar kita bersama, tenanglah!”

“Sombong sekali,” timpal Nicholas, “ingat ya. Kau tidak boleh mempengaruhi ibuku atau–”

“Keluarlah Nico!” seru Margaret mulai jengah.

Diana berdecak, ia menarik Nicholas dan membawa kekasihnya menunggu di ruang tamu. “Sayang, lebih baik kita menunggu di luar saja."

Nicholas akhirnya mengangguk seraya mengusap wajah, khawatir jika ibunya terus memaksa. “Oh ayolah! Aku sangat khawatir ibu memaksa kami terus bersama.”

“Kenapa wajahmu begitu khawatir, Nico? Ini hanya masalah kecil, jika kau tidak ingin maka jangan lakukan,” kata Diana membuang napas.

“Kau tidak tahu bagaimana ibuku, Diana. Dia bisa memaksa dengan cara yang berbeda,” gusar Nicholas, “semoga saja aku salah dalam berpikir.”

Tak lama, Rose keluar dari kamar Margaret dengan nampan yang berisi mangkuk kosong, di dalam hati, Nicholas senang karena Rose berhasil membujuk ibunya makan dan minum obat.

“Apa yang kau katakan pada ibuku?” cegah Nicholas menghadang jalan mantan kekasihnya.

“Lepaskan tanganmu, Nicholas!” sentak Rose menatap ke arah mantan kekasihnya, “jaga perasaan wanitamu,” katanya lagi melirik ke arah Diana yang terlihat kesal.

“Kau tidak mempengaruhi ibuku, kan? Awas saja ya,” ujarnya.

Rose berdecak, ia melewati keduanya ke arah dapur, setelah itu membersihkan semua yang berantakan. Entah apa saja yang Diana lakukan hingga tak sempat membersihkan dapur.

“Ingat ya. Jangan kembali lagi.” Diana bersedekap di sebelah Nicholas. Wanita dengan gaun merah menyala itu membuang napas kasar.

“Aku tidak akan kembali,” balas rose sembari melirik malas pada wanita yang terus menatap tidak suka padanya.

Nicholas yang tak puas kembali menghentikan langkah mantan kekasihnya dengan cara dicekal. “Jangan pergi dulu. Aku harus periksa apa saja yang kau bawa dari rumahku.”

“Nico!”

“Jangan meninggikan suara, Rose. Mungkin saja, kau membawa sesuatu dari rumahku, kan?” Nicholas meminta Diana untuk memeriksa tas serta pakaian Rose.

“Kau berpikir jika aku melakukan itu. Kita sudah lama bersama dan kau–”

“Lalu dari mana kau dapatkan cincin itu? Benarkah dari menjual diri?”

Satu tamparan mendarat sempurna, Nicholas mengerang marah karena ini pertama kalinya Rose melakukan tindakan ini padanya.

“Kau berani, Rose?” Nicholas sudah mengangkat tangan ingin membalas, tetapi suara bariton seseorang menghentikan gerakannya.

Dalam kemarahan itu, Nicholas semakin terlihat murka ketika pria yang tak dikenal tiba-tiba datang dan merengkuh pinggang si cantik.

“Siapa kau?” tanya Diana, “apakah kau pria yang dibayar olehnya?”

Rose menahan napas, ia menatap Nicholas yang semakin terbakar emosi. Pria itu, seolah masih mencintai dirinya.

“Kau tidak apa?” tanya William lembut.

“Hum,” jawab Rose seraya memegang tangan William yang berada di pinggangnya, “aku baik-baik saja.”

“Syukurlah. Ayo kembali.”

Rose mengangguk dan siap untuk meninggalkan rumah Nicholas, tetapi sebelum dia benar-benar pergi, ia menatap Nicholas sekali lagi dan berkata, “Aku tidak seburuk itu, kita sudah lama bersama dan kau tahu bagaimana aku.”

________

Sampai di rumah, Rose langsung naik ke lantai atas di mana kamarnya berada. Wanita itu, menahan diri agar tidak menangis di depan William.

Namun, ketika ia hendak menutup pintu, tangan besar menahannya, William masuk dengan kotak obat di tangan.

Ia membuang napas pelan, kemudian menutup pintu dengan perlahan. Rose menoleh ke arah William yang sudah duduk menatap dirinya.

“Kemarilah!” katanya dengan gerakan tangan.

“Pak, saya ingin membersihkan diri,” ujarnya ingin menghindar.

Namun, William menggeleng dan tetap meminta Rose mendekat ke arahnya. “Kemarilah! Jangan mandi sebelum aku membiarkanmu.”

Merasa khawatir, ia membulatkan mata dan mundur dengan kedua tangan berada di depan dada. “Apakah Anda akan mendikte apakah aku boleh mandi atau tidak?”

“Rose, jangan berlebihan. Untuk apa menutupi tubuhmu sedangkan aku sudah pernah melihat keseluruhannya,” kata William dengan wajah datar.

“Jangan katakan itu, aku malu,” cicit Rose dengan wajah merah.

“Kemarilah!” panggil William lagi.

Dengan berat hati, Rose mendekat, ia tetap waspada dengan kedua tangan masih berada di dadanya.

“Duduk!” seru William.

Membuang napas pelan, Rose duduk dan seraya mengerutkan kening. Ia tahu jika yang berada di tangan William adalah kotak obat, tetapi ia belum tahu untuk apa kotak obat tersebut.

“Majukan wajahmu!”

“Wajahku?” Rose mengerjap, ia memegang wajahnya yang terasa panas, kemudian tak sengaja menyentuh sesuatu yang basah di bawah rambut.

“Kenapa tidak melawan? Siapa yang melakukan ini padamu?” tanya William mulai mengulurkan tangan.

“Ini hanya luka kecil, jangan memasang wajah seperti itu, Pak,” jawabnya sembari meringis.

“Luka kecil, tetapi bisa membuatmu meringis,” sindirnya.

Rose terkekeh kecil masih dengan ringisan kecil, “Maksudnya, ini bisa sembuh dengan sendiri, tidak perlu diobati.”

“Begitukah?” William menekan luka tersebut dan mendapatkan pukulan di paha.

“Kau!” seru William geram.

“Ah maafkan saya,” katanya, "Anda menekan luka saya terlalu keras," protesnya.

“Bukannya kau bilang tidak sakit?” William menutup kotak obat, kemudian menyerahkan kembali di atas paha Rose.

“Katakan padaku, siapa yang melakukan ini padamu?”

“Aku yang terjatuh karena tidak melihat jalan,” kilahnya tak ingin membahas soal Diana.

“Kau tidak berbohong? Atau mungkin kau menyembunyikan perbuatan kekasihmu itu,” balas William sinis.

“Tidak, Pak. Saya benar-benar terjatuh.” Rose berdiri dengan kotak obat di tangannya. “Saya akan bawa ini, setelah itu istirahat."

"Hum, pergilah," ujar William seraya tersenyum lembut.

Rose meninggalkan tempat dengan langkah terburu. Ia menyimpan kotak obat di atas nakas kemudian menghilang masuk ke dalam kamar mandi.

“Dia sangat lucu,” gumam William seraya menatap ke mana Rose melangkah.

Membuang napas pelan, William menelpon Ethan dan kembali memberikan tugas baru untuk asistennya. "Halo, Ethan--"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 135 [Tamat]

    “Aku mendengar jika Ayah ingin menjodohkanmu, ya?” tanyanya dengan suara dipelankan.“Hum, dengan putra tuan Baskoro,” jawab Anantha tanpa minat.Clara memicingkan mata, “Lalu bagaimana? Jangan bilang jika Kakak menerimanya.”Annatha merebahkan tubuhnya pada sandaran sofa, meraih buku di sebelahnya dan membuka halaman yang belum dibaca. “Ya, aku harus menerima demi nama baik ayah.”Clara frustasi, ia memegang tangan kakaknya dengan erat. “Kenapa tidak menolak? Jangan bilang bibi meninggalkan rumah mengomel karena ini?”Anantha mengangguk kecil. “Tidak bisa menolak. Aku sudah berjanji pada nenek sebelum meninggalkan kita. Bahwa aku akan selalu menjaga nama baik keluarga.”“Tapi, bukan seperti ini. Kamu salah paham, Kak. Jika nenek masih ada, dia pasti akan memintamu menolaknya.”Anantha menutup buku, menatap adiknya dengan serius. “Ini hanya soal waktu. Kami berdua hanya butuh membicarakan ini dengan kepala dingin. Jika setelahnya tidak cocok kami bisa membatalkan.”Clara semakin frusta

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 134

    Tiga belas tahun berlalu.Tangan kekar kekar memeluk pinggang yang masih tetap ramping seperti tiga belas tahun lalu, wanita cantik itu, tetap terlihat awet muda meski usia tidak lagi seperti dulu.“Bagaimana pekerjaanmu?” tanyanya lembut di telinga istrinya.Bibir itu tersenyum indah, ia mengusap tangan kekar yang berada di perutnya dengan lembut. Tatapannya lurus pada pemandangan di depan mereka. Pada gadis dengan dres putih dengan sebuah buku di tangannya.“Semua berjalan baik,” jawabnya.“Putri kita sudah semakin besar dan semakin mirip denganmu,” ujr William dengan tatapan bangga, “tuan Baskoro–”“Dia masih muda, sayang jika usianya tidak digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.”Menghela napas pelan, William semakin mengeratkan pelukannya. “Hanya perjodohan, jika mereka tidak cocok–”“Aku tetap tidak setuju, Willie. Anantha masih sangat muda,” tolak Rose lembut, “kukira setelah kau melewati sembilan puluh sembilan kali kencan muda di masa muda, kau sadar jika perjodohan itu ti

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 133

    Nicholas masih termangu di bawah, melihat bagaimana William memperlakukan Rose dengan sangat baik. Pria itu memberikan apa yang seharusnya wanita inginkan dan dia tidak bisa.Diam-diam, Nicholas meneteskan air mata dengan senyum getir, ada sakit yang tak bisa dijelaskan dengan benar. Putri mereka—Anantha adalah gadis paling beruntung selain mantan kekasihnya.“Tuan, kita kembali?” Megan yang sejak tadi berdiri tidak jauh dari William mencoba untuk mendekati.Nicholas memalingkan wajah, menghapus air mata yang sempat terjatuh. “Hum, kita harus kembali, tapi ada baiknya berpamitan ada yang punya acara.”Megan melihat ke atas, perhatian yang William berikan memang membuat iri siapa saja. Kini, Megan tahu, jika Nichola masih belum bisa merelakan Rose meski wanita itu telah memiliki istana sendiri.“Kalau begitu ayo,” kata Megan, “saya khawatir terlalu lama, Ibu semakin lelah menunggu.”Nicholas melangkah ragu, tatapannya penuh dengan banyak penyesalan dan perandaian, bertemu dengan Diana

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 132

    “Nyonya Diana semakin cantik, benar, kan Ibu?” bisik Megan pada Margaret. Setelah berpisah di lobi tadi, Nicholas terlihat lebih tidak bersemangat, entah apakah itu seperti dia menyesal datang atau menyesal karena tidak bisa menjadi suami yang baik dahulu.“Diana memang selalu cantik, dia pandai merawat diri, tetapi—” Margaret melirik pada putranya yang terlihat frustasi.Megan kembali meminta Margaret untuk fokus ke arah Diana, pemandangan yang semakin terlihat dramatis, “Bu, itu Bu Rose, dia ternyata lebih cantik,” puji Megan tidak bisa berhenti menatap kecantikan Rose.Nicholas yang mendengar nama Rose melihat ke arah pandang ibunya dan Megan. Ia menelan ludah kasar, kecantikan itu begitu alami, senyum yang tulus dan Nicholas merasakan jantungnya berdegup kencang.‘Sialan, kenapa aku masih berdebar ketika bertemu dengannya,’ batin Nicholas.Ia menghabiskan minumannya dan meninggalkan meja miliknya. Ia berjalan keluar untuk sekedar menenangkan diri sebelum acar benar-benar dimulai.

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 131

    aDi hari yang telah dinantikan, di gedung pencakar langit itu, berdiri para kolega besar dengan rasa kagum yang tak bisa disembunyikan. Mereka terkagum dengan foto keluarga yang dipasang begitu besar di lobi utama.“Wah, ternyata benar kata orang-orang yang pernah melihat. Putri pak William memang sagat cantik, perpaduan ayah dan ibu yang imbang,” bisik para tamu yang tak henti memuji kecantikan Anantha.“Ya, aku tidak akan berbohong, jika putri mereka memang sangat cantik dan pasti sangat beruntung,” balas yang lain.“Benar, apalagi dia adalah keturunan terakhir, kekayaan yang nyonya besar miliki akan turun padanya. Oh, si cantik itu hanya perlu bernapas.”“Anda benar, Tuhan terlalu baik pada keluarga mereka. Hingga hanya menyisakan sedikit saja pada kami.”Mereka semakin masuk ke dalam, semakin menemukan keindahan yang tak terduga, dekorasi yang indah dan sempurna, makanan yang lezat serta minuman-minuman mahal tersedia di setiap meja.Dengan ini mereka yakin jika Matilda benar-be

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 130

    Tiba di halaman belakang, Diana berjalan dengan wajah tenang, ia harus menerima nasibnya, keluarga ini memang tidak bisa menerima sebaik apa pun dia.Margaret menoleh tatkala mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Ia tersenyum le,but dan berdiri menyambut mantan menantunya. Dibandingkan Nicholas, dia jauh lebih banyak salah pada Anantha.“Diana, kemarilah!” panggil Margaret penuh rasa bersalah.“Ibu, bagaimana kabarmu?” Diana memeluk Margaret cukup lama, menahan rasa sesak di dada karena akhirnya bisa memeluk mantan mertuanya.“Ibu, baik-baik saja,” ujar Margaret merasakan hal yang sama, tetapi ia mencoba tetap tegar dan terlihat baik-baik saja.“Senang karena akhirnya bisa melihatmu lagi,” ucap Margaret setelah pelukan mereka terlepas, “kamu tinggal di mana, Nicholas—”“Aku memang pindah Ibu,” potong Diana.Mengangguk pelan, Margaret meminta Diana duduk dan menjelaskan dengan pelan tujuan, ia bisa melihat bahwa hidup mantan menantunya baik-baik saja setelah berpisah.“Ibu dengar,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status