Clara menatap lurus ke mata Ansel. Ia mencari jawaban yang tak kunjung ia temukan disana."Bagaimana? Apakah kamu setuju?" Tanya Clara sembari mengulurkan tangannya.Ansel menghela nafas pelan. Ia akhirnya mengangguk dan menjabat tangan Clara."Baiklah, aku setuju, Clara. Dan apa yang akan terjadi jika salah satu dari kita melanggarnya?" Ansel balik bertanya.Clara tampak berpikir keras."Entahlah, aku belum memikirkan sampai sana karena aku yakin aku tidak akan melanggarnya. Tapi kalau memang salah satu dari kita melanggar, maka hubungan apapun di antara kita harus diakhiri. Dengan kata lain, aku akan angkat kaki dari sini, Ansel." Ucap Clara mantap.Ansel mendelik tak percaya. Ia lalu mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha mengembalikan fokusnya."Ah, baiklah. Aku setuju dengan semua yang kamu buat."Clara tersenyum puas. Setidaknya hatinya bisa merasa tenang. Ia tidak perlu khawatir akan melukai perasaan Ansel. Karena memang tidak akan pernah ada apapun di antara mereka. Entah
Ansel tidak tahu apa yang baru saja dialami Clara. Sejak di kampus ia hanya memikirkan Clara dan Clara. Karena itu ia segera pulag saat kelasnya selesai. Alasannya apalagi kalau bukan untuk bersenang-senang dengan teman serumahnya itu lagi. Tapi barulah menginjakkan kaki di rumah, pemandangan yang ia lihat adalah Clara yang duduk mematung di ruang tengah mereka. Pandangannya kosong entah kemana. Ansel menangkap sinyal sesuatu yang buruk sedang menimpa Clara. Dan benar saja. Gadis itu hancur dalam tangisan ketika Ansel memeluknya."Kamu mau menceritakan apa yang terjadi?" Tanya Ansel sembari menyodorkan segelas susu cokelat hangat kepada Clara.Clara mengambil gelas itu dan meneguknya sedikit. Ia lalu merapatkan selimut yang diberikan Ansel kepadanya tadi."Entahlah. Aku bingung harus bercerita darimana, Ansel." Ucap Clara pelan.Ansel duduk di sisi Clara sembari mengambil remote di tangan kanannya. Sementara tangan kirinya merangkul Clara erat. Gadis itu refleks menyenderkan kepalany
Clara mengamati Ansel yang berada di atasnya dengan penuh antisipasi. Pria itu dengan cepat membuka kaosnya. Suara besi yang berdenting terdengar. Ansel tengah sibuk membuka ikat pinggang dan celana jeansnya. Setelah bawahan itu terlepas, Ansel berdiri dengan lututnya di atas Clara. Menatap gadis itu dengan mata yang buas.Ansel meraih tangan Clara dan meletakkannya di depan kejantanan yang masih terhalang sepotong boxer. Clara mengelus gundukan yang mengeras itu dengan lembut."Lihat ini, milikku juga sudah merindukanmu." Ujar Ansel sambil tertawa kecil.Tanpa berpikir dua kali, Ansel melepas boxernya dan membuat senjata yang terkungkung itu bebas. Ansel memijat-mijat batangnya dengan tangannya sendiri. Setitik cairan kental keluar dari ujungnya dan Ansel mengoleskannya di kepala kejantanannya.Setelah ritual singkat itu, Ansel mensejajarkan miliknya tepat di depan bagian intim Clara yang sudah menjerit minta diisi."Aku akan mulai, Clara." Bisik Ansel perlahan.Ansel mulai memasukka
Clara benar-benar gelisah. Sudah dua bulan ini Clara tidak mendapatkan tawaran pemotretan. Dan sejujurnya uangnya sudah mulai menipis. Beruntungnya Clara, Ansel sekarang tidak terlalu mempermasalahkan soal uang sewa lagi. Ia tak pernah mengingatkan apalagi menagih. Dan Ansel juga tidak keberatan Clara memakai barang-barang miliknya dan memasak bahan makanan yang ia beli. Setidaknya beban Clara agak berkurang karena kebaikan Ansel ini."Huft, kenapa aku tidak kunjung mendapatkan tawaran pemotretan lagi? Apakah sebaiknya aku kembali menghubungi Miss Grace ya?" Gumam Clara kesal karena meskipun ia berkali-kali membuka emailnya, tawaran pekerjaan tidak kunjung ia terima.Clara menekan nomor managernya itu. Sekarang pasti Miss Grace sedang bersantai sepulang kerja. Jadi rasanya tidak masalah bagi Clara untuk meneleponnya sekarang.Beberapa kali nada tunggu berbunyi dan terdengar suara Miss Grace yang menyambut Clara. Tapi suara wanita itu terdengar letih entah mengapa."Hi, Miss Grace. Apa
Clara menatap pantulan wajahnya di cermin. Ia memulas sedikit demi sedikit riasan di wajahnya. Membuat wajahnya yang cantik semakin tampak sensual dan menggoda. Setelah beres, Clara memilih salah satu dari sekian banyak koleksi lingerie yang ia dapatkan dari pemotretan dahulu. Pilihannya tertuju pada babydoll hitam berpotongan rendah dengan renda di bagian dada dan paha."Kurasa sebaiknya aku memilih yang tidak terlalu terbuka pada siaran pertama." Gumam Clara.Clara lalu mengenakan toping kucing yang menutupi matanya. Ia tidak ingin wajahnya terpampang nyata di seantero dunia maya dan dikenal sebagai streamer porno. Pekerjaannya sebagai model lingerie sudah cukup memberikannya pelajaran pahit untuk selalu merahasiakan identitasnya. Apalagi di dunia seperti ini.Jemarinya lihai meluncur di keyboard laptopnya. Setelah beberapa menit selesai membuat akun, Clara menekan tombol untuk menyalakan siaran langsung. Jantungnya berdebar-debar. Ia tidak sabar melihat berapa banyak orang yang aka
Ansel melangkah dengan cepat menyusuri jalanan menuju apartemennya. Sepuluh menit berjalan, ia pun tiba di depan gedung bertingkat itu. Dan tanpa ragu, Ansel berjalan cepat membelah lobi dan masuk ke lift apartemen. Ia segera menekan tombol sepuluh dan lift mengantarkannya ke lantai unitnya dalam sekejap mata.Senyum Ansel sumringah. Ia sudah tidak sabar lagi ingin bertemu Clara. Hatinya sudah merindu dan jantungnya berdebar begitu cepat. Ansel masuk dan segera berjalan ke depan pintu kamar Clara. Ia mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu kamar gadis itu, namun seketika pintu itu melayang terbuka di depan matanya.Ansel melihat Clara yang keluar dari kamarnya. Gadis itu mengenakan babydoll hitam yang sangat seksi. Salah satu lingerie yang pernah Clara gunakan saat pemotretan. Ansel tersenyum sumringah. Hatinya senang karena merasa Clara sengaja berpakaian seperti itu untuk menyambutnya pulang."Hi, Clara." Sapa Ansel riang.Clara menoleh ke arah Ansel dan tersenyum tipis."Oh, hai
"Kamu ingin pergi kemana lagi?" Ansel bertanya pada Clara saat mereka selesai makan. Clara tampak berpikir. Bingung ingin menentukan kemana tujuan mereka selanjutnya."Maukah kamu mengajakku berjalan-jalan? Ke tempat yang indah seperti taman misalnya." Pinta Clara pelan.Ansel tertawa pelan."Tentu saja, Clara. Aku akan mengajakmu bersenang-senang seharian ini. Kamu bebas menentukan kemana kamu ingin pergi. Ayo sebutkan namanya! Universal Studios?" Balas Ansel antusias.Clara tampak berpikir lagi."Tidak, aku tidak ingin ke tempat seramai itu." Tolak Clara halus. Walaupun sebenarnya dia sangat ingin pergi kesana, tapi rasanya Clara tidak enak jika harus menghabiskan uang Ansel begitu banyak."Lalu kemana?" Tanya Ansel bingung."Singapore Botanic Garden? Aku dengar tempatnya sangat indah dan teduh. Sepertinya menyenangkan." Jawab Clara sungkan.Ansel mengangguk antusias. Tempat itu memang sangat indah. Dan juga sangat romantis. Entah kenapa hati Ansel menjadi berdebar membayangkan akt
Mata Ansel melihat Nick dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia tak habis pikir bagaimana bisa ia bertemu dengan temannya di tempat ini. Seorang Nick? Mengunjungi taman bunga? Omong kosong macam apa itu?"Jadi apa yang akan kalian lakukan sekarang?" Tanya Nick dengan nada ceria. Ansel dapat melihat bahwa Nick tampaknya tertarik pada Clara."Kami akan langsung pulang, Nick." Jawab Ansel singkat."Pulang? Maksudmu? Kalian tinggal serumah?" Ucap Nick seolah tidak percaya.Clara mengangguk."I-""Tidak, kami hanya bertetangga saja. Kebetulan unit kami berdekatan." Potong Ansel sebelum Clara menyelesaikan kata-katanya.Clara menatap Ansel bingung. Kenapa Ansel harus berbohong dan tidak mengatakan bahwa mereka tinggal serumah?"Wah, kalau begitu bolehkah aku berkunjung ke rumahmu, Clara? Aku ingin mengobrol banyak denganmu tapi tampaknya kalian sudah ingin pulang, kan?" Ucap Nick sambil berusaha menarik perhatian Clara.Clara tertawa canggung. Ia bingung harus menjawab apa."Ah, sepertinya