Hallo semua selamat datang di cerita kedua aku yang berjudul “Terjerat Cinta Mafia Kejam” dan aku harap kalian suka yahh sama cerita aku ini!
Selamat membaca… wanita cantik sedang duduk sambil menggenggam segelas coklat panas dan matanya menerawang kedepan. Wanita itu duduk sambil menghirup aroma coklat yang menguar dan wanita itu menutup matanya untuk meresapi keheningan malam yang ditemani bunyi jangkrik di malam hari.Dia adalah Aphrodite Lorreyn Skyline, seorang wanita yang memiliki kecantikan yang sangat luar biasa. Kulitnya yang putih bersih bagikan salju dan bibirnya yang berwarna merah muda. Mata yang berwarna langka yaitu Heterochromia yang dimana mata sebelah kirinya berwarna hijau dan sebelah kanan berwarna abu-abu tetapi Aphrodite menggunakan softlen untuk menutupi mata indahnya serta rambutnya berwarna cokelat bergelombang.Aphrodite menghembuskan napasnya kasar ketika memikirkan kejadian dimana dirinya dipaksa untuk masuk kedalam sebuah mobil mewah. Aphrodite mencoba untuk melawan dengan sekuat tenaga tetapi sialnya dia disuntik oleh salah satu orang yang duduk di sebelahnya.“Tenagamu lumayan juga,” kata seorang pria yang duduk dikursi depan dan membuat Aphrodite membulatkan matanya. “Kau sudah gila kak?!“ kata Aphrodite dengan suara lemah.Padahal obat yang disuntikkan tadi jika diberikan kepada orang lain maka orang itu tidak akan mampu untuk berbicara tetapi berbeda dengan Aphrodite. “Aku tidak bisa menunggu lama lagi Aphrodite karena aku takut kau akan berada dalam bahaya lagipula aku sudah berulang kali memintamu dengan cara baik-baik tetapi kau tidak mendengarku,” kata pria itu sambil menghembuskan nafasnya kasar.“Tolong mengertilah karena hanya ini satu-satunya jalan untuk kau bisa masuk kedalam kediaman pria itu.” Pria itu menatap Aphrodite dengan tatapan lelah.“Tapi tidak dengan menjadikanku jalang!”kata Aphrodite dengan nada marah dan kecewa disaat yang bersamaan. “Aku tidak menyuruhmu menjadi jalang Aphrodite!!! Aku tahu Atland pasti akan tertarik kepadamu dan dia tidak akan menjualmu,” Kata pria itu dengan suara yang naik beberapa oktaf.“Bagaimana kalau dia bahkan tidak melirikku sama sekali?” kata Aphrodite dengan nada geram. Jika saja obat ini tidak membatasi gerakannya mungkin dia sudah melayangkan tinjuannya pada pria didepannya ini yang sialnya adalah kakak kandungnya sendiri.“Maka aku yang akan menyelamatkanmu. Aku mohon padamu Reyn hanya di mansion pria itu kau bisa selamat,” kata pria itu dengan tatapan memohon dan membuat Aphrodite membuang wajahnya ke arah samping. Aphrodite merasa bahwa semua ini salah.Walaupun Aphrodite pernah menyelamatkan Atland ketika Atland hampir mati di kerja musuh tetapi Aphrodite juga tahu seberapa besar kekejaman Atland. “Cuman beberapa bulan saja Reyn setelah itu aku akan membawamu keluar dari mansion itu,” Kata pria itu ketika melihat Aphrodite hanya diam dan pria itu juga tahu kalau Aphrodite tidak mempunyai pilihan lain lagi.Mereka telah sampai di salah satu club milik Atland dan Aphrodite langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian kurang bahan yang menunjukan lekuk tubuhnya yang sempurna.“Aku akan memperhatikanmu dari jauh,” kata pria itu dan mengecup kepala Aphrodite sebelum meninggalkan Aphrodite dengan wanita-wanita yang sedang menangis karena tidak ingin di jual.Aphrodite menahan tangan pria itu. “Bisakah kau memberitahukanku kenapa kau melakukan ini kak?” tanya Aphrodite kepada pria itu tetapi pria itu malah mengelus pipi Aphrodite dengan sangat pelan dan lembut.“Kakak akan memberitahukan semuanya padamu nanti,” kata pria itu dan langsung meninggalkan Aphrodite yang menghela napasnya dengan kasar.Suara tangisan para wanita tidak mencegah ingatan Aphrodite ketika Aphrodite menyelamatkan Atland. Hal itu terjadi ketika Aphrodite baru saja pulang dari minimarket untuk membeli kebutuhan anak-anak panti dan ketika Aphrodite melewati sebuah gang kumuh Aphrodite melihat seorang pria yang tergeletak tak berdaya di gang gelap tersebut.“Hei apakah kau mendengarku?” kata Aphrodite sambil menepuk pipi pria itu berulang kali dan membuat pria itu kembali mendapatkan kesadarannya. Pria itu menatap mata coklelat wanita yang ada didepannya. “Astaga kau berdarah!!”kata aphrodite dengan panik dan menahan darah yang mulai merembes dari perut pria yang tak lain adalah Atland.“Kau tahan sebentar dengan tanganmu,”kata Aphrodite sambil membawa tangan Atland untuk di taruh di atas perutnya sendiri.Aphrodite berlari ke arah minimarket dan membeli kain kasa dan beberapa obat untuk menahan pendarahan di perut Atland. Setelah beberapa saat akhirnya aphrodite kembali. “Aku akan membuat darahmu berhenti dan setelah ini aku akan menelpon ambulance dan kau bisa ke rumah sakit.”Atland hanya diam sambil menatap wanita yang sangat cantik dan Atland belum pernah melihat wanita yang memiliki kecantikan yang luar biasa ini walaupun hanya sedikit cahaya dan jangan lupa wanita ini menggunakan masker.Entahlah Atland juga tidak tahu mengapa dia bisa mengatakan bahwa wanita didepannya ini sangat amatlah cantik apalagi matanya yang berwarna langkah serta bulu mata yang lentik tersebut mendukung pernyataan Atland.“Aku akan menelpon ambulance.” Atland langsung merampas ponsel Aphrodite dan mematikannya begitu saja. “Tidak perlu,”kata Atland dengan datar dan mencoba bangkit dari duduknya dan Aphrodite langsung membantu Atland. “Apa kau yakin? Aku rasa kau membutuhkan pengobatan sekarang jika tidak ingin mati karena kehilangan banyak darah.”Atland menekan tombol yang ada di jam tangannya dan tak lama kemudian banyak mobil yang datang ke gang tersebut.Mata Aphrodite seketika membulat dan menggenggam tangan Atland. “Jangan khawatir aku sangat pintar dalam bela diri dan aku bisa melindungimu. Aku yakin pria-pria ini yang melukaimu,” kata Aphrodite tanpa memandang ke arah Atland.Atland sendiri melihat tangan mungil yang terasa hangat dan pas dalam genggamannya. Atland tidak berniat melepaskan genggaman tersebut padahal Atland bukan tipe orang yang suka disentuh.“Kau berlarilah lebih dahulu dan aku akan menyerang mereka,” kata Aphrodite dan mulai memasang kuda-kuda untuk melawan pria yang cukup banyak di depannya. Para bodyguard yang ingin menaikkan senjata langsung mengurungkan niat mereka ketika Atland menatap mereka dengan tajam.“Mereka adalah anak buahku,” kata Atland dengan suara datar dan membuat Aphrodite menatap ke arah Atland dan bahkan Aphrodite mengerjapkan matanya dengan polos.“Oh syukurlah kalau begitu.” Aphrodite melepaskan tautan tangan mereka. “Kalian bawalah tuan kalian ke rumah sakit karena mungkin dia telah kehilangan banyak darah walaupun dia masih sangat terlihat kuat saat ini,” Kata Aphrodite dan mengambil barang belanjaannya.“Apakah mereka tidak bisa menjaga tuan mereka dengan benar sampai Tuan mereka mendapat luka seperti ini?” kata Aphrodite pelan yang masih bisa didengar oleh Atland.Aphrodite menatap dalam mata Atland sebelum melangkah pergi dari sana. Atland yang ingin kembali mengejar Aphrodite langsung mengurungkan niatnya ketika Dames melapor kalau musuh-musuhnya sudah dalam perjalan menuju ke mansion yang dimana adik sepupunya berada.“Kenapa kau melamun di sini?! Cepat bangun karena kalian akan di jual,” kata seorang pria sambil membentak Aphrodite dan membuat Aphrodite menghentikan kenangannya malam itu. “Semoga saja pria itu melihatku dan menyelamatkanku sesuai rencana,” kata Aphrodite dalam hatinya.Tangan Aphrodite sudah di tarik dengan kasar oleh pria itu dan Aphrodite bisa saja menghempaskan tangan pria yang sedang menariknya ini tetapi Aphrodite terlalu malas dan hanya mengikuti alur yang di inginkan pria itu.Seorang pria yang sangat tampan baru saja turun dari mobil mewahnya yang dimana mobil tersebut hanya ada satu di dunia dan di produksi hanya untuk pria tersebut. “Selamat malam tuan Atland,” kata salah satu penjaga club tersebut.Atland Xavier Camaro seorang mafia dari Italia yang sangat tampan tetapi juga kejam. Memiliki mata berwarna Abu-abu yang terkadang mata abu-abunya memiliki warna abu-abu kebiruan atau abu-abu berasap diirisnya. Alis mata yang berwarna hitam dan rapi tanpa perlu di bentuk lagi serta Hidung yang sangat mancung bagai perosotan dan rahang yang tegas serta bulu-bulu halus di sekitarnya yang menambah kesan seksi.“Apakah mereka sudah tiba?” Nada rendah Atland terdengar di telinga sekertarisnya. “Mereka sudah tiba tuan,”kata sekertarinya yang bernama Dames Abraham Mongey dan Atland merespon dengan melangkahkan kakinya ke arah ruangan berkaca di lantai tiga untuk menatap wanita-wanita yang akan dijual malam ini.Tatapan tajam Atland berhenti di salah Watu wanita yang sangat cantik dan kecantikannya mengalahkan semua wanita yang ada disana tetapi Atland merasa kalau wajah wanita itu sangat familiar untuknya. “Siapa wanita itu?” tanya Atland sambil mengendikkan dagunya kearah wanita yang sempat membuatnya terpaku.Bersambung…Terima kasih sudah membaca chapter ini dan jangan lupa untuk membaca chapter selanjutnya ^_^Happy reading!! Aphrodite menghentikan langkah kakinya ketika sampai di depan pintu ruangan Arvies kakaknya. Aphrodite menatap Atland dengan tatapan gelisah dan Atland menggenggam tangan Aphrodite dengan erat seolah menyalurkan ketenangan untuk Aphrodite. “Semuanya akan baik-baik saja,” kata Atland dengan suara lirih. Atland membuka pintu ruangan Arvies ketika Aphrodite mengangguk. Tatapan Aphrodite terpaku pada kondisi kakaknya yang jauh dari kata baik. “Kakak … bagaimana kabar kakak? Apakah masih sakit?” pertanyaan itu mengalir bergitu saja walaupun Aphrodite tahu kakaknya tidak dalam keadaaan yang baik-baik saja. Aphrodite sendiri mencoba untuk bersikap tenang didepan kakaknya. Padahal jauh didalam lubuk hatinya, Aphrodite ingin menangis sekencang-kencangnya sambil memeluk kakaknya. “Aku baik-baik saja sweetheart.” Arvies mencoba menggerakkan badannya yang seolah remuk. Perban di kepala serta bahu Arvies membuat Aphrodite meringis ngilu. “Dimana Aretha?” tanya Arvies dengan
Happy reading!!! Atland merangkul pundak Aphrodite dengan kuat tetapi tidak menyakiti ketika peti Aretha mulai diturunkan kedalam tanah. Aphrodite sendiri masih tidak menyangka jika sahabatnya akan meninggal secepat ini padahal begitu banyak rencana yang bahkan belum mereka lakukan bersama. Aphrodite membiarkan air matanya mengalir dengan deras dan entah sudah berapa kali dia menitipkan air mata. Aphrodite langsung luruh ke tanah ketika satu persatu anak buah Atland mulai menutupi peti Aretha dengan perlahan. “Berhenti! Aku bilang berhenti!” Teriak Aphrodite dengan suara seraknya. Sungguh Aphrodite tidak sanggup melihat peti Aretha tertimbun oleh tanah. “Sayang …,” kata Atland dengan nada rendah karena tidak sanggup melihat kerapuhan Aphrodite. “Atland … Aretha mungkin saja masih hidup. Tolong angkat kembali peti itu.” Aphrodite belum bisa menerima keadaan yang sungguh menikam jantungnya. Aphrodite bahkan tidak bisa membayangka
Aphrodite berlari dengan cepat tanpa mempedulikan apapun dan bahkan Aphrodite tidak meminta maaf kepada orang-orang yang tidak sengaja ditabraknya. Di dalam kepala Aphrodite saat ini dia hanya ingin bertemu dengan kakaknya. “Bagaimana dengan keadaan kakakku?” tanya Aphrodite dengan suara bergetar dan bahkan napasnya tidak beraturan karena berlari. Mr. Tobias menghela napasnya dan menarik Aphrodite untuk duduk di kursi yang ada didepan ruangan operasi. “Dokter Jordan masih didalam untuk mengeluarkan peluru yang bersarang didalam tubuh kakakmu Reyn.” kata Mr. Tobias dan membuat air mata Aphrodite langsung luruh. “Semua akan baik-baik saja sayang,” kata Atland sambil memeluk Aphrodite yang langsung terisak di pundak suaminya. Mr. Tobias mengurungkan niatnya untuk memberitahukan kepada Aphrodite tentang kondisi Aretha yang jauh lebih parah dibandingkan kondisi Arvies. Aphrodite baru menyadari kalau dia
Happy reading everyone!!! Aphrodite melangkah dengan penuh percaya diri ketika masuk kedalam perusahaan milik Atland. Wajah datar Aphrodite tidak membuat para lelaki merasa takut tetapi semakin menatap Aphrodite dengan tatapan yang sangat memuja. “Apakah Atland sangat sibuk hari ini?” tanya Aphrodite pada Dames yang baru saja menekan tombol lift. “Tuan Atland hanya bertemu beberapa investor saja hari ini nyonya.” Aphrodite mengangguk dan begitu bunyi lift terdengar Aphrodite langsung melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke ruangan Atland. “Hai sayang.” Atland yang baru saja ingin menegur orang yang berani masuk kedalam ruangannya tanpa mengantuk langsung mengurungkan niatnya ketika melihat istri tercintanya yang masuk kedalam ruangannya. “Hai sayang, bagaimana perjalanannya? Apakah aman?” tanya Atland dan melangkah mendekati Aphrodite. Aphrodite menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Atland. Atland melabuhkan ciuman di bibir mungil Aphrodite. Atland menat
Happy reading!!!! Sebulan telah berlalu dan setiap hari cinta antara Atland dan juga Aphrodite semakin bertumbuh. Atland memperlakukan Aphrodite layaknya ratu sampai terkadang Aphrodite tidak tahu harus membalas rasa cinta Atland dengan cara apa. “Aku sudah bilang jangan masuk kedalam dapur.” Aphrodite terkejut ketika suara itu sangat dekat dengan telinganya dan belum lagi sepasang tangan yang melingkar erat dipinggangnya. “Kau membuatku hampir menumpahkan makanan ini,” kata Aphrodite dengan nada geram tetapi malah membuat Atland mencium pipinya dengan gemas. “Jawab pertanyaanku sayang.” Aphrodite menghela napasnya. “Aku hanya bosan seharian berbaring di tempat tidur Atland dan juga aku ingin kamu memakan masakanku sendiri,” kata Aphrodite dengan nada sedih dan Atland tidak cepat luluh dengan perkataan Aphrodite. Atland memberi kode kepada maid untuk mengambil alih masakan Aphrodite dan kemudian Atland menarik tangan Aphrodite untuk keluar dari dapur. Aphrodite hanya bisa mengh
Happy reading!!! Atland memegang pundak Aphrodite dan menatap istrinya dengan tatapan serius. “Tetaplah disini dan jangan keluar sebelum aku datang menjemputmu,” kata Atland dengan nada serius dan kemudian mengambil sebuah pistol di balik jasnya dan meletakkannya di atas tangan Aphrodite.“Tembak siapapun yang berani melukaimu,” kata Atland lagi dan berjalan keluar bersama Arvies.Aphrodite menjatuhkan dirinya di kursi dan memegang erat pistol yang ada di tangannya. “Aku mohon Tuhan sekali ini saja tolong biarkan kebahagiaan ini tidak berlalu dengan cepat.” “Semuanya akan baik-baik saja Reyn percaya padaku,” kata Aretha sambil menggenggam tangan Aphrodite dengan erat. Atland dan Arvies baru saja tiba di tempat pelaminan yang dimana seharusnya Atland dan Aphrodite sudah berdiri disana dengan penuh kebahagiaan. “Siapa kalian dan ada urusan apa kalian datang kemari?” tanya Arvies dengan suara yang menggema dikeheningan malam karena banyak sekali pria bersenjata yang berbaris rapi didep