“Kau sedang mendongeng atau membicarakan ku?” ucap Wilson dengan datar.
Kasih hanya menunduk sembari meremas jemarinya. Wilson bisa melihat dengan jelas betapa gadis itu sangat ketakutan. Ia pun mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menghampiri Rama yang sedang bersandar manja di bahunya.
“Sayang, kenapa kau belum tidur?” Wilson berkata lembut dengan tangannya yang membelai pucuk kepala Rama.
“Aku belum ngantuk, Dad. Aku masih ingin mendengar dongeng dari Mommy.”
“Tapi ini sudah malam sayang, besok lagi ya,” ucap Wilson membujuk.
“Iya Daddy,” ucap Rama menurut. Rama memang anak yang pintar. Terkadang Wilson merasa bersalah karena tidak pernah ada waktu untuk mengajak putra semata wayangnya itu jalan-jalan.
Wilson merebahkan tubuh Rama lalu menyelimutinya. Dia pun menyetel musik pengantar tidur kesukaan Rama yang berjudul Girls Like You. Perlahan musik mulai terdengar, alunan nya yang begitu merdu dan sangat menyentuh membuat Rama memejamkan mata dengan cepat.
Seulas senyum pun hadir di sudut bibir nya melihat pertumbuhan Rama yang begitu cepat. Tidak terasa semuanya sudah berlalu, padahal dulu Wilson sempat menolak kehadiran Rama karena menyangkal bahwa ia bukanlah putra kandungnya. Tapi Alin meyakinkan dengan tes DNA, sehingga Wilson pun menikahi wanita itu dengan terpaksa.
Wilson menatap anak laki-lakinya yang sangat tampan. Ia mencium kening Rama, setelahnya mematikan musik.
Wilson menoleh ke arah Kasih yang ternyata gadis itu juga sudah tertidur. Wilson berdecih, ia seperti mempunyai dua anak. Niat hati menidurkan Rama, namun malah Kasih juga ikut tertidur.
“Semoga kau memimpikan ku, calon istri,” gumamnya pelan, ia pun berlalu keluar.
Wilson kini tengah berada di balkon kamar di temani dengan sebatang rokok. Tatapannya tertuju pada langit malam yang begitu indah. Banyaknya bintang yang bersinar membuat laki-laki itu tersenyum.
Tidak lama kemudian terdengar suara dering ponsel, Wilson meraih benda pipih itu lalu menggeser tombol hijau.
“Halo, Tuan,” ucap suara dari seberang sana.
”Kami sudah mendapatkan informasi. Dugaan kita selama ini tidak salah, mata-mata dari luar itu ternyata adalah orang terdekat kita sendiri. Dan orang itu adalah...”“Rai,” ucap Wilson dengan santai, ia mematikan puntung rokoknya.
“Aku sudah tahu!” ucapnya kemudian.
“Tu-Tuan sudah tahu?”
“Ya, dan aku minta malam ini juga urus pertemuan ku dengan Rai!” tegas Wilson, panggilan pun terputus.
🌼🌼🌼🌼🌼
Cafe Wangi Jakarta pukul 21.30 Wib.
Sepasang kekasih yang sedang mengobrol terlihat sangat bahagia. Rai, laki-laki itu nampak serius mengutarakan niatnya untuk menikahi sang pujaan. Rai menyodorkan kotak berwarna merah kecil itu tepat di hadapan Alin.
“Ini apa?” tanya Alin penasaran.
“Bukalah sayang itu untukmu,” ucap Rai seraya tersenyum lebar.
Alin membuka kotak itu secara perlahan, dan alangkah terkejutnya apa yang di berikan Rai padanya. Sebuah cincin berlian keluaran terbaru yang harganya sangat fantastis.
“Rai, ini untukku?” Alin menganga tak percaya.
“Iya sayang, apa kau suka?”
“Suka banget, Rai. Tapi darimana kau mendapatkan cincin sebagus ini?”
“Tentu aku beli dari uang mantan suamimu itu,” ucap Rai dengan santai.
”Sebagai kepercayaan Tuan Wilson, tentu aku tidak menyia-nyiakan begitu saja bukan?”
“Maksud mu, Rai? kau korupsi?”
“Sudahlah yang penting kau suka kan?”
“Suka banget,” ucap Alin tersenyum senang dengan membolak balikkan cincin berlian nya.
“Sini aku pakaikan di jarimu,” ucap Rai. Alin pun menyodorkan tangan putihnya, kemudian Rai memasangkan cincin itu di jari manisnya.
Prokk..prokk..prokk..
“Bagus sekali,” ucap seseorang yang baru saja datang membuat Rai terlonjak kaget.
“Sam, ngapain kau kemari?” ucap Rai yang sudah mulai panik. Apalagi Sam membawa pasukan yang begitu banyak.
“Dasar pengkhianat! rupanya kau bermuka dua, Rai,” ucap Sam menatap tajam.
“Apa maksud mu?”
“Kau telah menusuk Tuan Wilson dari belakang. Begini caramu membalas kebaikan nya?”
“Sam, aku bisa jelaskan semuanya,” ucap Rai membela diri, begitupun dengan Alin yang sudah berkeringat dingin.
“Kalian berdua ikut kami!” titah Sam.
“Tidak, aku tidak mau!” teriak Alin, namun beberapa anak buah telah menyeretnya secara paksa.
“Lepaskan dia, Sam!” teriak Rai dengan kesal.
Rai memberontak berusaha melawan mereka. Hantaman demi hantaman di berikan kelima laki-laki itu pada Rai. Sementara Alin menangis tidak bisa menolong. Ia merasa bersalah membawa Rai ke dalam masalahnya. Dengan sisa tenaga yang masih ada Rai terus memberontak. Wajahnya sudah babak belur karena terus melawan. Para pengunjung cafe dan pelayannya berteriak melihat keributan yang terjadi. Sementara pengurus cafe sama sekali tak berani ikut campur dengan masalah mereka, pasalnya pelayan di situ semua tahu bahwa mereka adalah anak buah dari Tuan Wilson. Jadi tidak ada yang berani melerainya.
Rai dan Alin di bawa ke mansion kedua Tuan Wilson. Dia di dudukkan di kursi dengan kedua tangan yang terikat ke belakang.
Tubuhnya sudah lemah dengan banyaknya darah yang mengucur dari atas kepala. Sedangkan Alin kembali di masukkan ke ruang bawah tanah.“Tunggu di sini! selanjutnya Tuan Wilson lah yang akan mengeksekusi mu,” ucap Sam tersenyum smirk. Ia pun meninggalkan Rai sendirian.
1 jam kemudian
Terdengar suara langkah kaki memasuki ruangan. Seorang pria brewok dengan gagahnya berjalan mendekati Rai. Wilson, ia menopang dagu menatap Rai dari ujung kepala hingga ujung kaki.
“Bangun, Rai,” ucap Wilson membuat Rai mengerjapkan matanya.
“Tu-Tuan,” ucapnya dengan lemas.
“Kau tahu Rai aku tidak suka basa-basi. Sekarang jelaskan kenapa kau tega menusukku dari belakang?” ucap Wilson dengan santai namun terdengar mengerikan di telinga Rai.
“Tuan, saya melakukan itu karena saya mencintai Alin, maafkan saya Tu...”
“Tidak! bukan itu yang aku mau dengar,”
ucap Wilson.“Kenapa kau tega bekerja sama dengan Kenzi Anggara klan musuh terbesar kita? Tidak kah kau ingat Rai, selama ini aku sudah mempercayakan sepenuhnya padamu,” ucap Wilson membuat Rai merasa tersentil.
“Dimana kesalahan ku, Rai?”
Ucapan Wilson membuat tubuh Rai gemetar hebat. Laki-laki itu sudah pasrah apa yang akan terjadi selanjutnya. Rai benar-benar merasa menjadi orang jahat.
“Tu-Tuan sa-saya minta ma-maaf,” ucap Rai terbata-bata karena tubuhnya sudah lemah.
“Kau tahu aku tidak suka menerima kata maaf Rai, maka dari itu aku memutuskan untuk...”
Wilson mengusap wajahnya dengan kasar kemudian mengambil pistol yang berada di pinggangnya lalu mengarahkan tepat di kepala Rai.
“Maafkan saya Tuan, beri saya satu kesempatan,” ucap Rai memohon sambil menangis.
Namun Wilson sama sekali tak mempedulikan nya. Rai menutup mata saat Wilson benar-benar menembaknya. Darah segar bercucuran dari kakinya. Ternyata Wilson hanya menembak kaki laki-laki itu. Rai meringis menahan sakit yang begitu dalam.
“Sam,” panggil Wilson.
“Saya, Tuan.”
“Antar dia kerumah orang tuanya!”
“Baik, Tuan,” sahut Sam.
Wilson pun membenarkan jasnya kemudian pulang ke kediaman utama.
Sesampainya di kamar, Wilson tidak bisa tidur kepalanya terasa pusing. Maka ia memutuskan untuk tidur di kamar Rama saja bertiga dengan Kasih.
Wilson naik ke atas Ranjang memeluk kasih dari samping. Gadis itu terasa empuk dan nyaman. Wilson pun akhirnya tertidur dengan nyenyak.
Pagi menjelang, Kasih terbangun dari mimpi indahnya. Ia merentangkan kedua tangan ke atas serta mulut yang menguap lebar. Semalaman tidurnya terasa nyenyak, namun seperti ada sesuatu yang janggal dengan tubuhnya, tapi apa?Kasih meraba-raba dan mendapati dirinya tidak menggunakan bra. Kasih terkejut setengah mati. Jika tidur di rumah Bundanya ia memang tidak pernah memakai bra. Tapi semenjak tinggal di kediaman Tuan Wilson Kasih tak pernah melepas bra nya saat tidur. Lalu siapa yang melepas? Kasih melirik kesana kemari dan menemukan bra nya tergeletak di samping bantal.“Astaga siapa yang sudah menyopot ini?” Kasih memegangi kedua gunung kembarnya dengan panik.“Apa mungkin Tuan Wilson,” gumam Kasih. Ia merasa sedih karena untuk ke sekian kalinya laki-laki tua itu menjamah tubuhnya lagi.Di saat bersama, Wilson masuk membawakan segelas susu serta roti untuknya. Ia menaruh di atas nakas samping tempat tidur. Matanya melirik ke
Kring Bunyi ponsel berdering membuat Wilson menghentikan aktivitas nya. Ia menurunkan Rama dari gendongan lalu memberikan pada Kasih. “Bagaimana?” Wilson menerima telepon sangat pelan. “Sudah dapat, Tuan,” ucap suara dari seberang sana. “Ok, tunggu aku sekarang,” ucap Wilson. Panggilan pun terputus. “Siapa Tuan?” tanya Kasih dengan lancang. Tuan Wilson mengernyit. “Bukan siapa-siapa! anak kecil pengen tahu saja,” ucap Wilson membuat Kasih malu setengah mati, bisa-bisanya dia kepo dan bertanya siapa yang menelepon. Wilson kini berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Rama. Ia mengusap pucuk kepala bocah itu dengan lembut. “Daddy ada urusan, kau jangan nakal ya!” ”Iya Dad,” sahut Rama tersenyum. “Kau jaga Rama! aku ada urusan. Mungkin nanti malam baru pulang,” ucapnya pada Kasih. “Baik, Tuan.” Wilson pun masuk ke dalam kemar untuk berganti baju, setelahnya menuju garasi dimana Hito beserta
“Tidaaaakkk.” teriak Kasih tatkala tangan mungilnya menyentuh sesuatu yang keras di balik sana.Buru-buru ia mendorong tubuh Wilson hingga laki-laki itu tersungkur ke bawah lantai.“Sial, badanmu kecil kenapa tenagamu sangat kuat,” maki Wilson tidak terima. Ia pun berdiri dan menarik Kasih ke dalam dekapannya. Kasih meronta-ronta melepaskan diri, namun Wilson semakin kencang memeluknya.“Malam ini kau harus melayaniku,” bisik Wilson di telinga Kasih.“Tidak! aku tidak mau, Tuan.” teriak Kasih menangis histeris. Wilson benar-benar membuatnya takut.“Sebentar saja setelah itu aku akan...”DUAAAAKKWilson tidak melanjutkan bicaranya saat Kasih menendang sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Laki-laki itu meringis kesakitan sambil memegangi keperkasaan nya dengan kedua tangan.“Kasih.” teriak Wilson menggema di kamar itu membuat Kasih menutup telinga nya
Pagi menjelang, arah jarum jam menunjukkan pukul enam pagi. Dua orang manusia yang sedang berbagi tempat tidur begitu terbuai dengan posisi saling berpelukan. Bibir Wilson sudah menjelajah di sekitar punggung mulus Kasih. Dia juga melepas tali bra agar bisa mengekpose lebih leluasa lagi. Kasih tidak peduli apa yang di lakukan oleh Wilson. Toh laki-laki itu pasti akan menuntut lebih jauh jika dirinya menolak. Kasih memejamkan mata dengan menggigit bibir bawahnya. Tuan Wilson kini tengah menyusu seperti bayi. Bibirnya yang hangat dan basah membuat Kasih terbang bagai di awang-awang. “Tuan, jangan di gigit,” ucap Kasih dengan suara yang serak. “Tidak, kau nikmati saja,” sahut Wilson. Tidak lama kemudian terdengar ketukan pintu yang tak biasa. Bukan lagi ketukan seperti biasanya, namun lebih seperti menggedor-gedor pintu. “Tuan, ada orang,” ucap Kasih menjauh. Ia membenarkan baju nya kembali. Wilson berdecih di saat seperti ini ada
Sementara di kediaman Tuan Wilson, Kasih baru saja menjelajah seluruh isi rumah. Hari ini ia teramat suntuk. Biasanya bermain dengan Rama, tapi sekarang bocah kecil itu sedang di ajak main dengan Uncle nya.Kasih nampak berfikir sejenak, sesaat kemudian ia baru ingat jika Tuan Wilson memiliki ruang musik. Gadis itu pun dengan semangat nya menuju lantai atas.Sesampainya di sana, Kasih membuka pintu secara perlahan. Tangannya meraih stop kontak dekat ujung pintu. Matanya melirik kesana kemari menatap kagum pada ruangan itu. Semua alat musik apapun ada di dalamnya, mulai dari gitar, piano, biola, angklung dan sebagainya.Kasih langsung duduk di depan piano. Ia pun mulai memainkan jarinya pada tuts piano tersebut. Terdengarlah alunan suara piano yang begitu indah memenuhi sudut ruangan yang nampak sepi. Kasih menyanyikan sebuah lagu yang mewakilkan seluruh perasaannya untuk orang yang sangat special di hatinya. Entah untuk siapa?Sebuah lagu berjudul Guardia
“Hari ini kau ikut denganku! kita akan fitting gaun pengantin,” ucap Wilson setelah melakukan aktivitas berenang di pagi hari.“Baik, Tuan,” sahut Kasih sambil memberikan sebuah handuk kecil.“Ambilkan aku minuman!” titah Wilson.“Ini Tuan,” Kasih memberikan jus orange yang berada di atas meja.Wilson meneguknya sampai habis, lalu memberikan gelas kosong nya pada Kasih.“Kau sudah minum susu?”“Belum, eh su-sudah, Tuan,” ucap Kasih berbohong.Tuan Wilson menatap penuh selidik.“Awas saja kau berbohong! kau harus meminum susu penyubur itu setiap hari!”“Iya, Tuan,” sahut Kasih menunduk.“Ya sudah cepat kau ganti baju! kita berangkat sekarang.”“Baik, Tuan.” Kasih pun langsung menuju atas untuk berganti baju. Setelah siap mereka langsung berangkat. Kasih begitu antusias, pasalnya ini pertama k
Wilson berjalan keluar dengan sedikit sempoyongan, padahal ia hanya meminum sedikit tapi kenapa rasanya panas sekali.Sekujur tubuhnya merasakan getaran yang berbeda. Ini sangat aneh, pikir Wilson.“Tuan, anda yakin baik-baik saja?” ucap Sam sekali lagi.“Ya, aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir Sam,” sahut Wilson meyakinkan.Ia duduk di seberang sudut menyaksikan riuhnya malam dengan alunan musik Dj yang begitu kencang. Banyaknya pasangan muda-mudi menghabiskan malam dengan berminum, ada juga yang berdansa dengan wanita. Wilson hanya memperhatikan suasana malam ini. Kepalanya terasa berat.“Sam, ambilkan aku air putih! tenggorokan ku sangat gatal,” ucap Wilson.“Baik, Tuan,” sahut Sam.Tidak lama kemudian, seorang wanita berpakaian minim datang menghampiri Wilson dengan gayanya yang sangat menggoda. Wanita yang di ketahui bernama Dian itu duduk dengan menyilangkan kedua kaki memperlih
DegKasih terdiam untuk beberapa saat. Tubuhnya membeku mendengar perkataan laki-laki di hadapannya ini.“Tu-Tuan aku tidak mau, aku...”“Shttt.” Wilson menempelkan satu jarinya di bibir Kasih.“Jangan pernah menolak,” ucapnya seraya membelai lembut pipi Kasih. Gadis itu hanya memejamkan mata merasakan sensasi sentuhan dari laki-laki yang akan menjadi suaminya.Wilson membawa Kasih naik ke atas ranjang. Ia memeluk sambil menciumi rambut panjang itu yang menurutnya begitu wangi.“Kau pakai shampoo apa?” Wilson bertanya dengan lembut.“Shampoo yang itu, Tuan. Aku tidak pernah ganti-ganti pake duta shampoo yang lain.”“Benarkah?”“Iya kan memang adanya yang itu di kamar mandi,” ucap Kasih.“Oh iya lupa. Sekarang buka ini mu aku ingin menyusu seperti bayi,” ucap Wilson membuat Kasih menganga.“Ta-tapi Tuan aku.