Share

Rama vs Kasih

“Hah?” Kasih melongo tatkala Tuan Wilson memujinya.

“Benarkah aku sangat imut, Tuan?”

Tuan Wilson tidak menjawab melainkan kembali fokus membaca koran. Kasih pun mengerucutkan bibirnya dengan lucu, tentu Wilson bisa melihatnya dari balik koran.

1 jam kemudian

Tangan Kasih sudah terasa pegal, rasanya ia sudah tak sanggup lagi. Pahanya juga sudah mulai keram akibat kaki Tuan Wilson yang begitu berat.

Kasih menyeka keringatnya dengan telapak tangan. Ia menarik nafasnya dalam-dalam.

“Tuan, sudah ya,” cap Kasih yang masih terus memijat.

“Tuan, saya lelah,” gumam Kasih.

“Tuan, jawab dong,” ucap Kasih memelas. Namun Tuan Wilson tak kunjung menjawab. Wajahnya di tutupi koran.

“Jangan-jangan ketiduran,” gumam Kasih. Ia pun mengambil koran yang menutupi wajah Wilson kemudian menaruhnya di atas meja.

“Tuh kan benar Tuan Wilson ketiduran,” ucap Kasih manggut-manggut.

Kasih perlahan memindahkan kaki Wilson di atas sofa. Lalu ia berdiri tepat di hadapan Wilson. Kasih menatap laki-laki itu sambil menopang dagu.

“Wajah Tuan Wilson teduh sekali jika sedang tidur. Tapi kenapa ya kalo melek serem banget. Terkadang aku sangat takut jika berbuat salah. Aku takut Tuan Wilson membunuhku. Dia kan seorang mafia,” gumam Kasih yang terus mengoceh sendiri.

Namun kini tatapannya tertuju pada dada bidang Tuan Wilson yang di penuhi bulu. Karena Tuan Wilson jika memakai kemeja pasti membuka kancing bagian atas. Jadi terlihat jelas dadanya yang sexi membuat Kasih terpana melihatnya.

“Aku ingin sekali memegang dada itu, tapi dia bangun gak ya?” gumam Kasih penasaran, ia menggigit bibir bawahnya sendiri.

Perlahan tangan Kasih mulai menyentuh dada itu namun tiba-tiba...”

Hepp

Wilson menangkap tangannya sontak membuat Kasih panik bukan kepalang. Laki-laki itu membuka matanya lebar-lebar menatap Kasih dengan sorot mata yang tajam.

“Kau ingin menyentuhku?”

“Ti-tidak Tuan, maafkan aku,” ucap Kasih menunduk takut.

“Ini memalukan tolong, aku ingin menyembunyikan wajahku tapi dimana wahai penduduk bumi,” batin Kasih sembari meremas jemarinya.

“Keluarlah aku ingin merokok! kau pasti tidak suka asap kan?”

“I-iya Tuan saya permisi,” ucap Kasih, ia pun keluar dengan perasaan yang sangat malu.

Sementara Wilson menyaksikan punggung  Kasih yang sudah mulai menjauh.

“Dasar gadis mesum!”

🌼🌼🌼🌼🌼

Malam menunjukkan pukul 20.00 wib

Tuan Wilson, Kasih dan juga Rama kini tengah menyantap makan malam dengan tenang. Hanya suara sendok dan garpu yang saling beradu, semuanya terasa hening.

Kasih, gadis itu tiba-tiba teringat dengan Bunda beserta kedua Kakak nya. Saat makan bersama pasti mereka selalu cekcok berebut lauk yang mereka suka. Sungguh Kasih sangat merindukan momen kebersamaan dengan keluarga nya. Tidak seperti sekarang, semua terasa sepi dan sunyi. Tidak ada yang memperhatikan dan mengajaknya bercanda. Di sini, Kasih malah tertekan dengan sifat Tuan Wilson yang kadang membuatnya takut. Tanpa sadar setitik air matanya berjatuhan. Kasih menyeka air mata itu dengan telapak tangan, kemudian ia kembali melanjutkan makan.

Wilson melirik sekilas, dia tahu apa yang gadis itu rasakan. Memang seharusnya di usianya yang kini masih menginjak 18 tahun, Kasih bebas bermain kesana kemari bersama teman-temannya. Tapi kini Ayahnya malah menukar putrinya sendiri dengan aset miliknya.

“Seberharga itukah asetnya daripada putrinya sendiri,” pikir Wilson.

“Daddy, aku sudah makannya,” ucap Rama memecah keheningan.

“Ya sudah sekarang kamu tidur di temani Mommy Kasih ya,” ucap Wilson membuat Kasih tertawa geli.

“Mommy? aku kan masih 18 tahun, Tuan,” ucap Kasih.

“Memangnya kenapa? kau kan calon istriku,” ucap Wilson membuat Kasih hanya garuk-garuk kepala.

“Hehe iyasih,” ucapnya tersenyum, dan di saat itulah jantung Wilson berdetak kencang. Tubuhnya gemetar tatkala melihat senyuman Kasih yang begitu manis.

“Tuan, kenapa bengong?” ucap Kasih dengan melambaikan tangannya di depan wajah Wilson. Wilson yang tersadar langsung berdehem untuk menghilangkan rasa canggungnya.

“Sangat tidak sopan,” ucap Wilson, kemudian laki-laki itu langsung menuju atas.

Kasih mengangkat bahunya acuh, kemudian tatapannya beralih ke anak kecil nan imut, siapa lagi kalau bukan Ramata Alexander. Anak kecil yang sangat mirip dengan Tuan Wilson. Hanya saja warna kulitnya yang sedikit membedakan, Rama memiliki kulit putih seperti Ibunya, sedangkan Tuan Wilson memiliki kulit kecoklatan.

“Sayang, ayo ke kamar, mau Kakak bacakan dongeng tidak?” ucap Kasih dengan lembut.

“Mau Mommy, tapi gendong ya,” ucap Rama dengan manja.

“Ok deh siapa takut,” ucap Kasih, ia pun menggendong Rama di punggung nya.

Kasih menaiki lift memencet angka 3 dimana kamar Rama dan Wilson bersebelahan.

Drett

Pintu terbuka, Kasih menurunkan bocah tampan itu dan mendudukkan nya di atas kasur.

“Ayo Mommy bacakan aku dongeng,” ucap Rama dengan tak sabar.

“Iya sayang, kamu mau dongeng apa?”

“Dongeng mafia,” ucap Rama membuat Kasih menelan salivanya dengan susah.

“Ma-mafia sayang? Rama kok tahu tentang mafia, Nak? memangnya mafia itu apasi?”

“Mafia itu kata Mommy Alin orang yang berani, Mom. Rama mau jadi mafia kalau sudah besar,” ucap Rama dengan polos membuat Kasih garuk-garuk kepala sambil nyengir kuda.

“Bisa-bisanya anak sekecil Rama berpikiran seperti itu, pasti Nyonya Alin sudah mengajarkan yang tidak-tidak,” batin Kasih.

“Sayang, itu tuh cerita orang dewasa. Dongeng yang lain saja ya,” ucap Kasih membujuk.

Rama melipat kedua tangannya serta membalikkan badan. Bibirnya mengerucut dengan lucu. “Tidak mau! pokonya mau dongeng mafia!” ucap Rama kekeh.

“Ya sudah Kakak akan dongengkan, tapi Rama jangan merajuk seperti itu dong Kakak kan syedih,” ucap Kasih berpura-pura nangis.

“Iya Mommy, ayo cepat dongengkan,” ucap Rama dengan tak sabar.

Rama memang anak yang pintar. Di saat seusianya masih berbicara cadel, tapi Rama tidak.

Kasih naik ke atas ranjang serta dengan Rama yang berbaring di bahunya.

“Siap?” ucap Kasih.

“Siap, Mommy,” sahut Rama tersenyum senang.

“Pada suatu hari, ada seorang mafia yang sangat galak dan di takuti semua orang,” ucap Kasih dengan nada suara khas orang bercerita.

“Lanjut, Mom!”

“Tapi walupun dia galak dia memiliki wajah yang saaaaanggaaaatttt tampan, dia juga...”

“Bagus, lanjut Mom!”

“Sabar dong, Nak,” ucap Kasih sembari mengelus pucuk kepala Rama.

“Dia juga memiliki seorang anak laki-laki yang tampan seperti Rama,” ucap Kasih.

“Benarkah, Mom?”

“Iya sayang, lanjut gak nih?”

“Lanjut, Mom,” sahut Rama.

“Suatu hari ada seseorang yang berani berkhianat dengan si mafia itu, tapi...”

“Tapi apa, Mom?”

“Tapi si mafia itu memaafkan orang tersebut, namun dengan syarat.”

“Syarat apa, Mom?” ucap Rama penasaran.

“Orang itu harus menyerahkan anaknya pada si mafia tersebut, tentu saja anaknya itu menolak karena si mafia itu kan sudah tu...”

“Sudah tua maksudmu?” suara bariton yang baru saja masuk membuat Kasih terlonjak kaget.

“Tu-Tuan,” ucap Kasih gemeteran.

“Kau sedang mendongeng atau membicarakan ku?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Neng Yullie
Astaga ngakak kelakuan sikasih sama mafia tua itu...hahhaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status