Home / Romansa / Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi / Hujan dan Ketulusan Rangga

Share

Hujan dan Ketulusan Rangga

Author: Gleoriud
last update Last Updated: 2022-06-20 11:36:00

Naima mengakui, Rangga berlebih dari sisi bacaan Al-Qur'annya, bacaannya bagus sebagus suaranya. Naima sempat larut dengan untaian ayat-ayat yang dibacakan dengan khusuk. Hatinya bergetar.

Sholat mhagrib ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Rangga, Naima tidak sepenuhnya mengerti dengan isi doa yang dilantunkan dengan Bahasa Arab, tapi dia mengamini dengan sepenuh hati.

Pada dasarnya Rangga adalah laki-laki yang baik, dia sangat santun, menjaga sikapnya kepada siapa pun , walaupun status mereka sudah suami istri, tak sedikit pun Rangga berbuat tak senonoh padanya. Rangga memperlakukannya layaknya dosen yang sangat dihormatinya. Padahal bisa saja dia mengambil kesempatan dengan label sah yang sudah melekat di antara mereka.

Rangga bangkit menunaikan sunah ba'diyah Mhagrib, Naima juga melaksanakannya, Naima mengambil jarak agak jauh dari Rangga.

Hujan masih turun, bahkan lebih lebat. Kampus sudah sangat sepi, hanya penjaga keamanan yang patroli di malam hari.

"Hujan semakin deras."

Rangga menyingkap tirai kaca ruangan Naima. Menengok lewat jendela, benar saja, hujan bukannya reda tapi malah tambah deras.

"Kita tunggu setengah jam lag, kalau masih belum reda, kita terpaksa menempuh hujan itu."

"Mobil Ibu, kan, di bengkel."

"Kau tak berniat memberiku tumpangan?" Naima mendelik, Rangga menggaruk kepalanya.

"Bukan begitu, saya sih gak masalah, emangnya Ibu mau hujan-hujanan naik motor saya?"

Naima bangkit merapikan jilbabnya.

"Gimana lagi, dari pada nunggu hujan yang gak tau kapan berhentinya, sementara aku butuh mandi dan istirahat," jawab Naima, dia merapikan mejanya, memisahkan buku yang sudah dianalisis dan yang belum.

"Kita pulang sekarang aja, saya sangat lapar."

"Sebaiknya barang-barang kita, ditinggal saja, takutnya semuanya basah," ujar Naima

"Oke."

Rangga meraih jaketnya, berjalan mengikuti Naima dari belakang. Tempat parkir tidak begitu jauh dari gedung jurusan, hanya beberapa meter dan diberi atap seperti kanopi sepanjang koridornya.

Naima berdiri di depan gedung, beberapa detik kemudian Rangga muncul.

"Yakin, Bu? ini deras banget."

"Yakin, ayo!" Naima bersiap-siap untuk naik ketika tawaran Rangga menghentikannya. Rangga turun dari motor, membuka jaketnya.

"Pakai ini!"

"Tidak usah." Naima menolak dengan halus.

"Fisik saya lebih kuat dari pada Ibu." Rangga tak menunggu jawaban Naima, dengan sigap dia berhasil memasangkan jaket itu ke tubuh Naima, dia terlihat lucu, tubuhnya tenggelam karena jaket Rangga yang kebesaran.

Tidak hanya sampai di sana, Rangga membuka helmnya, memasangkan ke kepala Naima tanpa minta persetujuan terlebih dahulu, dia sedikit membungkuk, mendekatkan wajahnya ke wajah Naima, memastikan helm itu terpasang dengan baik.

Naima tak berbuat apa-apa, dia mencium aroma cologn maskulin yang sudah bercampur dengan keringat, tapi tetap saja laki-laki itu wangi.

"Kau sendiri?"

"Jangan cemaskan saya, ayo!" Rangga menyalakan motornya, Naima naik dengan ragu, hitungan detik, mereka sudah basah kuyup, tak sedikit pun wajah menyesal di wajah Rangga, dia terlihat tulus.

Naima bersumpah, ini sangat dingin, tubuhnya serasa beku, Rangga terlihat biasa saja.

"Dingin, ya, Bu." Rangga mengeraskan suaranya yang bertarung dengan suara hujan.

"Tangan ibu taruh di sini."

Rangga dengan cepat menarik tangan Naima ke perutnya, awalnya Naima menolak, tapi sindiran Rangga membuatnya menurut.

"Peluk suami sendiri karena terpaksa gak dosa kali, Bu."

Naima berdecak, apartemen mereka masih jauh, sekitar empat puluh menit lagi, tak bisa dibayangkan, dia bisa jatuh pingsan karena kedinginan.

Dengan berat hati Naima melingkarkan kedua tangannya di perut Rangga, Naima heran kenapa tubuh itu malah hangat padahal sudah basah kuyup, awalnya canggung, beberapa saat kemudian merasa nyaman.

Kehangatan punggung kokoh Rangga mengalir kedadanya dan menghangatkan seluruh tubuhnya. Naima merasa nyaman, tak ada godaan nakal pemuda itu, dia memang semata-mata berniat menolong.

Menit berlalu, perjalanan masih jauh, hujan masih turun deras, Naima menyandarkan kepalanya di bahu lebar Rangga, sungguh... baru kali ini kontak fisiknya dengan laki-laki. Dia begitu terlindungi, merasa aman, untuk sesaat dia lupa bahwa Rangga adalah mahasiswanya.

Tak ada obrolan sepanjang perjalanan, motor melaju stabil, Rangga tak mengeluh sedikitpun. Dia terlihat menikmati hujan sambil bersenandung kecil, bahkan dia tidak peduli kalau Naima menempel begitu lekat dengan punggungnya.

"Aman, kan,  Bu?" Rangga melirik spionnya, Naima agak malu karena kedapatan bersandar di bahu itu.

"Aman," jawabnya agak keras.

Naima salut dengan orang tua Rangga, yang sangat hebat bisa mendidik akhlak anaknya sehingga dia seperti ini, walaupun dia kurang pintar, untuk urusan akhlak Rangga patut di acungi jempol. Mereka baru kenal beberapa hari, tapi laki-laki itu mau mengorbankan dirinya demi ke amanan dan kenyamanan Naima.

Andai saja pernikahan ini betulan, andai saja Rangga belum punya pacar, dan andai saja mereka saling mencintai, tentu momen ini sangat manis.

Naima memejamkan matanya, menyandarkan kepalanya kembali, memeluk perut liat Rangga dengan kuat. Untuk sesaat, dia akan menikmati perannya sebagai seorang istri, walau pun tak ada perasaan apa apa diantara mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi   Anugrah

    Saat ini mereka bedua pergi konsultasi dengan Dokter Kandungan, usia kehamilam Naima sudah memasuki delapan bulan. Naima masih aktif mengajar dan melakukan berbagi aktifitas. Syukurnya bayi mereka tidak banyak tingkah, palingan minta dibelikan bubur ayam setiap malam, permintaan yang begitu enteng.Mereka sama-sama melihat layar monitor, takjub dengan bayi yang sudah terbentuk sempurna. Jenis kelaminnya laki-laki. Dia bergerak aktif di perut Naima sehingga membuat permukaan perut itu bergelombang."Duh, lincahnya," kata Dokter wanita itu sambil tersenyum."Selincah saya, Dok," jawab Rangga yang dikasih pelototan galak oleh Naima."Nah, mulai sekarang Bu Naima lebih banyak makan buah dan sayur, kurangi makan karbohidrat, karena berat bayinya sudah melebihi berat seharusnya."Apa yang dikatakan dokter itu benar, Naima dan makanan adalah pasangan yang tidak bisa dipisahkan, dia menyukai apa saja. Makan di tengah malam sudah berjalan rutin selama beberapa bulan ini."Baik, Dok," jawab Nai

  • Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi   Tingkah Ibu Hamil

    Galeri Rangga resmi dibuka hari ini, banyak pengunjung yang penasaran dengan karya Rangga yang dinilai unik dan berbeda dari pelukis lainnya. Sebagian besar karya Rangga adalah sketsa hitam putih yang terlihat detail dan sempurna. Rangga cukup puas dengan para pengunjung yang rata rata adalah penikmat karya seni dan pengusaha.Semua ini berkat kegesitan Naima dalam berselancar di dunia maya untuk mempromosikan galeri milik Rangga. Banyak juga pengunjung yang langsung tertarik dan minta dilukis secara khusus, bahkan pesanaan itu berasal dari luar negri."Selamat, ya." Naima mengulurkan tangan, mereka baru saja beristirahat setelah melayani pengunjung seharian. Sebenarnya Rangga melarang istrinya itu terlalu sibuk dengan acara ini, namun dasarnya Naima yang keras kepala, dia mencari alasan agar keinginanannya terlibat diacara ini dikabulkan Rangga."Kalau yang mengucapkan selamat adalah kamu, harus disertai dengan hadiah," goda Rangga."Kau mau apa? Komik Doraemon?" ejek Naima. Rangga m

  • Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi   Kejutan

    Kedua keluarga itu berkumpul bersama di rumah pohon, bapak Rangga tertawa terkekeh saat ayah Naima kalah terus main kartu. Sekali kalah hukumannya adalah berlari lima puluh kali keliling pekarangan rumah Naima yang luas, ayah Naima sudah banjir keringat, namun dia tidak mau berhenti, terus saja mengajak main kartu dan bertekad akan berhenti jika dia berhasil mengalahkan bapak Rangga.Rangga sibuk dengan komiknya, sedangkan Naima duduk bersama dengan ibu Rangga dan ibunya. Mereka baru saja selesai membakar ikan, merayakan hari Wisuda Rangga yang berakhir beberapa jam yang lalu.Jika ditanya siapa yang paling bahagia, maka bapak Ranggalah orangnya, dia sangat membangga- banggakan Rangga saat selesai acara sambil memuji anaknya itu, padahal Rangga sudah berdehem karena sang Bapak tidak berhenti membuatnya malu, seisi kampus tau dia adalah mahasiswa paling tua yang terancam DO dan diselamatkan oleh Naima, tapi sang Bapak terus saja memuji seakan dia adalah manusia terhebat di dunia yang a

  • Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi   Cinta yang Halal

    Pada dasarnya laki-laki dan perempuan terjaga sebelum menikah bukanlah orang yang memiliki kadar nafsu lebih rendah dari orang yang biasa berhubungan bebas tanpa ikatan pernikahan. Mereka malah cendrung lebih dominan dan lebih agresif karena keinginan primitif yang tersimpan rapi dan belum tersalurkan di jalan yang sah. Naima dan Rangga adalah manusia terjaga, mengenal arti gairah setelah mereka menikah, berciuman setelah menikah dan berhubungan seksual pun setelah menikah. Hubungan yang dikatakan surga dunia bagi manusia itu, tidak berakhir begitu saja hanya dengan pelepasan paling indah di antara keduanya, hubungan tempat tidur yang dimulai dengan berwudhuk, membaca doa untuk menyingkirkan syetan-syetan yang ingin ikut menontonnya, akan menjadi tabungan amal tersendiri.Naima dan Rangga terkapar tak berdaya dengan tubuh berenang dengan keringat, cinta bertaut, tubuh menyatu, keringat membaur. Apa yang lebih indah dari bercinta setelah menikah? tak ada yang lebih indah dari itu.Ran

  • Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi   Selamat!

    Hari ini adalah hari yang paling spesial bagi Rangga, karena hari ini adalah pertarungan puncak meraih gelar sarjana yang selama ini diidam- idamkam sang Bapak dan keluarganya. Rangga mengikuti sidang skripsi beberapa menit lagi, selama itu pula dia menempel pada Naima di ruangan istrinya itu, berulang- ulang dia membolak-balik buku dan lembaran skripsinya."Bu Naima yang seksi, doakan saya biar berhasil, ya," katanya, Naima sekarang sedang duduk di pangkuan Rangga sambil bermanja-manja, sejak hamil ini bawaannya ingin menempel terus dengan suaminya itu."Yang jelas kau harus percaya diri menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan tim penguji, jangan gugup, jawab semua pertanyaan dengan penuh keyakinan, kuasai dirimu dengan baik "Rangga menempelkan kepalanya kebahu Naima, menghela nafas dan membuangnya perlahan."Siap, Bos.""Ayo, sepuluh menit lagi kau harus berada di ruang sidang."Naima melangkah keluar lebih dulu, wajah manja itu sudah berubah datar seperti biasa, tidak ada senyu

  • Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi   Positif

    Pagi ini Naima dan Rangga kembali ke apartement. Sebelum pulang Naima menyempatkan diri untuk mampir ke apotek, membeli alat tes kehamilan dengan merk yang berbeda sebanyak lima buah. Ketika Rangga bertanya, Naima beralasan dia tengah membeli obat dan suplemen agar tubuhnya kembali membaik. Rangga tidak bertanya lagi, dengan bersiul-siul kecil, laki-laki tampan itu mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.Sesampainya di apartemen, Naima langsung mengeluarkan sarapan pagi yang sempat dibawanya dari rumah ibunya, membuatkan kopi kesukaan Rangga, sedangkan suaminya itu sudah duduk manis di kursi meja makan sambil membaca buku."Kenapa kopi ini lebih enak dari biasanya, mungkin istriku ini menambahkan bumbu cinta kedalamnya," goda Rangga, dia senang istrinya itu sudah kembali tersenyum dan ketus seperti biasa."Pagi-pagi sudah gombal," jawab Naima sambil meletakkan piring di atas meja makan."Kau semakin hari semakin cantik." Naima memutar bola matanya. "Aku menjadi kenyang dengan r

  • Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi   Ibu Ingin Cucu

    Keadaan Naima mulai membaik, untuk menghilangkan rasa traumanya, Rangga berinisiatif membawa Naima ke rumah orang tuanya, sekaligus melanjutkan pembangunan rumah pohon yang sempat tertunda.Orang tua Naima sama sekali tidak mengetahui kejadian yang menimpa anaknya, Rangga sengaja menjaga perasaan istrinya itu agar tidak semakin malu, tiga hari ini Naima tidak ke kampus, ia hanya menghabiskan waktu di rumah.Sekarang Naima sedang duduk dengan ibunya, wanita tegas yang selama ini mendidiknya dengan keras, sedangkan Rangga dan Bapaknya sibuk memasang pintu rumah pohon yang tinggal tiga puluh persen lagi."Kau beruntung mendapatkan suami sepertinya, dia benar-benar laki-laki yang baik," puji ibunya, Naima tersenyum mengamati suaminya yang berkelakar dengan sang ayah, mereka sangat cocok dalam segala hal, sama- sama memiliki selera humor yang tinggi."Bagaimana keadaanmu sekarang? Kau sudah hamil?" tanya ibunya, Naima terdiam, dia tidak pernah berfikir ke situ dan melupakan belum mendapatk

  • Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi   Aku Akan Menghapusnya

    Mereka sudah sampai beberapa menit yang lalu di apartement, Naima masih bungkam dan tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Rangga tidak memaksa istrinya itu untuk bercerita banyak, dia memaklumi dan memberikan Naima waktu untuk menenangkan diri. Wanita cantik itu bergelung dalam selimut setelah mandi dan membersihkan bagian yang sempat disentuh oleh Yuda.Rangga sendiri mendapat jahitan di beberapa bagian tubuhnya, dia sempat membuat laporan kekepolisian bersama Naima berkaitan dengan tindakan pemerkosaan yang dilakukan Yuda.Laki-laki bejat itu dirawat dan diawasi oleh polisi, banyak mahasiswa yang menghujat tindakan Dosen yang kesehariannya tampak kalem dan tidak banyak bicara.Rangga mengelus rambut Naima, mengecup kening istrinya sejenak, berusaha membuat Naima senyaman mungkin dan merasa kembali diterima seolah-olah tak terjadi apa apa padanya.Naima beringsut meletakkan kepalanya di atas paha Rangga, air matanya kembali mengalir, dia merasa jijik dengan semua yang dilakukan Yuda,

  • Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi   Sang Singa Kampus

    Rangga harus mencari tau sendiri, kegelisahan hatinya menandakan sesuatu yang tidak baik menimpa istrinya itu, tuhanlah yang membisikkan kehatinya agar tidak lagi menunggu, tidak biasanya seorang Naima terlambat lima belas menit tanpa ada informasi apa pun, kalaupun ada keperluan, dia akan menelpon salah satu mahasiswanya agar memulai pelajaran dengan diskusi."Ke mana, Bro?" seru kawannya yang duduk di belakang kursinya, Rangga menggeser kursinya dengan kasar."Ada urusan, Bro," jawab Rangga. Semua mata di sana hanya mengamati kepergiannya dengan heran.Rangga berlari menuju gedung di mana ruangan Naima berada, anehnya pintu ruangan Naima terbuka lebar, bros jilbabnya terjatuh tidak jauh dari pintu masuk, spidol tercecer di depan pintu masuk beserta buku yang berserakan di lantai. Hati Rangga semakin tak enak, dia mencoba menajamkan indra penciumannya, wangi Naima lebih kuat ke arah tangga di bagian atas, Rangga tidak membuang waktu, dia menaiki tangga yang dipenuhi tumpukan kotak ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status