Share

Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi
Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi
Penulis: Gleoriud

Perawan Tua

Naima memijit kepalanya lelah, setiap hari perdebatan dengan sang ibu seputar itu itu saja. Ibunya mengeluh seolah-olah dia adalah Ibu yang paling malang di dunia karena anak gadisnya tak laku-laku.

Andaikan mencari seorang suami semudah menemukan kucing Anggora, pasti dia sudah menikah dari dulu, apa lagi yang bisa di lakukannya, laki-laki di luar sana lebih memilih wanita tamat SMA dari pada perawan tua sepertinya.

"Kau ini, jangan lagi memilih-milih, Pak Broto belum terlalu tua, dia baru empat puluh lima tahun, anaknya pun sudah besar, kau tinggal dapat enaknya saja."

Ibunya mengomel sambil merajang sayur di dapur.

"Ibu, tidak adakah yang lebih baik dari itu?"

Ibu Naima membalikkan badan, memandang Naima geram.

"Kau terlalu pemilih, aku sungguh malu kepada warga satu RT, yang selalu menanyakan kamu kapan nikah."

Naima memejamkan matanya lelah, rasanya dia lebih memilih menghabiskan waktu di kampus dari pada berdebat tanpa akhir dengan ibunya.

Naima meninggalkan ibunya, gadis berhijab dan berwibawa itu masuk kedalam kamar dan akan keluar di saat saat tertentu saja, supaya tidak ditanya lagi, kapan nikah? kalau ada jodoh, dia mau menikah sekarang juga.

Apa yang kurang darinya, dia cukup cantik, tubuhnya bagus, karirnya mantap, tapi laki-laki selalu mundur bahkan sebelum mengenalnya lebih jauh.

Naima membuka hijabnya, sungguh dia sangat lelah sekarang ini. Seharian di kampus mengurus Rangga Paradipta, mahasiswa tua yang belum juga tamat.

Rangga baru saja dipindahkan oleh ketua jurusan kepadanya, dia bertindak menjadi Penasehat Akademik anak itu setelah para Dosen lain mengatakan menyerah.

Naima sudah lama mendengar namanya, karena Rangga sangat populer dengan gelar Mahasiswa Abadi yang disandangnya. Benar saja, dia bahkan sudah semester tiga belas dan terancam DO, kesempatannya cuma tinggal satu semester lagi.

Naima menggeleng melihat rekap transkrip nilainya, nilai C dan D bertaburan seperti bintang di langit. Rangga hanya menanggapi dengan lesu saat Naima memaksanya menunjukkan rekap nilainya itu.

Skripsinya masih bab satu, dan itupun belum tuntas. Naima heran, apa saja yang dilakukan Rangga selama bertahun tahun di kampus.

Rangga adalah kasus sulit yang harus di selesaikannya, saat ini keprofesionalannya sedang di pertaruhkan.

Rangga... Naima hampir tertawa jika membayangkan wajah itu, wajah bak model tapi kualitas IQ yang rendah, ditambah dengan sifat pemalas akut yang dideritanya.

Rangga sampai bersimpuh di kaki Naima supaya dia bisa lulus dengan bantuan Naima.

"Buk, sawah ladang sudah tergadai menguliahkan saya, kalau saya DO, saya akan digorok oleh bapak di kampung."

Seharusnya Naima prihatin dengan keluh kesah mahasiswanya itu, tapi dia malah tertawa. Seolah-olah dia tengah dilamar.

Naima menghela nafas mengingat kejadian tadi, sekarang dia siap tempur menyelamatkan mahasiswa abadi yang bernama Rangga.

"Oke, aku harus buat list dulu untuk menyelesaikan masalah Rangga satu persatu."

***

Rangga menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sudah dua jam dia membaca bab satu proposal skripsinya, dan sampai sekarang dia sendiri tidak mengerti dengan apa yang dibuatnya. Mungkin dia menulisnya sambil mengingau.

Judul ini dicarikan oleh juniornya sehingga bisa lulus saat seleksi pengajuan judul proposal penelitian, sekarang adik tingkatnya sudah wisuda, meninggalkan Rangga yang merana dengan proposal nya sendiri.

Satu tahun sudah, proposal itu didiamkan dan dimasukkan ke dalam kardus harta karunnya. Sekarang dibuka kembali, ah! andai saja menulis proposal itu semudah menulis surat cinta.

Bapaknya begitu berharap kepadanya, dia anak satu-satunya yang dibanggakan, mendapatkan gelar sarjana adalah mimpi bapaknya dari dulu, walaupun di masa SMA tinggal kelas satu kali.

Dia anak kepala dusun di kampungnya, bapaknya sangat di hormati dan dituakan, apa kata dunia jika dia pulang tanpa membawa ijazah.

Selama ini dia berhasil mencari alasan, ketika sang Bapak bertanya kenapa belum juga lulus, bahkan dua bulan terakhir, uang sakunya sudah dikurangi. Terpaksa wajah ganteng bak Aamir Khan semasa muda itu terkena sinar matahari karena dia sekarang bekerja sebagai tukang ojek online.

Mau bagaimana lagi, tidak bekerja ya tidak makan, uang yang dikirim Bapak dari kampung hanya cukup membayar biaya kuliah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status