Home / Romansa / Terjerat Cinta Mas Lurah / 3. Hari Pertama Tinggal di Desa

Share

3. Hari Pertama Tinggal di Desa

Author: BlueEyes
last update Last Updated: 2025-09-04 12:50:18

Udara pagi di desa benar - benar terasa segar. Kinan menghirup udara dalam - dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

"Waaah, emang mahal sih udara bersih kayak gini." Kata Kinan.

"Seger ya, Bu Dokter?" Terdengar suara seorang pria yang menegurnya.

Kinan celingukan mencari keberadaan sumber suara. Kejadian kemarin, cukup membuat Kinan parno dan suara yang barusan muncul tanpa ada orang yang terlihat, kembali membuat Kinan merinding.

"Nyari kodok, Bu Dokter?" Tanya pria itu lagi, di sertai suara cekikikan.

"Saya di sini, Bu Dokter." Kata si Pria sambil melambaikan tangannya. Pria itu bersandar di pagar rumahnya dan tertutup dahan pohon mangga, hingga tak nampak keberadaannya.

"Astaghfirullah. Jangan bikin takut, dong, Mas." Gerutu Kinan sambil mengusap - usap dadanya.

"Maaf, Bu Dokter." Jawab pria itu sambil tertawa.

"Salam kenal, Bu Dokter, namaku Arbi. Anaknya Pak Harjo, adiknya Mas Aksa." Pria bernama Arbi itu memperkenalkan diri.

"Oh, aku Kinanti. Salam kenal juga Mas Arbi." Jawab Kinan disertai senyuman ramah.

"Jangan manggil Mas, Bu Dokter. Aku lebih muda dari Bu Dokter, panggil Arbi aja. Mau panggil Dek Arbi juga boleh." Ujar Pria berusia dua puluh dua tahun itu.

"Gitu? Baiklah, Arbi." Ujar Kinan sambil tersenyum.

"Bu Dokter mulai kerja hari ini, kan?" Tanya Arbi yang di jawab anggukan oleh Kinan.

"Mending Bu Dokter cepet siap - siap. Jangan sampai terlambat, soalnya Pak Lurah Tirto Wangi tuh galak banget." Kata Arbi.

"Beneran? Pak Lurah galak?" Tanya Kinan dengan wajah serius.

"Iya. Dia selalu menghukum staf yang terlambat Apel. Salah sedikit aja, bisa - bisa di pecat sama dia." Jawab Arbi.

"Ketat banget ya, Pak Lurah? Jadi takut." Ujar Kinan.

"Makanya Bu Dokter hati - hati. Jangan mau deket - deket sama Pak Lurah, serem poll." Sahut Arbi sambil menahan tawa.

"𝗔𝗿𝗯𝗶𝗶𝗶... 𝗡𝗵𝗼𝗽𝗼 𝗸𝗼𝘄𝗲 𝗻𝗲𝗺𝗽𝗹𝗼𝗸 𝗸𝗼𝘆𝗼𝗺 𝗰𝗲𝗰𝗮𝗸 𝗻𝗴𝗼𝗻𝗼 𝗸𝘂𝘄𝗶? 𝗜𝘀𝘂𝗸 - 𝗶𝘀𝘂𝗸 𝗸𝗼𝗸 𝘄𝗲𝘀 𝗻𝗴𝗶𝗻𝗰𝗲𝗻𝗴𝗶 𝘁𝗼𝗻𝗴𝗴𝗼𝗻𝗲! (Arbiiii... Ngapa kamu menempel seperti cicak gitu? Pagi - pagi sudah mengintip tetangganya!)" Seruan seorang perempuan, tentu saja itu suara Bu Sari.

"𝗢𝗿𝗮 𝗻𝗴𝗶𝗻𝗰𝗲𝗻𝗴 𝗹𝗵𝗼, 𝗕𝘂. 𝗪𝗼𝗻𝗴 𝗸𝗲𝗻𝗮𝗹𝗮𝗻 𝗸𝗮𝗿𝗼 𝗕𝘂 𝗗𝗼𝗸𝘁𝗲𝗿 𝗸𝗼𝗸. (Gak ngintip lho, Bu. Orang kenalan sama Bu Dokter, kok)" Jawab Arbi.

"𝗛𝗲𝗹𝗲𝗵, 𝗺𝗯𝗲𝗹𝗴𝗲𝗱𝗲𝘀! 𝗣𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗸𝗼𝘄𝗲 𝗻𝗴𝗴𝘂𝗱𝗼𝗻𝗶 𝗕𝘂 𝗗𝗼𝗸𝘁𝗲𝗿. 𝗠𝗿𝗶𝗽𝗮𝘁𝗺𝘂 𝗹𝗵𝗼 𝗿𝗮 𝗶𝘀𝗼𝗵 𝗻𝗱𝗲𝗹𝗼𝗸 𝗰𝗮𝗵 𝗮𝘆𝘂. (Halah, bohong! Paling kamu menggoda Bu Dokter. Matamu lho, gak bisa lihat orang cantik.)" Cicit Bu Sari yang kini menghampiri putranya. Kinan pun hanya bis terkekeh mendengar omelan Bu Sari.

"Gak usah di dengerin kalo Arbi nggodain, Nduk. Anak ini memang jahil banget, makanya sering di omeli. Pokoknya jangan kaget kalo tiap hari dengar kami ngomelin Arbi." Kata Bu Sari.

"Iya, Bu." Jawab Kinan sambil terkekeh. Ia kira akan kesepian di Desa karena sendirian. Ternyata ia memiliki tetangga yang sangat ramah dan seru.

Setelah mengobrol sejenak, Kinan pun berpamitan masuk ke dalam rumah untuk bersiap - siap. Setelah memastikan rumahnya dalam keadaan rapi dan terkunci, Kinan kemudian berjalan menuju ke Puskesmas Desa.

Semalam, Pak Harjo sudah memberi tau dimana letak Puskesmas. Puskesmas Desa Tirto Wangi tepat bersebrangan dengan Kantor Kelurahan Tirto Wangi. Jaraknya memang cukup jauh jika harus di tempuh dengan berjalan kaki. Tapi mau bagaimana lagi, Kinan harus bersabar selama satu minggu ini sampai Kakaknya punya waktu untuk mengantarkan motor ke Desa.

"Semangat, Kinan! Hitung - hitung olah raga." Kinan menyemangati dirinya sendiri. Peluhnya pun mulai bercucuran, membasahi dahi dan kerudung yang ia pakai.

Tin... Tin...

Suara klakson motor terdengar dari arah belakangnya. Seketika, Kinan menoleh ke sumber suara.

"Ayo bareng saja." Ajak Aksa yang mengendarai motor trail miliknya.

"Makasih, Pak Aksa. Maaf merepotkan terus." Ujar Kinan yang kemudian menaiki boncengan.

"Enggak, kan searah." Jawab Aksa. Ia mulai melajukan motornya setelah memastikan Kinan duduk dengan benar.

Tak ada obrolan, keduanya tampak terdiam. Hanya Aksa yang sesekali mengangguk dan balas menyapa kala warga Desa menyapanya.

"Terima kasih, Pak." Ujar Kinan saat Aksa menghentikan motornya di depan pagar Puskesmas Desa.

"Sama - sama. Saya ke Kelurahan dulu kalau gitu." Pamit Aksa sebelum melajukan motornya menuju ke Kantor Kelurahan.

Kinan segera berjalan masuk ke Puskesmas yang sudah terbuka. Pasti salah satu rekannya sudah berada di dalam, pikir Kinan.

"Assalamualaikum." Ucap Kinan saat memasuki bangunan Puskesmas yang nampaknya baru di bangun.

"Waalaikumsalam." Sahut seorang perempuan yang kemudian menampakkan dirinya.

"Eh Bu Dokter Kinanti, ya? Selamat datang di Puskesmas Tirto Wangi, Bu Dokter." Perempuan muda itu menyambut kedatangan Kinan.

"Iya, aku Kinanti." Kinanti memperkenalkan diri.

"Aku Dona, Bidan di Puskesmas ini." Kata Bidan Dona. Mereka berdua pun saling berjabat tangan.

"Fit... Fitri... Bu Dokter sudah datang." Seru Diah.

"Iya, Mbak Na." Jawab Fitri yang datang dengan tergopoh - gopoh.

"Maa Syaa Allah, Bu Dokter cantik. Perkenalkan namaku Fitri. Aku Tenaga Teknis Kefarmasian di Puskesmas." Fitri, perempuan yang sebaya dengan Bidan Dona memperkenalkan diri.

"Salam kenal Fitri, aku Kinanti." Kata Kinanti dengan ramah.

Mereka bertiga pun mengobrol sejenak sebelum menuju ke Kantor Kelurahan untuk Apel rutin di senin pagi. Ketiganya nampak begitu akrab walaupun baru saja bertemu. Kinanti memang tipe orang yang humble, hingga mudah akrab dengan orang - orang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   25. Tak Tinggal Diam

    Aksa melangkahkan kaki lebih cepat saat melihat orang - orang yang sedikit berkerumun di tempat terakhir ia bersama Kinan. Hatinya sedikit was - was dan berharap bukan kekasihnya yang menjadi sumber kerumunan. Namun, harapannya sirna kala tubuh tingginya menangkap keberadaan Kinan di tengah - tengah sana. Langkahnya pun kian lebar kala mendengar makian kasar seorang wanita. Aksa segera menerobos kerumunan itu dan langsung berdiri di samping Kinan. "Ada apa ini?" Tanya Aksa dengan suara tegas sambil menatap tajam ke arah pria dan wanita di hadapannya. Sementara Kinan langsung menoleh ke arah Pria yang berdiri di sampingnya. "Mas..." Lirih Kinan hampir tak terdengar. Gadis cantik itu langsung memeluk pinggang Aksa saat Aksa merengkuh tubuhnya ke dalam pelukan. "Iya, Mas disini, Sayang. Maaf ya, Mas agak lama." Ujar Aksa sambil mengusap - usap kepala belakang Kinan. "Ada apa, Dek? Kok ada dia di sini?" Tanya Aksa. "Gak tau, Mas. Dia tiba - tiba nyamperin aku." Jawab Kinan sambi

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   24. Dituduh Pelakor

    "Kinan..." Suara seseorang memanggilnya. Kinan pun secara refleks langsung menoleh saat mendengar namanya di panggil. Namun, ia terkejut saat melihat siapa yang sudah memanggilnya. "Faris..." Lirih Kinan hampir tanpa suara saat mendapati pria berbadan tegap itu sudah berdiri di dekatnya. "Kinan tunggu!" Faris menahan keranjang belanja Kinan saat gadis itu hendak pergi untuk menghindar. "Jangan mendekat, Faris!" Tegas Kinan dengan raut wajah sedikit panik. Tentu saja ia masih trauma dengan kejadian beberapa waktu lalu di Kantor Dinas Kesehatan. "Aku rindu kamu, Kinan. Allah menjawab doa ku, kita ketemu lagi di sini." Ujar Faris dengan wajah bahagia. "Sadar diri, Ris! Kamu sudah menikah dan aku gak ada urusan lagi sama kamu." Ujar Kinan dengan tegas. Kinan terus berusaha mengatasi rasa takutnya sembari berharap agar Aksa cepat kembali. "Awas, Ris. Aku mau pulang." Kata Kinan sambil berusaha menarik keranjang belanjanya yang di tahan Faris. "Kinan, ayo kita mengobrol dulu. Aku be

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   23. Taman Bunga

    "Waah... Wahh... Mas, ini beneran bagus banget." Kata Kinan dengan takjub saat melihat taman bunga di hadapannya. Ratusan macam jenis bunga yang berwarna warni, tumbuh dengan indah di taman itu. Tak hanya itu, bunga - bunga itu di susun membentuk beraneka ragam bentuk seperti love, bintang, dan lainnya. Di sana juga ada sebuah terowongan yang di tutupi oleh bunga air mata pengantin. Pemandangan yang sangat indah itu, tentu tak mungkin di lewatkan begitu saja. Mereka berdua nampak mengambil beberapa foto berdua di taman bunga itu. "Mas nemu tempat kayak gini dari mana? Tapi kok sepi sih, Mas?" Tanya Kinan. "Sepi lah, Dek. Ini kan belum di buka untuk umum. Kebetulan Mas kenal dengan pengelola taman ini dan pernah lihat postingan dia." Jawab Aksa. "Jadi bakal di buka untuk umum?" Tanya Kinan. "Njih, Sayang. Makanya Mas buru - buru ajak kamu ke sini, sebelum rame pengunjung nantinya. Walaupun harus via orang dalam." Kekeh Aksa. "Whooaa, makasih ya, Mas. Effort banget sih, P

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   22. Cerita Aksa

    "Mau kemana, Mas?" Tanya Kinan pada pria di sebelahnya yang sedang mengemudikan mobil. "Kencan, Sayang. Kita kan gak pernah kencan." Jawab Aksa. "Ya maksudnya kemana gitu perginya?" Tanya Kinan. "Ke lokasi yang bagus. Kamu pasti suka nanti." Jawab Aksa. "Mas ini aku gak kebanting kan kalo jalan sama Mas?" Tanya Kinan yang sedikit insecure. "Enggak lah, Dek. Kebanting gimana? Kamu cantik gini, tanpa make up juga memang dasarnya cantik." Jawab Aksa. Memang benar apa yang di katakan Aksa kalau Kinan itu cantik walaupun tanpa make up atau riasan apapun di wajahnya. Wajahnya memang tak membosankan saat di pandang. "Ini jauh tempatnya, Mas?" Tanya Kinan yang nampak tak sabar. "Lima belas menit lagi, Dek." Jawab Aksa. "Mas..." "Dalem, Sayang." "Aku mau nanya sesuatu, boleh?" Tanya Kinan. "Boleh lah, Dek. Mau tanya apa memangnya?" Kata Aksa. "Bangunan yang lagi di bangun di sebelah Bengkel itu, punya Mas?" Tanya Kinan penasaran. "Njih, Sayang. In Syaa Allah itu nan

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   21. Pak Lurah Tajir

    Kinanti mengamati hiruk pikuk kesibukan di Bengkel dan Toko. Hari week end, membuat Bengkel dan Toko menjadi lebih ramai. Seperti biasa, Aksa akan ikut turun tangan membantu di Toko jika sedang ramai pembeli seperti ini. Kinan sendiri hanya duduk sambil memantau kondisi Toko. Sesekali ia ikut membantu mengambil beberapa peralatan yang ada di dekatnya. "𝘞𝘪𝘩, 𝘯𝘨𝘨𝘰𝘸𝘰 𝘤𝘢𝘭𝘰𝘯 𝘣𝘰𝘫𝘰 𝘬𝘪, 𝘔𝘢𝘴. (Wih, bawa calom istri nih, Mas.)" Ujar salah satu pelanggan yanh biasa berbelanja di tokonya. "In Syaa Allah, Pak. 𝘗𝘢𝘳𝘦𝘯𝘨𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘨𝘰𝘯𝘦 𝘮𝘢𝘸𝘰𝘯. (Berikan doanya saja.)" Jawab Aksa sambil terkekeh. "𝘕𝘫𝘦𝘯𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨 𝘔𝘣𝘢𝘬, 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘔𝘢𝘴 𝘈𝘬𝘴𝘢. 𝘊𝘢𝘩 𝘦 𝘳𝘢𝘫𝘪𝘯 𝘱𝘰𝘭, 𝘢𝘴𝘭𝘪. 𝘕𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘶 𝘯𝘥𝘶𝘸𝘦 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘸𝘦𝘥𝘰𝘬 𝘯𝘨𝘰𝘯𝘰, 𝘸𝘦𝘴 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘬 𝘮𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘔𝘢𝘴 𝘈𝘬𝘴𝘢 𝘪𝘬𝘪. (Kamu beruntung Mbak, dapet Mas Aksa. Anaknya rajin banget, beneran. Kalau aku punya anak perempuan gitu, sudah aku jadikan menantu Mas Aksa ini.)"

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   20. Royal

    Aksa keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Ia mengeringkan rambutnya yang sedikit basah dengan menggunakan handuk hingga rambutnya nampak berantakan. Kinan memandangi Aksa yang nampak sepuluh kali lipat lebih tampan saat rambutnya basah dan berantakan seperti itu, menurut Kinan. "Kamu kenapa lihatin Mas kayak gitu? Bikin baper aja." Kekeh Aksa. "Terpesona sama pacar sendiri." Jawab Kinan yang juga ikut terkekeh. "Ada - ada aja kamu ini, Dek." Sahut Aksa yang mendadak salah tingkah. "Mas kenapa pake beliin baju aku segala? Mana lengkap lagi, kayak ngasih seserahan." Cicit Kinan. "Emang kamu udah siap di lamar, Dek. Ngomongin seserahan segala." Kekeh Aksa. "Ya belum sih, Mas. Sabar ya, nunggu Kak Raka Nikah dulu." Jawab Kinan yang ikut terkekeh. "Tenang aja, Mas sabar kok nungguin kamu." Jawab Aksa sambil tersenyum. "Sengaja, Mas minta tolong Ayu belikan baju di pasar untuk kamu ganti, Dek. Emang nyaman gak ganti baju gitu?" Ujar Aksa. "Nyaman, asal sama Ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status