Home / Romansa / Terjerat Cinta Mas Lurah / 2. Rumah yang Nyaman

Share

2. Rumah yang Nyaman

Author: BlueEyes
last update Last Updated: 2025-09-03 23:37:15

"Ini masih jauh, Mas? Mas siapa namanya?" Tanya Kinan yang sadar kalau belum mengenal pria di sampingnya.

"Aksa." Jawab Pria di sebelahnya.

"Ini masih jauh, Mas Aksa?" Kinan kembali mengulangi pertanyaannya.

"Sekitar lima belas menit lagi, Bu Dokter, karna jalannya licin." Jawab Aksa.

"Waah, lumayan juga, ya. Padahal udah tiga puluh menit kita jalan." Ujar Kinan sambil melihat jam di tangannya.

"Harusnya lebih cepat kalo gak hujan." Kata Aksa. Kinan pun hanya mengangguk.

"Ini satu - satunya akses menuju ke Desa, Mas? Gak ada lampu jalan?" Tanya Kinan sambil celingukan.

"Iya, Bu Dokter. Ini adalah jalan utama menuju ke Desa. Memang belum ada penerangan." Jawab Aksa.

"Kenapa Lurahnya gak mengajukan pemasangan lampu jalan dari dulu? Padahal kan ini sangat penting. Apa lagi kalau malam dan hujan, kasihan warga yang melintas." Cicit Kinan.

"Butuh waktu, Bu Dokter. Karna Desa Tirto Wangi ini adalah Desa terpelosok, jadi sedikit susah untuk mendapatkan bantuan." Jawab Aksa sambil tersenyum.

"Hmm, alasan klasik dari Aparatur Desa dan Pemerintah. Kalo gini sih kemungkinannya cuma dua. Lurahnya yang gak peduli dengan Desa dan hanya ingin makan gaji buta, atau Lurah dan Pemerintah yang menyelewengkan dana bantuan Desa." Sahut Kinan.

"Dari dua kemungkinan tadi. Tetap Lurahnya yang salah, 𝗻𝗷𝗶𝗵, Bu Dokter." Celetuk Aksa.

"Iya dong, maju atau enggaknya Desa itu kan balik lagi gimana usaha dari Lurahnya." Sahut Kinan.

"Wah! Kayaknya memang Lurahnya pemalas sih ini." Ujar Aksa kemudian.

Suasana kembali hening. Hujan kian deras mengguyur hingga jarak pandang terbatas. Di tengah hutan yang gelap itu, mobil merangkak berusaha menyusuri medan yang tak mudah di lewati. Tanjakan dan turunan curam khas jalanan gunung, menghiasi perjalanan mereka.

Ciiiittttt...!

Aksa mengerem mendadak mobilnya. Tak langsung berhenti, mobil itu tergelincir beberapa meter sebelum berhenti tepat di depan sebuah pohon besar yang ada di pinggir jalan.

"Astaghfirullah!" Ujar Aksa dan Kinan hampir bersamaan. Untung saja mereka berdua memakai seatbelt hingga tak sampai terpental.

"Bu Dokter gak apa - apa? Maaf, tadi aku menghindari ular." Ujar Aksa.

"I-iya, gak apa - apa. Aku juga tadi lihat ular besarnya." Jawab Kinanti sedikit terbata karena terkejut. Ia memegangi tangan Aksa yang siaga di depannya, menjaga agar Kinanti tak sampai terbentur dashboard jikalau terpental.

"Mas Aksa gak apa - apa?" Tanya Kinanti sambil melepaskan pegangannya dari tangan Aksa.

"𝗡𝗷𝗶𝗵, 𝗺𝗯𝗼𝘁𝗲𝗻 𝗻𝗼𝗽𝗼 - 𝗻𝗼𝗽𝗼. (Iya, gak apa - apa.)" Jawab Aksa.

"Kita lanjutkan perjalanan, 𝗻𝗷𝗶𝗵, Bu Dokter." Ucap Aksa yang di jawab anggukan oleh Kinan.

Rasanya ia benar - benar ingin segera sampai di Desa. Perjalanan menuju ke Desa benar - benar menguji kesabarannya.

"Ya Allah, andai aku bisa minta mutasi hari ini juga." Lirih Kinanti yang masih bisa di dengar oleh Aksa. Aksa pun hanya bisa tersenyum mendengar permintaan lirih dari gadis di sebelahnya.

Setelah menempuh perjalanan dengan total waktu hampir satu jam, mereka akhirnya sampai di sebuah rumah yang nampak asri. Rumah joglo dengan bangunan yang nampak begitu klasik namun sangat aestetik.

Rumah yang pintu dan jendelanya terbuat dari kayu dengan ukiran khas jawa yang begitu cantik. Tak hanya jendela dan pintu, tiang - tiang yang menjadi penyangga bangunan itu pun terbuat dari kayu dengan ukiran yang nampak indah.

Aksa sengaja memarkirkan mobilnya tepat di depan teras agar Kinanti tak basah saat turun dari mobil. Kinanti pun segera turun ketika Aksa mematikan mesin mobilnya. Aksa sendiri mengambil koper milik Kinan terlebih dahulu sebelum menyusul masuk ke teras yang cukup luas itu.

"𝗦𝘂𝗴𝗲𝗻𝗴 𝗥𝗮𝘄𝘂𝗵, 𝗕𝘂 𝗗𝗼𝗸𝘁𝗲𝗿. (Selamat datang, Bu Dokter.)" Ucap seorang wanita paruh baya. Di sampingnya juga ada pria paruh baya yang Kinan rasa adalah suami si wanita.

"Assalamualaikum, Ibu, Bapak." Kinan menyalami dua orang itu dengan sopan.

"Waalaikumsalam." Jawab si Bapak dan si Ibu dan menerima tangan Kinan yang hendak menyalami mereka. Bapak dan Ibu itu pun tersenyum hangat ke pada Kinan.

"Ayo, silahkan masuk." si Bapak mempersilahkan.

"𝗞𝗼𝗽𝗲𝗿𝗲 𝗹𝗮𝗻𝗴𝘀𝘂𝗻𝗴 𝗱𝗶 𝗴𝗼𝘄𝗼 𝗺𝗲𝗹𝗲𝗯𝘂 𝗸𝗮𝗺𝗮𝗿 𝘄𝗮𝗲, 𝗟𝗲. (Kopernya langsung di masukkan ke dalam kamar saja, Nak.)" Perintah si Ibu pada Aksa yang membawa dua koper milik Kinan.

"𝗡𝗷𝗶𝗵, 𝗕𝘂. (Iya, Bu.)" Jawab Aksa patuh.

"Silahkan duduk, Bu Dokter. Kenalkan nama saya Pak Harjo." Ujar si Bapak yang memperkenalkan diri.

"Ini istri saya, Bu Sari." Pria paruh baya itu kemudian memperkenalkan Istrinya.

"Salam kenal Pak Harjo, Bu Sari. Saya Kinanti, Dokter yang akan bertugas di Puskesmas Desa." Kinan pun memperkenalkan diri.

"𝗡𝗷𝗶𝗵, 𝗺𝘂𝗴𝗼 - 𝗺𝘂𝗴𝗼 𝗸𝗲𝗿𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗻𝗲𝗻𝗴 𝗸𝗲𝗻𝗲 𝘆𝗼, 𝗕𝘂 𝗗𝗼𝗸𝘁𝗲𝗿. (Iya, semoga betah di sini ya, Bu Dokter.)" Ujar Pak Harjo.

"𝗠𝗼𝗻𝗴𝗴𝗼, di minum tehnya dan di cicipi kacang juga jagung rebusnya. Maaf, hanya seadanya." Ujar Bu Sari.

"Oh, enggak apa - apa, Bu. Maaf malah jadi merepotkan." Jawab Kinan sedikit sungkan.

"Begini Bu Dokter, ini adalah rumah yang akan Bu Dokter tempati selama berada di sini. Maaf karna rumahnya sederhana." Ujar Pak Harjo menjelaskan.

"Alhamdulillah, rumahnya nyaman kok, Pak." Jawab Kinan yang memang merasa nyaman dengan suasana rumah ini.

"Rumah kami ada di sebelah rumah ini, Bu Dokter. Kalau perlu sesuatu, jangan sungkan untuk minta tolong pada kami." Bu Sari turut menimpali.

"Iya. Terima kasih banyak, Pak, Bu." Ucap Kinan yang merasa senang karna di sambut dengan hangat oleh salah satu tokoh masyarakat di Desa Tirto Wangi.

"𝗣𝗮𝗸, 𝗕𝘂, 𝗸𝘂𝗹𝗼 𝗽𝗮𝗺𝗶𝘁 𝗿𝗶𝘆𝗶𝗻. 𝗕𝗮𝗱𝗲 𝘀𝗶𝗿𝗮𝗺 𝗻𝗶𝗸𝗶 𝗺𝗽𝘂𝗻 𝗸𝗲𝗹𝗲𝗯𝘂𝘀.(Pak, Bu, aku pamit dulu. Mau mandi ini sudah basah kuyup.)" Pamit Aksa yang baru muncul entah dari mana hingga pakaiannya basah kuyup seperti itu.

"𝗬𝗼𝘄𝗲𝘀, 𝗸𝗼𝘄𝗲 𝗻𝗱𝗶𝘀𝗶𝗸𝗮𝗻 𝘄𝗮𝗲, 𝗟𝗲. 𝗕𝗮𝗽𝗮𝗸 𝗸𝗮𝗿𝗼 𝗜𝗯𝘂 𝗮𝗿𝗲𝗽 𝗻𝗴𝗼𝗯𝗿𝗼𝗹 𝘀𝗲𝗸 𝗸𝗮𝗿𝗼 𝗕𝘂 𝗗𝗼𝗸𝘁𝗲𝗿. (Yasudah, kamu duluan saja, Le. Bapam sama Ibu mau ngobrol dengan Bu Dokter dulu.)" Jawab Pak Harjo.

"𝗡𝗷𝗶𝗵. Mari Bu Dokter, aku permisi dulu." Pamit Aksa.

"Iya, terima kasih banyak, Mas Aksa." Ucap Kinanti yang di jawab anggukan oleh Aksa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   25. Tak Tinggal Diam

    Aksa melangkahkan kaki lebih cepat saat melihat orang - orang yang sedikit berkerumun di tempat terakhir ia bersama Kinan. Hatinya sedikit was - was dan berharap bukan kekasihnya yang menjadi sumber kerumunan. Namun, harapannya sirna kala tubuh tingginya menangkap keberadaan Kinan di tengah - tengah sana. Langkahnya pun kian lebar kala mendengar makian kasar seorang wanita. Aksa segera menerobos kerumunan itu dan langsung berdiri di samping Kinan. "Ada apa ini?" Tanya Aksa dengan suara tegas sambil menatap tajam ke arah pria dan wanita di hadapannya. Sementara Kinan langsung menoleh ke arah Pria yang berdiri di sampingnya. "Mas..." Lirih Kinan hampir tak terdengar. Gadis cantik itu langsung memeluk pinggang Aksa saat Aksa merengkuh tubuhnya ke dalam pelukan. "Iya, Mas disini, Sayang. Maaf ya, Mas agak lama." Ujar Aksa sambil mengusap - usap kepala belakang Kinan. "Ada apa, Dek? Kok ada dia di sini?" Tanya Aksa. "Gak tau, Mas. Dia tiba - tiba nyamperin aku." Jawab Kinan sambi

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   24. Dituduh Pelakor

    "Kinan..." Suara seseorang memanggilnya. Kinan pun secara refleks langsung menoleh saat mendengar namanya di panggil. Namun, ia terkejut saat melihat siapa yang sudah memanggilnya. "Faris..." Lirih Kinan hampir tanpa suara saat mendapati pria berbadan tegap itu sudah berdiri di dekatnya. "Kinan tunggu!" Faris menahan keranjang belanja Kinan saat gadis itu hendak pergi untuk menghindar. "Jangan mendekat, Faris!" Tegas Kinan dengan raut wajah sedikit panik. Tentu saja ia masih trauma dengan kejadian beberapa waktu lalu di Kantor Dinas Kesehatan. "Aku rindu kamu, Kinan. Allah menjawab doa ku, kita ketemu lagi di sini." Ujar Faris dengan wajah bahagia. "Sadar diri, Ris! Kamu sudah menikah dan aku gak ada urusan lagi sama kamu." Ujar Kinan dengan tegas. Kinan terus berusaha mengatasi rasa takutnya sembari berharap agar Aksa cepat kembali. "Awas, Ris. Aku mau pulang." Kata Kinan sambil berusaha menarik keranjang belanjanya yang di tahan Faris. "Kinan, ayo kita mengobrol dulu. Aku be

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   23. Taman Bunga

    "Waah... Wahh... Mas, ini beneran bagus banget." Kata Kinan dengan takjub saat melihat taman bunga di hadapannya. Ratusan macam jenis bunga yang berwarna warni, tumbuh dengan indah di taman itu. Tak hanya itu, bunga - bunga itu di susun membentuk beraneka ragam bentuk seperti love, bintang, dan lainnya. Di sana juga ada sebuah terowongan yang di tutupi oleh bunga air mata pengantin. Pemandangan yang sangat indah itu, tentu tak mungkin di lewatkan begitu saja. Mereka berdua nampak mengambil beberapa foto berdua di taman bunga itu. "Mas nemu tempat kayak gini dari mana? Tapi kok sepi sih, Mas?" Tanya Kinan. "Sepi lah, Dek. Ini kan belum di buka untuk umum. Kebetulan Mas kenal dengan pengelola taman ini dan pernah lihat postingan dia." Jawab Aksa. "Jadi bakal di buka untuk umum?" Tanya Kinan. "Njih, Sayang. Makanya Mas buru - buru ajak kamu ke sini, sebelum rame pengunjung nantinya. Walaupun harus via orang dalam." Kekeh Aksa. "Whooaa, makasih ya, Mas. Effort banget sih, P

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   22. Cerita Aksa

    "Mau kemana, Mas?" Tanya Kinan pada pria di sebelahnya yang sedang mengemudikan mobil. "Kencan, Sayang. Kita kan gak pernah kencan." Jawab Aksa. "Ya maksudnya kemana gitu perginya?" Tanya Kinan. "Ke lokasi yang bagus. Kamu pasti suka nanti." Jawab Aksa. "Mas ini aku gak kebanting kan kalo jalan sama Mas?" Tanya Kinan yang sedikit insecure. "Enggak lah, Dek. Kebanting gimana? Kamu cantik gini, tanpa make up juga memang dasarnya cantik." Jawab Aksa. Memang benar apa yang di katakan Aksa kalau Kinan itu cantik walaupun tanpa make up atau riasan apapun di wajahnya. Wajahnya memang tak membosankan saat di pandang. "Ini jauh tempatnya, Mas?" Tanya Kinan yang nampak tak sabar. "Lima belas menit lagi, Dek." Jawab Aksa. "Mas..." "Dalem, Sayang." "Aku mau nanya sesuatu, boleh?" Tanya Kinan. "Boleh lah, Dek. Mau tanya apa memangnya?" Kata Aksa. "Bangunan yang lagi di bangun di sebelah Bengkel itu, punya Mas?" Tanya Kinan penasaran. "Njih, Sayang. In Syaa Allah itu nan

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   21. Pak Lurah Tajir

    Kinanti mengamati hiruk pikuk kesibukan di Bengkel dan Toko. Hari week end, membuat Bengkel dan Toko menjadi lebih ramai. Seperti biasa, Aksa akan ikut turun tangan membantu di Toko jika sedang ramai pembeli seperti ini. Kinan sendiri hanya duduk sambil memantau kondisi Toko. Sesekali ia ikut membantu mengambil beberapa peralatan yang ada di dekatnya. "𝘞𝘪𝘩, 𝘯𝘨𝘨𝘰𝘸𝘰 𝘤𝘢𝘭𝘰𝘯 𝘣𝘰𝘫𝘰 𝘬𝘪, 𝘔𝘢𝘴. (Wih, bawa calom istri nih, Mas.)" Ujar salah satu pelanggan yanh biasa berbelanja di tokonya. "In Syaa Allah, Pak. 𝘗𝘢𝘳𝘦𝘯𝘨𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘨𝘰𝘯𝘦 𝘮𝘢𝘸𝘰𝘯. (Berikan doanya saja.)" Jawab Aksa sambil terkekeh. "𝘕𝘫𝘦𝘯𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨 𝘔𝘣𝘢𝘬, 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘔𝘢𝘴 𝘈𝘬𝘴𝘢. 𝘊𝘢𝘩 𝘦 𝘳𝘢𝘫𝘪𝘯 𝘱𝘰𝘭, 𝘢𝘴𝘭𝘪. 𝘕𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘶 𝘯𝘥𝘶𝘸𝘦 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘸𝘦𝘥𝘰𝘬 𝘯𝘨𝘰𝘯𝘰, 𝘸𝘦𝘴 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘬 𝘮𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘔𝘢𝘴 𝘈𝘬𝘴𝘢 𝘪𝘬𝘪. (Kamu beruntung Mbak, dapet Mas Aksa. Anaknya rajin banget, beneran. Kalau aku punya anak perempuan gitu, sudah aku jadikan menantu Mas Aksa ini.)"

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   20. Royal

    Aksa keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Ia mengeringkan rambutnya yang sedikit basah dengan menggunakan handuk hingga rambutnya nampak berantakan. Kinan memandangi Aksa yang nampak sepuluh kali lipat lebih tampan saat rambutnya basah dan berantakan seperti itu, menurut Kinan. "Kamu kenapa lihatin Mas kayak gitu? Bikin baper aja." Kekeh Aksa. "Terpesona sama pacar sendiri." Jawab Kinan yang juga ikut terkekeh. "Ada - ada aja kamu ini, Dek." Sahut Aksa yang mendadak salah tingkah. "Mas kenapa pake beliin baju aku segala? Mana lengkap lagi, kayak ngasih seserahan." Cicit Kinan. "Emang kamu udah siap di lamar, Dek. Ngomongin seserahan segala." Kekeh Aksa. "Ya belum sih, Mas. Sabar ya, nunggu Kak Raka Nikah dulu." Jawab Kinan yang ikut terkekeh. "Tenang aja, Mas sabar kok nungguin kamu." Jawab Aksa sambil tersenyum. "Sengaja, Mas minta tolong Ayu belikan baju di pasar untuk kamu ganti, Dek. Emang nyaman gak ganti baju gitu?" Ujar Aksa. "Nyaman, asal sama Ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status