Share

6. Hujan Lebat

Author: BlueEyes
last update Last Updated: 2025-09-06 11:58:55

Hari sudah sore ketika zoom meeting yang di ikuti Dokter Kinan selesai. Wanita cantik itu melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul empat tiga puluh sore. Awan mendung yang tebal, membuat suasana sore itu makin terasa sunyi.

"Astaghfirullah, gelep banget mendungnya." Lirih Kinan sambil buru - buru membereskan barang - barangnya.

"Ya Allah, mudah - mudahan hujannya turun setelah aku sampe rumah. Aamiin." Doa Kinan dalam hati.

Ia segera mengunci pintu ruangannya dan melangkah cepat menuju keluar Puskesmas.

"Astaghfirullah!" Seru Kinan.

Dokter cantik itu hampir melompat karena terkejut saat melihat sosok Pak Lurah yang sedang duduk di bangku sambil memainkan ponselnya.

"Loh, P-Pak Lurah, kok di sini? Kan kantornya di depan." Tanya Kinan sedikit gugup.

"Iya, memang kantorku di depan. Apa aku gak boleh duduk di sini?" Tanya Aksa sambil menatap ke arah Kinan yang masih mematung di tempatnya.

"Ya, boleh. Tapi kan aku jadi kaget. Pak Lurah sakit? Mau berobat?" Tanya Kinan.

"Enggak. Aku tadi lihat Puskesmas pintunya kebuka. Padahal biasanya jam setengah empat, Dona dan Fitri udah pulang." Jawab Aksa.

"Oh itu tadi aku masih zoom meeting di dalam. Sengaja pintunya aku buka, barang kali ada warga yang mau berobat." Kata Kinan.

"Pak Lurah kenapa tadi gak masuk?" Tanya Kinan kemudian.

"Aku udah masuk dan lihat kamu lagi meeting. Makanya aku duduk di sini." Jawab Aksa.

"Terus, kenapa gak pulang? Kan udah liat kalo aku ada di dalam?" Telisik Karin.

"Ya justru karna kamu sendirian di dalam, makanya aku tungguin. Kalo ada apa - apa sama warga baru, kan aku juga yang repot." Sahut Aksa.

"Yaudah, ayo kita pulang." Ajak Aksa.

"Bapak ngajak aku pulang bareng?" Tanya Kinan dengan ragu.

"Kamu mau pulang sendiri, jalan kaki, mendung gelap gini?" Tanya Aksa dengan tatapan yang sulit di artikan. Sementara itu, Kinan hanya bisa terdiam mendengar pertanyaan Aksa.

"Apa kata warga desa kalau lihat aku ngebiarin kamu jalan sendirian, padahal rumah kita sebelahan dan kita sempet ketemu gini? Lagi pula, bisa - bisa aku di omelin sama Bapak karna ngebiarin kamu jalan sendirian mendung - mendung gini padahal tempat kerja kita cuma bersebrangan." Kata Aksa yang masih melanjutkan omelannya.

Kinan melihat ke arah Aksa yang baru menyelesaikan omelannya. Ia tau kalau pria di hadapannya ini adalah pria gentle, walaupun ia cukup gengsian dan selalu mengatasnamakan warga desa.

"Cepat kunci pintunya, kita pulang. Keburu hujan." Aksa kembali menginterupsi.

"Iya, Pak." Jawab Kinan yang segera mengunci pintu Puskesmas.

Gadis cantik itu lalu segera menyusul Aksa yang sudah bertengger di atas motor trailnya. Setelah memastikan Kinan duduk dengan benar, Aksa segera memacu motornya dengan cepat.

Sayangnya, kali ini doa Kinan tak terkabul. Hujan deras turun saat mereka berada di pertengahan sawah. Aksa segera membawa motornya menuju ke sebuah saung yang ada di pinggir sawah untuk berteduh.

Kinan segera turun dari motor dan duduk di saung bambu itu, begitu juga dengan Aksa.

"Astaghfirullah!" Seru Kinan saat melihat kilatan cahaya petir. Di susul suara petir yang begitu keras seperti suara ledakan.

Dengan kesadaran penuh, ia mendekat ke arah Aksa yang nampak tenang. Hujan lebat, angin kencang, petir yang bersahutan, dan ia yang berada di luar ruangan, tentu membuat nyalinya ciut. Andai ia berada di dalam ruangan, pasti tak akan setakut ini.

"Pak Lurah, maaf ya aku duduknya mepet, aku takut." Kinan meminta izin pada Aksa dengan suara lirih.

"Gak apa - apa, asal jangan minta pangku atau peluk. Gak enak kalo ada warga yang lihat. Kecuali kalo kamu mau aku halalin." Jawaban Aksa yang membuat Kinan cukup tercengang saat mendengarnya.

"Ya, aku juga tau diri, Pak. Gak mungkin minta peluk apa lagi minta pangku." Sungut Kinan yang membuat Aksa melipat bibir menahan tawa.

Cukup lama hujan turun, namun tak kunjung reda hingga waktu menjelang magrib. Tiba - tiba, mereka melihat beberapa warga tampak berlari tergopoh - gopoh di bawah guyuran hujan deras itu.

"𝗕𝗮𝗽𝗮𝗸 - 𝗯𝗮𝗽𝗮𝗸, 𝗮𝗿𝗲𝗽 𝗻𝗲𝗻𝗴𝗲𝗻𝗱𝗶? (Bapak - Bapak, mau kemana?)" Tanya Aksa.

"𝗧𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂𝗹𝗲 𝗷𝗲𝗯𝗼𝗹, 𝗣𝗮𝗸 𝗟𝘂𝗿𝗮𝗵. 𝗦𝗮𝘄𝗮𝗵𝗲 𝗯𝘂𝗮𝗻𝗷𝗶𝗿, 𝗮𝗱𝗲𝘄𝗲 𝗮𝗿𝗲𝗽 𝗺𝗯𝗲𝗻𝗮𝗸𝗻𝗲 𝘁𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂𝗹. (Tanggulnya jebol, Pak Lurah. Sawahnya kebanjiran, kami mau benerin tanggul irigasi yang jebol.)" Jawab salah seorang warga.

"Astaghfirullah." Ujar Aksa dan Kinan hampir bersamaan.

Aksa kemudian melirik ke arah Kinan. Ia ingin membantu warganya, namun khawatir jika harus meninggalkan Kinan sendirian di sini.

"Bapak gak bantuin itu warganya?" Tanya Kinan.

"Kamu gak apa - apa, aku tinggal sendiri?" Aksa malah balik bertanya hingga membuat Kinan kebingungan.

"Lama gak? Kalo gak lama ya, gak apa - apa." Jawab Kinan sedikit ragu.

"Yakin?" Tanya Aksa yang kembali di jawab anggukan ragu oleh Kinan.

"Yasudah, aku tinggal sebentar. Kalau jebolnya gak parah, aku langsung balik lagi ke sini." Kata Aksa yang kembali di jawab anggukan oleh Kinan.

Aksa meletakkan tas dan memasukkan ponselnya ke dalam tasnya. Ia lalu menghidupkan mesin motor, untuk memberi penerangan pada Kinan melalui lampu motor.

"Aku titip tas, ya. Kamu jangan kemana - mana." Pesan Aksa sebelum meninggalkan Kinan.

"Iya, Pak." Jawab Kinan.

Aksa pun kemudian berlari menyusul warganya di tengah hujan lebat yang mengguyur. Sementara Kinan, dengan harap - harap cemas menunggu di saung yang berada di tengah sawah itu, sendirian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   25. Tak Tinggal Diam

    Aksa melangkahkan kaki lebih cepat saat melihat orang - orang yang sedikit berkerumun di tempat terakhir ia bersama Kinan. Hatinya sedikit was - was dan berharap bukan kekasihnya yang menjadi sumber kerumunan. Namun, harapannya sirna kala tubuh tingginya menangkap keberadaan Kinan di tengah - tengah sana. Langkahnya pun kian lebar kala mendengar makian kasar seorang wanita. Aksa segera menerobos kerumunan itu dan langsung berdiri di samping Kinan. "Ada apa ini?" Tanya Aksa dengan suara tegas sambil menatap tajam ke arah pria dan wanita di hadapannya. Sementara Kinan langsung menoleh ke arah Pria yang berdiri di sampingnya. "Mas..." Lirih Kinan hampir tak terdengar. Gadis cantik itu langsung memeluk pinggang Aksa saat Aksa merengkuh tubuhnya ke dalam pelukan. "Iya, Mas disini, Sayang. Maaf ya, Mas agak lama." Ujar Aksa sambil mengusap - usap kepala belakang Kinan. "Ada apa, Dek? Kok ada dia di sini?" Tanya Aksa. "Gak tau, Mas. Dia tiba - tiba nyamperin aku." Jawab Kinan sambi

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   24. Dituduh Pelakor

    "Kinan..." Suara seseorang memanggilnya. Kinan pun secara refleks langsung menoleh saat mendengar namanya di panggil. Namun, ia terkejut saat melihat siapa yang sudah memanggilnya. "Faris..." Lirih Kinan hampir tanpa suara saat mendapati pria berbadan tegap itu sudah berdiri di dekatnya. "Kinan tunggu!" Faris menahan keranjang belanja Kinan saat gadis itu hendak pergi untuk menghindar. "Jangan mendekat, Faris!" Tegas Kinan dengan raut wajah sedikit panik. Tentu saja ia masih trauma dengan kejadian beberapa waktu lalu di Kantor Dinas Kesehatan. "Aku rindu kamu, Kinan. Allah menjawab doa ku, kita ketemu lagi di sini." Ujar Faris dengan wajah bahagia. "Sadar diri, Ris! Kamu sudah menikah dan aku gak ada urusan lagi sama kamu." Ujar Kinan dengan tegas. Kinan terus berusaha mengatasi rasa takutnya sembari berharap agar Aksa cepat kembali. "Awas, Ris. Aku mau pulang." Kata Kinan sambil berusaha menarik keranjang belanjanya yang di tahan Faris. "Kinan, ayo kita mengobrol dulu. Aku be

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   23. Taman Bunga

    "Waah... Wahh... Mas, ini beneran bagus banget." Kata Kinan dengan takjub saat melihat taman bunga di hadapannya. Ratusan macam jenis bunga yang berwarna warni, tumbuh dengan indah di taman itu. Tak hanya itu, bunga - bunga itu di susun membentuk beraneka ragam bentuk seperti love, bintang, dan lainnya. Di sana juga ada sebuah terowongan yang di tutupi oleh bunga air mata pengantin. Pemandangan yang sangat indah itu, tentu tak mungkin di lewatkan begitu saja. Mereka berdua nampak mengambil beberapa foto berdua di taman bunga itu. "Mas nemu tempat kayak gini dari mana? Tapi kok sepi sih, Mas?" Tanya Kinan. "Sepi lah, Dek. Ini kan belum di buka untuk umum. Kebetulan Mas kenal dengan pengelola taman ini dan pernah lihat postingan dia." Jawab Aksa. "Jadi bakal di buka untuk umum?" Tanya Kinan. "Njih, Sayang. Makanya Mas buru - buru ajak kamu ke sini, sebelum rame pengunjung nantinya. Walaupun harus via orang dalam." Kekeh Aksa. "Whooaa, makasih ya, Mas. Effort banget sih, P

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   22. Cerita Aksa

    "Mau kemana, Mas?" Tanya Kinan pada pria di sebelahnya yang sedang mengemudikan mobil. "Kencan, Sayang. Kita kan gak pernah kencan." Jawab Aksa. "Ya maksudnya kemana gitu perginya?" Tanya Kinan. "Ke lokasi yang bagus. Kamu pasti suka nanti." Jawab Aksa. "Mas ini aku gak kebanting kan kalo jalan sama Mas?" Tanya Kinan yang sedikit insecure. "Enggak lah, Dek. Kebanting gimana? Kamu cantik gini, tanpa make up juga memang dasarnya cantik." Jawab Aksa. Memang benar apa yang di katakan Aksa kalau Kinan itu cantik walaupun tanpa make up atau riasan apapun di wajahnya. Wajahnya memang tak membosankan saat di pandang. "Ini jauh tempatnya, Mas?" Tanya Kinan yang nampak tak sabar. "Lima belas menit lagi, Dek." Jawab Aksa. "Mas..." "Dalem, Sayang." "Aku mau nanya sesuatu, boleh?" Tanya Kinan. "Boleh lah, Dek. Mau tanya apa memangnya?" Kata Aksa. "Bangunan yang lagi di bangun di sebelah Bengkel itu, punya Mas?" Tanya Kinan penasaran. "Njih, Sayang. In Syaa Allah itu nan

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   21. Pak Lurah Tajir

    Kinanti mengamati hiruk pikuk kesibukan di Bengkel dan Toko. Hari week end, membuat Bengkel dan Toko menjadi lebih ramai. Seperti biasa, Aksa akan ikut turun tangan membantu di Toko jika sedang ramai pembeli seperti ini. Kinan sendiri hanya duduk sambil memantau kondisi Toko. Sesekali ia ikut membantu mengambil beberapa peralatan yang ada di dekatnya. "𝘞𝘪𝘩, 𝘯𝘨𝘨𝘰𝘸𝘰 𝘤𝘢𝘭𝘰𝘯 𝘣𝘰𝘫𝘰 𝘬𝘪, 𝘔𝘢𝘴. (Wih, bawa calom istri nih, Mas.)" Ujar salah satu pelanggan yanh biasa berbelanja di tokonya. "In Syaa Allah, Pak. 𝘗𝘢𝘳𝘦𝘯𝘨𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘨𝘰𝘯𝘦 𝘮𝘢𝘸𝘰𝘯. (Berikan doanya saja.)" Jawab Aksa sambil terkekeh. "𝘕𝘫𝘦𝘯𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨 𝘔𝘣𝘢𝘬, 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘔𝘢𝘴 𝘈𝘬𝘴𝘢. 𝘊𝘢𝘩 𝘦 𝘳𝘢𝘫𝘪𝘯 𝘱𝘰𝘭, 𝘢𝘴𝘭𝘪. 𝘕𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘶 𝘯𝘥𝘶𝘸𝘦 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘸𝘦𝘥𝘰𝘬 𝘯𝘨𝘰𝘯𝘰, 𝘸𝘦𝘴 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘬 𝘮𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘔𝘢𝘴 𝘈𝘬𝘴𝘢 𝘪𝘬𝘪. (Kamu beruntung Mbak, dapet Mas Aksa. Anaknya rajin banget, beneran. Kalau aku punya anak perempuan gitu, sudah aku jadikan menantu Mas Aksa ini.)"

  • Terjerat Cinta Mas Lurah   20. Royal

    Aksa keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Ia mengeringkan rambutnya yang sedikit basah dengan menggunakan handuk hingga rambutnya nampak berantakan. Kinan memandangi Aksa yang nampak sepuluh kali lipat lebih tampan saat rambutnya basah dan berantakan seperti itu, menurut Kinan. "Kamu kenapa lihatin Mas kayak gitu? Bikin baper aja." Kekeh Aksa. "Terpesona sama pacar sendiri." Jawab Kinan yang juga ikut terkekeh. "Ada - ada aja kamu ini, Dek." Sahut Aksa yang mendadak salah tingkah. "Mas kenapa pake beliin baju aku segala? Mana lengkap lagi, kayak ngasih seserahan." Cicit Kinan. "Emang kamu udah siap di lamar, Dek. Ngomongin seserahan segala." Kekeh Aksa. "Ya belum sih, Mas. Sabar ya, nunggu Kak Raka Nikah dulu." Jawab Kinan yang ikut terkekeh. "Tenang aja, Mas sabar kok nungguin kamu." Jawab Aksa sambil tersenyum. "Sengaja, Mas minta tolong Ayu belikan baju di pasar untuk kamu ganti, Dek. Emang nyaman gak ganti baju gitu?" Ujar Aksa. "Nyaman, asal sama Ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status