Share

Bab 3

Setelah siap. Ia langsung memesan taksi online dan menunggunya di depan kost.

Saat sedang menunggu, kebetulan Adit juga keluar. Sesaat tatapan mereka beradu. Secepat kilat Mesi memalingkan wajahnya. Ia langsung berjalan mendahului Adit. Adit tak menghiraukan sikap Mesi kepadanya. Ia cuek. Tanpa satu kata pun yg keluar dari bibirnya. Ia melaju motornya melewati Mesi.

"Uh, dasar. Cowok angkuh. Lihat saja, gue bakal buat loe, bertekuk lutut mengemis cinta gue"ucapnya dengan kesal. Tak berselang lama, akhirnya taksi pesanan Mesi datang. Didalam mobil Mesi tak henti-hentinya megomel. Sampai-sampai  sopir taksi geleng-geleng kepala. Mesi tidak sadar, bahwa sang sopir  menertawakannya. Ia terus saja mengoceh tak jelas.sepanjang jalan.

Setibanya di cafe, Mesi langsung mencari keberadaan ketiga sahabatnya. Pandangannya menjuru kesetiap sudut cafe. Setelah melihat keberadaan sahabatnya. Mesi langsung menghampirinya.

"Hay, gues. Udah dari tadi kalian?"tanya Mesi basa-basi, sambil duduk di samping Silvi. 

"Hem, lama amat si loe? Loe yg ngajakin loe juga yg telat" ujar Silvi yg kesal.

"Ya maaf, gue tadi naik taksi makanya telat. Ini kemana Nisa,kok gk ikut?"ucapnya sambil melihat ke arah Silvi.

"Nyokapnya pulang. Biasa jadi anak baik."ujar Silvi.

"Motor loe, kemana?" ujar Dimas yg penasaran, tidak biasanya Mesi meninggalkan motor kesayangannya.

"Apes, gue," ujarnya lesu.

"Apes, kenapa?"tanya Dimas yg khawatir. 

Mesi langsung menceritakan semua kejadian yg menimpanya hari ini. Seketika terdengar tawa dari ketiga sahabatnya. Mesi semakin kesal. Bukanya berkurang kesalnya, malah bertambah.

" Is, kalian tega banget ya. Seneng tu lihat gue susah " ujar Mesi kesal.

" Ye, gitu aja ngambek. Makanya, kalau lihat Drakor ajak-ajak. Tu lihat akibat nya, kuwalat kan loe" ucap Silvi masih dengan tawanya.

"Loe, Vie. Seneng banget. Kawan susah bukanya di bantu, ini malah di ketawain.Sahabat macam apa loe! " ujarnya dengan nada kesal.

"Ye, maaf. Gitu aja ngambek "jawabnya  dengan nada santai.

"Tunggu deh Mes. Baru kali ini, seorang pria tidak tertarik dengan seorang Mesi! Biasanya kalau cowok kenalan sama loe, dia pasti langsung ber'asumsi dapetin loe. tapi ini beda" ucap Silvi sambil menatap Mesi.

"Loe, bener. Selama ini setiap cowok yg bertemu Mesi pasti langsung terpesona. Tapi, ini, sebaiknya"  saut Dimas yg membenarkan perkataan Silvi.

"Iya, betul. Wah, tantangan ini buat loe Mes," ujar Silvi dengan senyum misterius.

"Maksud loe?"tanya balik Mesi yg belum mengerti maksud Silvi.

"Uh, tumben loe lemot. Gini, biasanya kan cowok-cowok,tu yg ngejar-ngejar loe. Nah, ini giliran loe yg naklukin tu cowok. Bisa gak loe? " jelas Silvi panjang lebar.

"Ah, gila loe. Ogah gue ngejar-ngejar tu cowok es kutup." Ujar Mesi jutek.

"Alah, bilang aja loe gak bisa naklukin dia" imbuh Silvi.

"Bener, itu. Mesi kalah sebelum bertempur "Imbuh Dimas 

" Mana mungkin, seorag mesiana Putri, tidak bisa membuat Si kutup bertekuk lutut. Itu si masalah kecil. Lihat saja, gue bakal buat cowok nyebelin itu bertekuk lutut sama gue "jawabnya dengan percaya diri.

"Awas, nanti loe yg bertekuk lutut sama dia " saut  Silvi dengan senyum misteriusnya.

" Betul, itu. Kalau sudah cinta hati-hati sakit hati. " saut Dimas dengan wajah serius. 

"Gak akan" ujar Mesi yakin.

Sebenarnya hati Dimas serasa diremas. Tapi mau bagaimana lagi. Nyali nya tidak cukup untuk mengutarakan perasaannya. Dia berharap suatu saat Mesi akan mengerti tentang perasaannya.semoga saja.saking asiknya mengobrol. Tanpa mereka sadari, waktu sudah beranjak petang. Mereka semua langsung pulang. Silvi  penasaran. Cowok seperti apa, yg tidak terpesona dengan kecantikan seorang Mesiana Putri. Parasnya yg cantik, hidung mancung, kulitnya putih, rambut yg panjang, dan yg paling penting badannya yg berisi semakin membuat sempurna.

Mereka berdua tidak langsung pulang. Melainkan singgah sebentar di taman. Silvi mengikuti kemauan sahabatnya itu. Dan di sini lah mereka. Ditaman  kompleks. Mereka berjalan beriringa. Setelah puas berkeliling, sejenak mereka duduk di bangku taman. Sambil menikmati suasana malam disana. Entah mengapa sejak kecil Mesi selalu senang,  berada di taman. Hatinya seolah terbang melayang. Jika ia merindukan bundanya, ia akan pergi ke taman. Maka rasa rindunya akan terobati.

Setelah puas, Mesi dan silvi, berniat pulang. Langkah mereka terhenti. Ketika ada dua orang preman, berbadan kekar menghampirinya.

"Hay, cantik! Mau kemana?" Tanya preman tersebut, dengan genit.

"Kita, mau pulang!" Jawab Mesi santai.

"Kok, buru-buru. Sini dulu, temenin abang." Sambil mencolek wajah Mesi.

"Jangan kurang ajar kalian. Jaga, sikap anda!" Ujar Silvi, yg sudah tersulut emosi.

"Widih, ternyata dia galak bos. Takut!" Goda salah satu preman tersebut dengan senyum yg misterius.

"Ayok , neng. Kita bersenang-senang dulu!" sambil menarik pergelangan tangan Mesi.

Sepontan, Mesi langsung menepis tangan preman tersebut. "Jangan kurang ajar, anda." Ujarnya dengan emosi.

"Aduh, takut." sambil senyum gak jelas.

"Udah, neng. Jangan buat kesabaran kita habis" sambi menarik paksa.

Ketika Mesi hendak memberontak, Terdengar suara seorang pria.

"Berhenti. Jangan gangu mereka." ujar seseorang dari kejauhan.

"Widih, ada pahlawan kemalaman sepertinya, bos" jawabnya dengan tawa

"Kalian, tidak malu. Badan segede kingko. Beraninya sama wanita. Dasar banci" ujar Adit lantang.

Tanpa basa-basi, Adit menghajar pria tersebut hingga tersungkur. Setelah dirasaa tak ada perlawanan, Adit berbalik menghampiri Mesi. Namun, tiba-tiba datang seorang pria dari belakang. Ia membawa sebuah balok. Mesi yg melihatnya, sepontan menghalang badan Adit.

Bugg,"aww" jerit Mesi.

Adit yg mendengar teriakan Mesi, sepontan  melihat kebelakang. Ia terkejut, emosinya mulai meninggi. Ia langsung menghajar preman tersebut, hingga tak sadarkan diri. Silvi yg melihat sahabatnya tak sadarkan diri, ia langsung panik. Segala cara sudah ia lakukan. Namun, Mesi belum juga sadar. Adit, yg sudah puas menghajar preman tersebut. Ia menghubungi anak buahnya. Kemudian, ia langsung membopong Mesi ala bridal style. Adit membawa Mesi ke klinik terdekat. Belum sapai di klinik Mesi sudah tersadar. "Awww" pekiknya,

"Loe udah sadar, Mes? Untung lah. Gue takut loe kenapa-napa. Bagian mana yg sakit, Mes? Punggung loe, gimna? Apa masih nyeri?" Silvi langsung mengujamkan sederet pertanyaan.

"Satu-satu kali Vie,gue binggung harus jawab yg mana?" Sambil menatap ke arah Silvi.

"Maaf, habis gue khawatir" sorot matanya menatap ke arah Mesi dan terpancar kesedihan disana.

"Udah, gue gak papa kok. Ya udah, kita pulang yuk?" ajak Mesi sambil wajahnya mengarah ke pengemudi.

"Tidak bisa, loe harus di periksa" saut Adit. Sambil menghentikan laju mobilnya. Ternyata mereka sudah sampai di klinik.

Adit langsung membopong Mesi, kedalam klinik. Mesi terkejut. Ia langsung mengalungkan tangannya ke leher Adit dan menengelamkan wajahnya di dada bidang,Adit. Detak jantung mereka berpacu sangat cepat. Seperti burung, saling bersautan. Mesi menahan nafasnya. Ia malu, kalau sampai Adit mengetahuinya.

Silvi terkejut, saat melihat pemandangan di depannya. Silvi tersenyum. Dalam hati ia bertanya-tanya. "Apa mungkin?Sudah lah nanti gue pastiin"Setelah tersadar ia langsung mengikut langkah kaki Adit.

Adit langsung meletakkan tubuh Mesi di atas ranjang dengan sangat pelan. Sementara Silvi menunggunya di depan. Setelah itu, Adit hendak keluar. Namun, Mesi menahannya.

"Ada apa?" sambil berbalik arah memandang ke arah Mesi.

"Please, temenin saya. Saya, taku!" Pintanya dengan wajah memelas.

Entah mengapa Adit tidak tega melihat wajah Mesi yg ketakutan. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status